Stasiun Tanjung Priok
Stasiun Tanjung Priok yang dulu juga dikenal sebagai Stasiun Noorden Batavia , memiliki langgam bangunan art deco. Dan termasuk stasiun tua yang dijadikan cagar budaya kota Jakarta. Namun kini, kondisinya tidak terawat. Meskipun demikian, stasiun peninggalan pemerintah hindia Belanda ini nampaknya seakan tidak peduli dengan perubahan suasana di sekitarnya. Seakan tidak peduli dengan teriknya hawa dipinggir pantai Tanjung Priok, kerasnya kehidupan pelabuhan dan hilir mudiknya kendaraan besar seperti kontainer bahkan semrawutnya terminal bus di depannya.
Tetapi kita masih dapat membayangkan betapa artistiknya seni perpaduan antara gaya neo klasik dengan gaya kontemporer. Tak aneh jika bangunan ini pernah berjaya, sebagai salah sati stasiun kebanggan warga Batavia di era akhir abad ke-18.
Semakin masuk ke dalam bangunan stasiun itu, kondisi bangunan yang memprihatinkan itu semakin terkuak. Atap bangunan yang menjadi saksi perkembangan kota Jakarta ini sudah terlepas di sana-sini. Kaca-kaca dan kerangka atap bangunan sudah mulai lekang dimakan usia. Areal peron sebagian sudah tidak terawat bahkan disisi barat sudah dipenuhi oleh para tunawisma.
Kemunduran fisik stasiun itu bermula ketika ia tidak berfungsi lagi sebagai stasiun penumpang pada awal Januari 2000. Pengebirian fungsi itu membuat pemasukan dana dari tiket peron semakin berkurang. Inilah yang menyebabkan PT. Kereta Api Indonesia (PT KAI) menyewakan ruangan yang ada di depan bangunan stasiun. Maka bagian depan stasiun pun terisi pemandangan kantor-kantor jasa seperti penjualan tiket kapal laut, pengiriman barang hingga jasa penukaran uang asing.
Entah alasan apa yang menyebabkan PT KAI hanya memfungsikan stasiun ini sebagai stasiun barang. padahal banyak penumpang yang berasal dari daerah selatan menuju daerah utara bahkan beraktivitas di sana terutama di kawasan Tanjung Priok.
Keberadaan Stasiun Tanjung Priok tidak dapat dipisahkan dengan ramainya pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan pelabuhan kebanggan masa Hindia Belanda itu, dan bahkan berperan sebagai pintu gerbang kota Batavia serta Hindia Belanda.
Bandar pelabuhan yang dibangun pada 1877 di masa Gubernur Jendral J.W. van Lansberge yang berkuasa di Hindia Belanda pada tahun 1875-1881 itu semakin mengukuhkan perannya sebagai salah satu pelabuhan paling ramai di Asia setelah dibukanya Terusan Suez.
Stasiun Tanjung Priok yang juga dikenal sebagai Stasiun Noorden Batavia merupakan stasiun yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan Kota Batavia yang berada di Selatan. Alasan pembangunan ini karena pada masa lalu wilayah Tanjung Priok sebagian besar adalah hutan dan rawa-rawa yang berbahaya sehingga dibutuhkan sarana transportasi yang aman pada saat itu (kereta api).
Stasiun ini dibangun tepatnya pada tahun 1914 pada masa Gubernur Jendral A.W.F. Idenburg (1909-1916). Untuk menyelesaikan stasiun ini, diperlukan sekitar 1.700 tenaga kerja dan 130 diantaranya adalah pekerja berbangsa Eropa.