Mangkunegara II

Adipati dari Mangkunagaran (1796-1835)

Mangkunegara II adalah sebutan untuk Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara II Raja di Praja Mangkunegaran. Dalam penulisan sejarah sering hanya disebut dengan nama Mangkunegara II tetapi secara jelas tetap menunjukan sebagai yang dimaksud Raja Mangkunegaran.Semasa mudanya bernama RM.Sulomo kemudian dewasa bergelar Pangeran Surya Mataram dan Pangeran Surya Pangkubumi. Mangkunegara II lahir dari pasangan Ratu Alit dan Pangeran Pario Prabuwijaya.Dari pihak ibu Mangkunegara II adalah cucu dari Paku buwono III sedang dari pihak ayahnya adalah cucu dari Mangkunegara I yang terkenal dengan gelar Pangeran Sambernyawa. Ratu Alit adalah putri Paku buwono III sedang Pangeran Hario Prabuwijaya adalah putra Mangkunegara I

Nama Pangeran Surya Mataram sempat membuat panik Belanda disebabkan nama itu memuat unsur keagungan yang dapat memancing kekeruhan stabilitas tiga kerajaan; Kasultanan-Kasunanan-Mangkunegaran.Pergantian nama dan gelar Pangeran Surya Mataram menjadi Pangeran Surya Mangkubumi membuat peralihan dari kepanikan Belanda menjadi mengundang kemarahan Sultan Hamengku buwono I. Belanda perlu khawatir karena nama Surya Mataram belum pernah ada waktu itu dan terasa betul unsur unsur keagungan nya yang bakal mengundang rasa curiga bagi pihak Keraton/Kerajaan yang lain.Rasa curiga bagi pihak lain mengundang ancaman perselisihan dan perang terbuka yang akan menyeret kembali Belanda kedapalam peperangan.Belanda tidak ingin mengulang kembali keterlibatannya dalam perselisihan dan perang yang berlarut larut.Sultan Hamengku Buwono I mengajukan protes lewat patihnya karena nama Mangkubumi adalah nama untuk dirinya sebagai anggota tertua yang masih hidup dalam dinasti Mataram.

Pada masa Mangkunegara I penggunaan nama selalu mengundang faktor kecurigaan dan sensitif yang tinggi karena nama memuat sejumlah harapan dan cita cita yang dapat menjadi claim bagi hegemoni dan pelebaran kekuasaan.

Perluasan wilayah kerajaan

Dalam pemerintahan Mangkunegara II praja Mangkunegaran mengalami perluasan wilayah dari 4.000 cacah menjadi 5.500 cacah.Penambahan perluasan ini diperoleh semasa Raffless menjabat Gubernur Jenderal di Hindia Belanda.Pada jaman Daendels sebelum Raffless kedudukan sebagai Pangeran Miji ditingkatkan menjadi Pangeran pinisepuh/yang dituakan .Pada jaman Mangkunegara II tahun 1808 Legiun Mangkunegaran dibentuk dan dibangun.Legiun ini berkekuatan 1.150 personil dan dipersenjatai untuk memperkuat kedudukan Praja Mangkunegaran.Bertambah luasnya wilayah Mangkunegaran diikuti juga dengan penampahan jumlah personil Legiun menjadi 1.500 orang.Pembentukan dan pembangunan Legiun menggunakan dana dari upeti Belanda ke Mangkunegaran dan sebagai Komandan pertama adalah Mangkunegara II.Praja Mangkunegaran dalam tata praja terdiri dari daerah darah yang meliputi; Daerah Malangjiwan, Daerah Wonogiri dan Daerah Karanganyar. Masing masing daerah dipimpin oleh seorang Wedono Gunung.

Dengan legiun Mangkunegaran prestise Mangkunegaran ditingkatkan untuk melakukan berbagai bargaining percaturan politik dekade sepanjang tahun 1800.Pembangunan Korp Legiun Mangkunegaran dilengkapi dengan pendidikan kemiliteran yang disebut sebagai Sekolah Kadet Legiun Mangkunegaran.Komandan Legiun Mangkunegaran adalah Mangkunegara yang sedang bertahta dengan pangkat kemiliteran Kolonel. Dalam Korp Legiun Mangkunegaran ini terdapat Pasukan Infantri, Kavaleri dan Artileri. Dengan Legiun Mangkunegaran maka Praja Mangkunegaran menjadi satu satunya Istana dimana tradisi tradisi militer bangsawan Jawa tetap hidup meski berhadapan dengan kekuasaan kolonial Belanda.Mangkunegaran dengan korp Militer Mangkunegarantampil dengan aktif dan lebih terbuka terhadap ide ide baru.

Penggunaan kata "Legiun" dalam Korp kemiliteran Mangkunegaran merupakan serapan ide baru dalam hubungannya dengan Perancis melalui Daendels yang menjabat Gubernur Jenderal di Hindia Belanda. Seperti Korp Elite Militer Perancis sekarang Legiun Asing yang menyatukan anggotanya dengan bahasa Perancis, demikian juga Legiun Mangkunegaran anggotanya dipersyaratkan menguasai bahasa Belanda dan bahasa Melayu.Penggunaan bahasa Melayu di Korp militer Mangkunegaran menjadi catatab tersendiri untuk Mangkunegaran dalam sumbangsihnya untuk kepentingan Nasional Indonesia karena bahasa Melayu kemudian ditetapkan menjadi bahasa Nasional Indonesia.Mangkunegaran telah memberikan kontribusi awal jauh sebelum Bangsa Indonesia Merdeka lewat tradisi berbahasa Indonesia yang kala itu disebut sebagai bahasa Melayu.Sebagai syarat bahasa Melayu adalah wajib yang dikuasai oleh anggota Legiun disamping bahasa Belanda.

("" 02:45, 14 Juli 2010 (UTC))

Menengahi Konflik Di Yogyakarta

Pemerintahan Mangkunegara II mengalami kesuksesan dalam meredam konflik di Yogyakarta serta membentuk pemerintahan baru di Yogyakarta yakni Kadipaten Paku Alaman dengan wilayah yang diambil dari Kasultanan.Sebagai Adipati yang pertama di Kadipaten yang baru ini Pangeran Natakusuma diangkat sebagai Paku Alam I dengan gelar seperti Raja Mangkunegaran Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya.

Pada masa Mangkunegara II di Yogyakarta yang bertahta adalah Hamengku Buwono II.Sultan Yogyakarta ke dua ini dalam pemerintahannya mengalami intrik dan rongrongan kekuasaan dari kerabat dan saudaranya sehingga jalannya pemerintahan Kasultanan mengalami pasang surut dan penuh dengan ketegangan dan muatan konflik serta melemahnya pemerintahan.

Dalam dua periode Gubernur Jenderal (Daendels dan Raffles) Yogyakarta ditekan dengan kekuatan militer untuk memaksa Hamengku Buwono II turun tahta.Di bulan Desember tahun 1810 Daendels dengan pasukan 4.200 tentara menyerbu Yogyakarta.Daendels menurunkan Hamengku Buwono II kemudian mengangkat putera Makota Yogyakarta sebagai Hamengku Buwono III dan kembali ke Batavia dengan membawa Pangeran Natakusuma sebagai tawanan.Pada bulan Juli 1812 gantian Raffles dengan 2.000 tentara menyerbu Yogyakarta pula.Dalam waktu yang bersamaan pula Tentara Gurkha-Sepehi yang datang ke Jawa bersama Inggris terlibat rencana pemberontakan terhadap kekuasaan Inggris sehingga untuk memperbesar jumlah pasukan menekan Yogyakarta maka Raffles mengkontak Pangeran Prangwadono atau Mangkunegara II untuk mengerahkan Legiun Mangkunegaran memback up Pangeran Suryaningprang atau RM.Salya.

Pustaka:

1. Peter carey : The Power of Prophecy Prince Dipanagara and The End of An Old Older in Java 1785-1855,

2. MC.Ricklefs; Jogjakarta Under Sultan Mangkubumi

3. Majalah SENANG, Jakarta; 7 Maret 1982

4.Susilantini,Endah.,Mumfangati,Titi.,Suyami., Konsep Sentral Kepengarangan KGPAA.Mangkunegara IV,Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Pusat, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan