Ordo Penyiar Injil (Ordo Praedicatorum), atau lebih dikenal sebagai Ordo Dominikan adalah sebuah ordo keagamaan Katolik Roma. Di Inggris mereka disebut bruder hitam karena jubah yang mereka pakai berwarna hitam, sama seperti Ordo Karmelit yang dikenal sebagai bruder putih karena alasan yang sama. Ordo Dominikan didirikan oleh St. Dominikus pada awal abad ke-13 adalah salah satu ordo besar dari ordo mendikan yang mengubah kehidupan keagamaan di Eropa secara revolusioner pada masa pertengahan tinggi. Ordo ini memiliki tujuan tujuan:

  1. Pewartaan - OP
  2. Keselamatan Umat Manusia

"Celakalah aku jika tidak mewartakan sabda Allah" adalah kata-kata Paulus yang dipegang dan dihidupi oleh St.Dominikus.

Beberapa anggota Ordo Dominikan yang menjadi penyalur Rahmat Allah

  1. St. Dominikus
  2. St. Thomas Aquinas
  3. St. Albertus Magnus
  4. St. Pius V
  5. St. Martinus de Porres
  6. St. Katarina Siena
  7. St. Rosa de Lima

Tentang Pendiri

Santo Dominikus dilahirkan di Calaruega, Spanyol pada tahun 1171 dari keluarga Felix de Guzman dan Bl. Jean of Aza. Ia melewati masa kecilnya tanpa peristiwa besar yang menyolok. Ia ditahbiskan menjadi imam saat masih belajar di Universitas di Palencia pada tahun 1198/1199. Ia menjadi canon regular di Osma, Spanyol yang mengikuti secara ketat aturan yang dikembangkan oleh St. Agustinus di bawah pimpinan Uskup Diego de Acebo.

Mei 1203, King Alfonzo VII mengutus uskup Diego untuk mengatur pernikahan putranya, Infante don Fernando, dengan putri dari keluarga kerajaan Denmark. Pernikahan tersebut diharapkan dapat mempererat relasi politik antara Castile (Spanyol), Denmark dan Prancis. Dalam perjalanan, tepatnya di Toulouse, Prancis Selatan, Dominikus yang menemani Uskupnya untuk pertama kali berhadapan dengan bidaah Albigensian di sebuah penginapan. St.Dominikus berdebat sepanjang malam dengan pemilik penginapan tersebut dan saat matahari terbit, pemilik penginapan tersebut kembali ke iman katholik.

Di Denmark, Uskup Diego bertemu dengan dengan Uskup Agung Andrew Sunesen dan rencana pernikahan disetujui. Pada tahun 1205, Uskup Diego mengadakan perjalan kedua ke Denmark untuk menjemput sang putri, tetapi rencana pernikahan dibatalkan sepihak oleh sang putri. Setelah misi di Denmark, Uskup Diego berkunjung ke Roma dan melanjutkan perjalanannya ke Montpellier, Prancis Selatan dimana bidaah Albigensian dan Catharist mengancam Gereja Katholik. Di sana, dia bertemu dengan tiga 'pontiff legates' Arnoud Amaury, Peter of Castelnau, dan Maitre Raoul yang mengalami frustasi dalam misi mereka memerangi bidaah. Uskup Diego kemudian berinisiatif untuk membantu ketiga utusan paus tersebut dengan preaching mendicancy.

Pada tahun 1207 setelah setahun memerangi bidaah di Prancis selatan, uskup Diego memutuskan kembali ke Osma, sementara Dominikus melanjutkan misinya di Montpellier. Sebuah pukulan besar buat Dominikus saat mendengar kabar kematian uskup Diego pada 30 Desember 1207.

Duta kepausan Peter de Castelnan dibunuh oleh kaum heretis Albigenses pada 14 Januari 1208. Paus Innocent III selanjutnya melancarkan kampanye militer di bawah pimpinan Simon de Montford melawan Count Raymond VI, pemimpin kota Toulouse yang diduga sebagai perencana pembunuhan Peter of Castelnau, yang selanjutnya mewarnai perang saudara serta pembunuhan massal. Sementara para serdadu memerangi para bidaah dengan pedang dan kekerasaan, Dominikus memerangi mereka dengan berkhotbah.

Setelah 'Battle of Muret' pada 12 September 1203, Simon de Montford berhasil menaklukkan kota Toulouse dan menjadikan kota tersebut sebagai pusat pertahanannya. Di kota ini pula Dominikus menerima Peter Seila dan Thomas yang ingin ambil bagian dari karya Dominikus dan menjadi saudara dari Dominkus. Maka, Dominikus menerima mereka dalam pengucapan kaul religius. Untuk sementara, mereka tinggal di rumah pemberian Peter Seile. Kemudian Dominikus meminta izin dari Uskup Fulk, Uskup Toulouse, untuk pendirian 'ordo'-nya tersebut.

Pada September 1205, Dominikus pergi ke Roma untuk meminta konfirmasi untuk ordonya dan sekaligus menghadiri Konsili Lateran keempat yang berlangsung bulan November. Paus Innocent III menjanjikan konfirmasi tersebut dengan syarat bahwa Dominikus harus memilih dasar konstitusi dari ordonya sesuai dengan aturan-aturan yang telah diterima Gereja. Dominikus kemudian kembali ke Toulouse dan mengumpulkan saudara-saudaranya untuk 'First Dominican General Chapter' pada 29 Mei 1206 (Pantekosta). Mereka dengan keyakinan penuh memilih regula santi Agustini sebagai dasar konstitusi mereka.

Pada 16 Juli 1206, Paus Innocent III meninggal dunia dan Kardinal Cencio Savelli terpilih sebagai Paus berikutnya yang kemudian mengambil nama Honorius III. Pada 22 Desember 1216, Paus Honorius III menyetujui konfirmasi ordo ini, dan dengan itu OP atau Order of Preachers berdiri secara sah.

Di akhir hidupnya Dominikus mengkonsentrasikan diri untuk mengatur kehidupan ordo serta membuat perjalanan panjang ke Italia. Spanyol dan Prancis untuk berkotbah yang menarik begitu banyak kaum muda serta membangun rumah-rumah biara yang baru.

Ia meninggal pada tanggal 6 Agustus 1221 setelah konsili kedua dari ordo ini di Bologna, Italia. Dua belas tahun setelah kematiannya yakni pada 3 Juni 1234, dia dikanonisasikan menjadi orang kudus.

Pestanya dirayakan setiap Tanggal 8 Agustus. Dominikus juga mendorong umatnya untuk bersikap rendah hati dan melakukan silih. Suatu ketika seseorang bertanya kepada St Dominikus buku apakah yang ia pergunakan untuk mempersiapkan khotbah-khotbahnya yang mengagumkan itu. “Satu-satunya buku yang aku pergunakan adalah buku cinta,” katanya. Ia selalu berdoa agar dirinya dipenuhi cinta kasih kepada sesama. Dominikus mendesak para imam Dominikan untuk membaktikan diri pada pendalaman Kitab Suci dan doa. Tidak seorang pun pernah melakukannya lebih dari St. Dominikus dan para pengkhotbahnya dalam menyebarluaskan devosi Rosario yang indah.

Pranala luar