Sejarah

Konsili Trento adalah Konsili Ekumenis Gereja Katolik Roma ke-19. Dianggap sebagai salah satu konsili paling penting Gereja, konsili ini diadakan di Trento, Italia, selama tiga periode antara tanggal 13 Desember 1545 dan tanggal 4 Desember 1563, sebagai jawaban terhadap gerakan Reformasi Protestan. Konsili ini memperinci doktrin Katolik mengenai Penyelamatan Jiwa, Sakramen Suci, dan Kanon-kanon Kitab Suci, menjawab semua bantahan pihak Protestan. Konsili ini mempercayakan kepada Sri Paus penyempurnaan beberapa bagian dari hasil kerjanya. Hasilnya, pada tahun 1556 Paus Pius V menerbitkan Buku Katekisme Roma, menerbitkan Buku Doa-doa Harian Resmi Gereja (Liturgia Horarum) yang disempurnakan di tahun 1568, dan menerbitkan Buku Misa (Missale Romanum) yang disempurnakan di tahun 1570 (sehingga menyebabkan apa yang dikenal saat ini sebagai Misa Tridentine --- nama yang berasal dari nama kota Tridentum). Hasil lainnya juga adalah diterbitkannya edisi penyempurnaan Kitab Suci berbahasa Latin (Versio Vulgata) oleh Paus Klemens VIII di tahun 1592.

Charles V, Kaisar Kekaisaran Romawi Suci menyokong diadakannya sebuah konsili, namun para paus pada umumnya enggan melakukannya. Francis I dari Perancis juga menyebabkan berbagai kesulitan untuk mengadakan hal ini. Konsili ini pada mulanya ditangguhkan dan terkadang ditunda oleh karena penentangan dari pihak para paus dan pemberontakan melawan sang kaisar. Paus Paulus III akhirnya memerintahkan diadakannya konsili di tahun 1537 di Mantua, yang dihalang-halangi oleh Perancis, dan pada tahun 1538 di Vicenza, yang tidak mendapatkan dukungan dari sang kaisar. Pertemuan di Trent pada tahun 1542 akhirnya membuahkan hasil di tahun 1545, dan konsili ini bertemu selama tiga periode: tahun 1545-1547, 1551-1552, dan 1562-1563, dengan penundaan pertama akibat sebuah epidemi penyakit di Trento dan yang kedua akibat pemberontakan melawan sang kaisar dan penentangan pribadi Paus Paulus IV.

Konsili Trento adalah perwujudan cita-cita gerakan Kontra-Reformasi yang paling mengagumkan. Membutuhkan waktu 300 tahun lagi sebelum gereja mengadakan Konsili Ekumenis berikutnya.

Pengaruh Konsili Trento terhadap Perkembangan Musik Gereja

Konsili Trento juga membahas masalah dalam musik gereja. Ada dua masalah mendasar yang dibahas. Yang pertama, sifat duniawi dianggap telah menodai musik gereja, termasuk misa-misa yang berdasarkan cantus firmus sekuler, misa parodi berdasarkan chanson, dan polifoni kompleks. Itu semua membuat pelafalan teks dalam musik gereja tidak terdengar jelas. Masalah yang kedua adalah ucapan kata-kata yang kurang jelas, pemakaian alat-alat keras dalam gereja, kesembronoan, dan sikap dari para penyanyi koor. [1]

Hasil terakhir Konsili Trento tentang musik gereja adalah ”segala hal yang bersifat tidak sempurna atau menimbulkan nafsu birahi harus dicegah supaya Rumah Allah menjadi benar-benar disebut rumah doa”. Pemakaian polifoni dan teknik parodi dengan musik sekuler dalam misa secara khusus tidak dilarang. Hal ini disebabkan karena Palestrina (komponis paling agung diseluruh dunia) berhasil memperlihatkan musik polifonik dalam enam suara yang tidak mengganggu kehikmatan ibadah dan teksnya tetap terdengar jelas. ref name="Rod"/>

Efek dari Konsili Trento dalam hal musik gerejawi adalah, menjadikan gaya musik Roma sebagai contoh gaya musik gerejawi “ sebagaimana mestinya” yang disimpulkan sebagai berikut:

  • Melodi yang melengkung secara halus.
  • Ritme yang teratur, dengan pola-pola yang tidak banyak berubah sepanjang lagu.
  • Kontrapung yang lebih sederhana dari norma-norma yang ada pada awal abad ke-16.
  • Gubahan homofonik sering dipakai.
  • Sifat dan suasana hikmat, yang terkandung dalam musiknya.

Referensi

  1. ^ McNeill, Rhoderick J. Sejarah Musik: Musik Awal Sejak Masa Yunani Kuno Sampai Akhir Masa Barok. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1998.

Pranala luar