Bratawali
Bratawali | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Divisi: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | T. crispa
|
Nama binomial | |
Tinospora crispa (L.) Miers ex Hoff.f
|
Bratawali, brotowali, atau batrawali (Tinospora crispa (L.) Miers ex Hoff.f.; juga T. cordifolia (Thunb.) Miers dan T. rumphii Boerl.) adalah tanaman obat tradisional Indonesia yang biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar di hutan.[butuh rujukan] Rebusan batangnya yang terasa sangat pahit biasa dijadikan obat rematik, mengurangi gula darah, menurunkan panas, dan membantu mengurangi gejala kencing manis.[butuh rujukan] Di Nusantara, T. crispa lebih banyak digunakan, sedangkan di India T. cordifolia (disebut guduchi) yang lebih banyak dipakai.[butuh rujukan]
Tumbuhan ini menyukai tempat panas, berupa perdu memanjat, tinggi batang sampai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat yang rasanya pahit.[butuh rujukan] Daun tunggal, bertangkai, berbentuk seperti jantung atau agak budar telur berujung lancip, panjang 7-12 cm, lebar 5-10 cm, bunga kecil, berwarna hijau muda.[butuh rujukan] Dapat diperbanyak dengan stek.[butuh rujukan]
Di Indonesia, selain dikenal dengan nama bratawali, tanaman ini juga dikenal dengan nama daerah andawali, antawali, putrawali atau daun gadel.[butuh rujukan] Klasifikasi dari tanaman ini termasuk kedalam famili tanaman Menispermaceae.[1] Tanaman ini kaya kandungan kimia antara lain alkaloid (berberina dan kolumbina yang terkandung di akar dan batang, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin, hars, berberin, palmatin, kolumbin (akar), kokulin (pikrotoksin). [2]
Manfaat Brotowali
Brotowali merupakan tanaman obat yang dapat dijadikan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit dalam maupun luar.[butuh rujukan] Kulit-batangnya mengandung zat-zat seperti alkaloida dan damar lunak berwarna kuning sedang akarnya mengandung zat berberin dan kolumbin.[butuh rujukan] Kandungan alkaloid berberina berguna untuk membunuh bakteri pada luka.[butuh rujukan] Zat pahit pikroretin dapat merangsang kerja urat saraf sehingga alat pernapasan bekerja dengan baik dan menggiatkan pertukaran zat sehingga dapat menurunkan panas.[butuh rujukan] Selain sebagai obat, brotowali juga berfungsi sebagai penambah nafsu makan dan menurunkan kadar gula dalam darah.[butuh rujukan] Sebagai obat, brotowali biasa direbus dan diminum ataupun dioleskan pada kulit untuk luka luar.[butuh rujukan] Penyakit-penyakit yang dapat diobati dengan menggunakan brotowali ialah rheumatic arthritis, rheumatik sendi, pinggul, demam, demam kuning, kencing manis, malaria, diabetes, serta penyakit luar seperti memar, kudis, dan luka.[3]
Di Indo-Cina semua bagian tumbuh-tumbuhan dari brotowali dipakai sebagai obat demam sebagai pengganti kinine.[butuh rujukan] Di Filipina, brotowali dianggap sebagai obat serba bisa antara lain dipakai untuk mengobati penyakit gila.[butuh rujukan] Di Bali batangnya dipakai sebagai obat sakit perut, demam dan sakit kuning, bahkan sebagai obat gosok untuk mengobati sakit punggung dan pinggang.[butuh rujukan] Di Jawa air rebusannya digunakan dalam hal demam jujuh, dan sebagai obat luar untuk luka dan gatal-gatal.[butuh rujukan] Pada beberapa penyelidikan, ternyata air rebusan batang brotowali dapat memberi ketenangan pada tikus, dengan demikian pemakaiannya bermanfaat dalam menangani penyakit kesadaran (psychosis).[4]
Cara pemakaian Brotowali
Tanaman Brotowali memiliki banyak manfaat dalam kesehatan terutama dalam penyembuhan berbagai penyakit.[butuh rujukan] Pemanfaatan dari tanaman Brotowali ini banyak terdapat pada bagian batang tanaman.[5] Biasanya bagian batang tanaman perlu direbus dahulu kemudian air rebusan batang brotowali dipakai untuk mencuci luka.[6]
Dalam pemakaian tanaman obat brotowali untuk penyakit rheumatik, pertama-pertama sekitar 1 jari batang brotowali dicuci dan dipotong-potong, selanjutnya direbus dengan air.[butuh rujukan] Setelah selesai direbus, ditunggu dingin, lalu disaring.[butuh rujukan] Air rebusan ini dapat ditambah dengan madu dan di minum 3 kali sehari.[5]Untuk pemakaian brotowali pada penyakit demam dan malaria, cara pengolahannya sama tetapi obat dapat diminum sebanyak 2 kali sehari.[butuh rujukan] Berbeda dengan pemakaian brotowali sebagai obat kencing manis.[butuh rujukan] Pertama-tama direbus daun sambiloto, daun kumis kucing, dan batang brotowali yang sebelumnya telah dicuci dan direbus.[butuh rujukan] Air rebusan ini dapat diminum sesudah makan sebanyak 2 kali sehari.[butuh rujukan] Untuk pengobatan penyakit hepatitis, biasanya air rebusan brotowali dicampur dengan air perasan temulawak yang sudah diparut dan dapat diminum 3 kali sehari.[5][7]
Referensi
- ^ [PDII-LIPI]. 2008. Brotowali (Tinospora crispa Miers. Hook. f.& Thems). [terhubung berkala]. http://www.warintek.ristek.go.id/pangankesehatan/tanaman_ obat/lipi_pdii/brotowali.htm [27 Agu 2009].
- ^ [EtalaseMuslim]. 2009. Obat Herbal "Brotowali" Tazakka (Bersih Darah, Kencing Manis). [terhubung berkala] http://www.etalasemuslim.com/product_info.php?cPath=30_31&products_id=386 [27 Agu 2009].
- ^ [Warna Dunia]. 2009. Manfaat brotowali sebagai obat tradisional kencing manis. [terhubung berkala]. http://warnadunia.com/manfaat-brotowali-sebagai-obat-tradisional-kencing-manis/ [25 Agu 2009].
- ^ [Asia Maya]. 2009. BROTOWALI (Tinospora crispa Miers. Hool. f. & Thems). [terhubung berkala]. http://www.asiamaya.com/jamu/isi/brotowali_tinosporacrispa.htm [25 Agu 2009].
- ^ a b c [MH]Medika Holistik. Brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin t). 2009. [terhubung berkala]. http://www.medikaholistik.com/2033/2004/11/28/medika.html?xmodule=tanaman_detail&xid=24. [21 Agu 2009].
- ^ IPTEK. 2005. Brotowali. [terhubung berkala]. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=28. [18 Agu 2009].
- ^ Tukiman. 2009. Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Sumatera Utara: Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat.