Babad Arya Tabanan adalah babad yang dapat diketemukan di tulisan-tulisan lontar kuno yang dimiliki beberapa Puri (Keraton) di Tabanan, Bali, Indonesia.

Babad ini menceritakan awal ekspedisi Majapahit ke Bali yang dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada dan Arya Damar (Adityawarman). Dalam babad ini disebutkan ada kesatria keturunan Kediri yang bersaudara :

Masing-masing ksatria ini memimpin pasukannya menyerang dari segala penjuru mata angin. Diceritakan setelah Bali berhasil ditaklukan, Arya Damar kembali ke Majapahit, kemudian diangkat sebagai Raja di Palembang. Adik-adik beliau ditempatkan sebagai raja di masing-masing daerah di Bali seperti Arya Kenceng di Tabanan, Arya Belog di Kaba-kaba dan sebagainya. Salah satu keturunan dari Raja Tabanan, kemudian mendirikan kerajaan Badung ( Denpasar ) yang terkenal dengan Perang Puputan Badung melawan kolonial Belanda. Babad ini juga menceritakan kejadian-kejadian penting dan suksesi Raja-Raja Tabanan.


Berikut Silsilah Raja-Raja Tabanan

Adwaya Brahman Shri Tinuheng Pura ( Beliau yang di hormati di Singasari & Majapahit ) beristrikan Dara Jingga ( Sira Alaki Dewa / beliau yang bersuami seorang Dewa ), berputra :

  • Raden Cakradara (suami Tribhuwana Tungga Dewi)
  • Arya Damar / Adityawarman Raja Palembang
  • Arya Kenceng
  • Arya Kuta Wandira
  • Arya Sentong
  • Arya Belog

I. Arya Kenceng, Raja Tabanan I

Kerajaan di Pucangan / Buahan Tabanan, berputra :

1. Shri Megada Parabhu / Dewa Raka ( Tidak berminat dengan keduniawian, membangun pesraman di Kubon Tingguh ), Beliau mengangkat 5 orang anak asuh ( Putra Upon-Upon ) :

  • 1. Ki Bendesa Beng
  • 2. Ki Guliang di Rejasa
  • 3. Ki Telabah di Tuakilang
  • 4. Ki Bendesa di Tajen
  • 5. Ki Tegehen di Buahan

2. Shri Megada Natha / Dewa Made / Arya Yasan

3. Kiyai Tegeh Kori ( Arya Kenceng Tegeh Kori ). Merupakan Putra kandung dari Arya Kenceng yang beribu dari desa Tegeh di Tabanan( bukan putra Dalem yang diberikan kepada Arya Kenceng, menurut babad versi Benculuk Tegeh Kori / http://bali.stitidharma.org/babad-arya-tegeh-kuri/ ), Beliau membangun Kerajaan di Badung, diselatan kuburan Badung ( Tegal ) dengan nama Puri Tegeh Kori ( sekarang bernama Gria Jro Agung Tegal ), karena ada konflik di intern keluarga maka beliau meninggalkan puri di Tegal dan pindah ke Kapal. Di Kapal sempat membuat mrajan dengan nama "Mrajan Mayun " yang sama dengan nama mrajan sewaktu di Tegal, dan odalannya sama yaitu pada saat "Pagerwesi". Dari sana para putra berpencar mencari tempat. Kini pretisentananya ( keturunannya ) berada di Puri Agung Tegal Tamu, Batubulan, Gianyar dan Jero Gelgel di Mengwitani( Badung), Jro Tegeh di Malkangin Tabanan. Dan dalam babad perjalanan Kiyai Tegeh ( Arya Kenceng Tegeh Kori ) tidak pernah membuat istana di Benculuk atau sekarang di sebut Tonja. Di Puri Tegeh Kori beliau berkuasa sampai generasi ke empat. Adapun putra -putra dari Arya Kenceng Tegeh Kori IV Adalah :

  • 1. Kyai Anglurah Putu Agung Tegeh Kori
  • 2. Kyai Anglurah Made Tegeh
  • 3. Kyai Ayu Mimba / Kyai Ayu Tegeh ( Beliau yang menikah Ke Kawya Pura /Puri Mengwi )
  • (Ad.1). Kyai Anglurah Putu Agung Tegeh Kori Berputra :
    • 1. I Gusti Putu GelGel. Magenah ring ( bertempat tinggal di ) : Jro Gelgel di Mengwitani Badung, Yeh Mengecir Jembrana dan Jro Tegeh di Malkangin Tabanan
    • 2. I Gusti Putu Mayun. Magenah ring Jro Batu Belig ,Batubelig dan Cemagi
    • 3. I Gusti Ketut Mas. Magenah ring Klusa
    • 4. Kyai Anglurah Made Tegeh. Magenah ring Perang Alas( Lukluk badung), Pacung ( Abian semal ) dan Dencarik ( Buleleng )
    • 5. I Gusti Nyoman Mas. Magenah ring Kutri
    • 6. I Gusti Putu Sulang. Magenah ring Sulang
    • 7. I Gusti Made Tegeh. Magenah ring Mambal, Sibang, Karang Dalem
    • 8. I Gusti Mesataan. Magenah ring Sidemen
    • 9. I Gusti Putu Tegeh. Magenah ring Lambing, Klan, Tuban
    • 10. I Gusti Ketut Maguyangan. Magenah ring Desa Banyu Campah
    • 11. I Gusti Gede Tegeh. Magenah ring Plasa ( Kuta )
    • 12. I Gusti Abyan Timbul. Magenah ring Abian Timbul
    • 13. I Gusti Putu Sumerta. Magenah ring Sumerta

4. Nyai Luh Tegeh Kori

II. Shri Magada Natha / Arya Yasan, Raja Tabanan II

Beliau diutus oleh Dalem ( Raja Bali ) ke Majapahit untuk menyelidiki terhentinya komunikasi dengan Dalem. Setelah sampai di Majapahit, beliau sangat terkejut, menyaksikan keadaan kerajaan yang kacau balau, karena pengaruh Agama Islam mulai masuk. Beliau kembali ke Pucangan ( Bali ), setelah sampai di Pucangan, beliau sangat kecewa, karena adik perempuannya yang bernama Nyai Luh tegeh Kori dikawinkan dengan Kiayi Asak dari Kapal oleh Dalem, tanpa sepengetahuan dan persetujuan beliau. Karena sangat kecewa beliau meletakan jabatan dan sebagai raja diserahkan pada putranya Sirarya Ngurah Langwang. Selanjutnya beliau menjalani kehidupan rohani di Kubon Tingguh dan kawin lagi dengan putri dari Ki Bendesa Pucangan, yang kemudian melahirkan putra laki-laki yang bernama Ki Gusti Ketut Pucangan atau Sirarya Notor Wandira, yang mana selanjutnya Sirarya Notor Wandira menjadi Raja Badung dan menurunkan pratisentana ( keturunan ) Arya Kenceng di Badung.

Sri Megada Nata mempunyai putera :

  • 1. Arya Ngurah Langwang
  • 2. Ki Gusti Made Utara ( menurunkan Keluarga Besar Jero Subamya )
  • 3. Ki Gusti Nyoman Pascima (Menurunkan Keluarga Besar Jero Pameregan)
  • 4. Ki Gusti Ketut Wetaning Pangkung ( Menurunkan Pragusti Lod Rurung, Kesimpar & Srampingan )
  • 5. Ki Gusti Samping Boni ( Menurunkan Pragusti Ersania, Kyayi Nengah & Kyayi Titih )
  • 6. Ki Gusti Nyoman Batan Ancak ( Menurunkan Pragusti Ancak & Angligan )
  • 7. Ki Gusti Ketut Lebah
  • 8. Ki Gusti Ketut Pucangan / Sirarya Ketut Pucangan/ Sirarya Notor Wandira ( Selanjutnya menurunkan Raja-Raja dan Pratisentana Arya Kenceng di Badung / Denpasar )

III. Arya Ngurah Langwang / Arya Ngurah Tabanan/ Arya Nangun Graha, Raja III

Beliau menggantikan Ayahnya ( Sri Megada Nata ) menjadi Raja Tabanan, yang kemudian mendapat perintah Dalem agar memindahkan Purinya ( Kerajaannya ) di Pucangan ke daerah selatan, hal ini kemungkinan disebabkan secara geografis dan demografis sulit dicapai oleh Dalem dari Gegel dalam kegiatan inspeksi. Akhirnya Arya Ngurah Langwang mendapat pewisik, …dimana ada asap mengepul, agar disanalah membangun Puri. Setelah melakukan pengamatan dari Kebon Tingguh terlihat di daerah selatan asap mengepul keatas, kemudian beliau menuju ke tempat asap mengepul tersebut, ternyata keluar dari sebuah sumur yang terletak di dalam areal Pedukuhan yaiti Dukuh Sakti, yang sekarang lokasi sumur tersebut berada di dalam Pura Puser Tasik Tabanan. Kemudian disitulah beliau membangun Puri, setelah selesai dipindahlah Puri / Kerajaannya beserta Batur Kawitannya ( lihat denah ).

Berkas:Puri Augung Tabanan 1906.jpg
Puri Agung Tabanan 1906

Oleh karena asap terus mengepul dari sumur tersebut seperti tabunan, sehingga puri beliau diberi nama Puri Agung Tabunan, yang kemudian pengucapannya berubah menjadi Puri Agung Tabanan, sedangkan kerajaannya disebut Puri Singasana dan beliau disebut Sang Nateng Singasana. Dari saat itulah beliau bergelar Sirarya Ngurah Tabanan atau juga Ida Betara Nangun Graha. Disebelah Timur Puri, dibangun pesanggrahan khusus untuk Dalem, apabila melakukan inspeksi ke Tabanan dan disebut Puri Dalem. Pada saat itu juga, Dalem memberikan seorang Bagawanta Brahmana Keniten dari Kamasan, yang kemudian ditempatkan di Pasekan ( Griya Pasekan sekarang ).

Berkas:DenahPuri Agung Tabanan 1900.jpg
Denah Puri Agung Tabanan 1900

Pada waktu beliau pindah dari Pucangan ke Tabanan diiringi oleh saudara-saudaranya yaitu :

  • 1. Ki Gusti Made Utara
  • 2. Ki Gusti Nyoman Pascima dan
  • 3. Ki Gusti Wetaning Pangkung.

Sedangkan saudaranya tiga orang lagi yaitu :

  • 1. Ki Gusti Nengah Samping Boni
  • 2. Ki Gusti Nyoman Batan Ancak dan
  • 3. Ki Gusti Ketut Lebah

disuruh pindah ke Desa Nambangan Badung, sebagai pendamping Ki Gusti Ketut Pucangan / Sirarya Notor Wandira yang telah menetap di Bandana ( Badung ). Selanjutnya cucu dari Ki Gusti Samping Boni bernama Ki Gusti Putu Samping, besrta adik-adiknya yaitu : Kiayi Titih, Kiayi Ersani, Kiayi Nengah dan Kiayi Den Ayung mereka kembali ke Tabanan, karena tidak memproleh kedudukan di Badung, diperkirakan sebagai pengiring I Gusti Ayu Pemedetan ( putrid dari Sirarya Notor Wandira ).

Arya Ngurah Langwang berputra :

  • 1. Ki Gusti Ngurah Tabanan / Sang Nateng Singasana
  • 2. Ki Gusti Lod Carik (menurunkan Para Gusti Lod Carik)
  • 3. Ki Gusti Dangin Pasar ( Menurunkan Pragusti Suna, Munang, Batur )
  • 4. Ki Gusti Dangin Margi ( Menurunkan Ki Gusti Blambangan, Ki Gusti Jong, Ki Gusti Mangrawos di Kesiut Kawan, Gusti Mangpagla di Timpag. Semuanya itu disebut Gusti Dangin )

IV. Sang Nateng Singasana / Prabu Winalwan / Ida Bhatara Makules, Raja IV & VII

berputra :

  • 1. Ki Gusti Wayahan Pamedekan
  • 2 Ki Gusti Made Pamedekan
  • 3. Ki Gusti Kukuh
  • 4. Ki Gusti Bola
  • 5. Ki Gusti Wangaya
  • 6. Ki Gusti Made
  • 7. Ki Gusti Kajanan
  • 8. Ki Gusti Brengos
  • 9. Ni Gusti Luh Kukuh
  • 10. Ni Gusti Luh Kukub
  • 11. Ni Gusti Luh Tanjung
  • 12. Ni Gusti Luh Tangkas
  • 13. Ni Gusti Luh Ketut

V. Ki Gusti Wayahan Pamedekan, Raja V

berputra :

  • 1. Ki Gusti Nengah Malkangin
  • 2 & 3. 2 ( Dua ) Wanita tidak disebutkan namanya
  • 4. Raden Tumenggung ( Putra yang lahir di Mataram, setelah K G W Pamedekan ditangkap dalam perang dengan Mataram, dan diangkat sebagai mantu oleh Raja Mataram)

VI. Ki Gusti Made Pamedekan, Raja VI

Oleh kakaknya ( Ki Gusti Wayahan Pamedekan ) disuruh kembali ke Bali untuk menggantikannya sebagai raja. Berputra :

  • 1. Arya Ngurah Tabanan
  • 2. Kyayi Made Dalang
  • 3. Ni Gusti Luh Tabanan

VII. Sang Nateng Singasana, Raja VII

( Kembali naik tahta karena Ki Gusti Made Pamedekan wafat dan putra mahkota masih belum dewasa ).

VIII. Arya Ngurah Tabanan / Bhatara Nisweng Panida, Raja VIII

Berputra :

  • 1. Ni Gusti Luh Kepaon
  • 2. Ni Gusti Ayu Rai
  • 3. Ki Gusti Alit Dawuh

IX. Ki Gusti Nengah Mal Kangin Dan Ki Gusti Made Dalang Raja IX

Ki Gusti Made Dalang ( putra Ki Gusti Made Pamedekan ) berkedudukan di Puri Agung Tabanan sebagai Raja Singasana dengan wilayah kekuasaannya di Sebelah Barat Sungai Dikis.

Ki Gusti Nengah Malkangin ( putra Ki Gusti Wayahan Pamedekan ) berkedudukan di Puri Malkangin dengan wilayah kekuasaan di Sebelah Timur Sungai Dikis.

Ki Gusti Made Dalang meninggal tanpa keturunan, sehingga seluruh wilayah Tabanan dapat dipersatukan oleh Ki Gusti Nengah Malkangin menjadi kekuasaannya. Ki Gusti Nengah Malkangin setelah menjadi Raja Singasana, beliau selalu ingin membinasakan putra mahkota yang bernama Ki Gusti Alit Dawuh ( putra Sirarya Ngurah Tabanan / Betara Nisweng Penida ). Dengan bantuan Ki Gusti Agung Badeng penguasa Kapal yang beristrikan Ni Gusti Luh Tabanan putra dari Ki Gusti Made Pamedekan, saudara perempuan Si raraya Ngurah Tabanan ( Betara Nisweng Pedida ). Putra Mahkota Ki Gusti Alit Dawuh menyerang Ki Gusti Nengah Malkangin dan dalam pertempuran ini Ki Gusti Nengah Malkangin beserta seluruh keluarganya dibunuh oleh Ki Gusti Agung Badeng, hanya seorang putranya yang bernama Ki Gusti Perot tidak dibunuh karena cacad / perot, selanjutnya menurunkan para Gusti Kamasan. Oleh karena Putra Mahkota Ki Gusti Alit Dawuh masih sangat muda dipandang belum mampu memegang pemerintahan, sehingga Ki Gusti Agung Badeng berkenan bermukim sementara di Puri Malkangin untuk mengasuh / mempersiapkan putra mahkota menjadi raja. Sementara diangkatlah Ki Gusti Bola sebagai Raja Singasana.

X. Ki Gusti Bola, Raja X

Berkedudukan di Mal Kangin. Setelah Ki Gusti Bola ( putra dari Ki Gusti Ngurah Tabanan / Prabu Winalwan ) menduduki tahta Singasana, beliau tetap bersikap tidak adil dan menyimpan rasa dendam pada putra mahkota Ki Gusti Alit Dawuh, yang pada akhirnya setelah Ki Gusti Alit Dawuh sudah dianggap dewasa untuk memegang pemerintahan, atas nasehat Ki Gusti Agung Badeng disarankan untuk merebut kekuasaan Ki Gusti Bola. Dalam peperangan Ki Gusti Alit Dawuh dapat mengalahkan Ki Gusti Bola, dimana Ki Gusti Bola tewas ditombak dengan tombak pusaka yang bernama Ki Sandang Lawe.

XI. Ki Gusti Alit Dawuh / Shri Magada Sakti, Raja XI

mempunyai putra :

  • 1. Putra Sulung ( tidak disebutkan namanya )
  • 2. Ki Gusti Made Dawuh / Ida Cokorda Dawuh Pala
  • 2. Ki Gusti Nyoman Telabah
  • 3. Kyayi Jegu
  • 4. Kyayi Kerasan
  • 5. Kyayi Oka

Pada waktu pemerintahan Ki Gusti Alit Dawuh ( Sri Megada Sakti ), di Bandana / Badung, keturunan dari Ki Gusti Nyoman Batan Ancak yang bernama Ki Gusti Nyoman Kelod Kawuh tidak memproleh kedudukan di Badung, mereka kembali lagi ke Tabanan, kemudian oleh Raja Sri Megada Sakti dititahkan bermukim di Desa Pandak sebagai penguasa daerah pantai batas kerajaan.

XII. Putra Sulung Sri Megada Sakti / Ratu Lepas Pemade / Ida Cokorda Tabanan, Raja XII

berputra :

  • 1. Ki Gusti Ngurah Sekar
  • 2. Ki Gusti Ngurah Gede Banjar ( Menjadi Angrurah di Kerambitan, menurunkan Puri-Puri / Jero-Jero dan Pratisentana Arya Kenceng di Kerambitan )
  • 3. Ki Gusti Ngurah Made Dawuh ( Cokorda Dawuh Pala )
  • 4. Ki Gusti Sari ( Bermukim si Wanasari )
  • 5. Ki Gusti Pandak ( Bermukim di Pandak )
  • 6. Ki Gusti Pucangan ( Bermukim di Buwahan )
  • 7. Ki Gusti Rejasa ( bermukin di Rejasa )
  • 8. Ki Gusti Bongan ( Bermukim di Bongan Kawuh )
  • 9. Ki Gusti Sangian ( Bermukim di Banjar Ambengan )
  • 10. Ki Gusti Den ( Bermukim di Banjar Ambengan )

XIII. Ida Cokorda Sekar / Ki Gusti Ngurah Sekar, Raja XIII

Berputra :

  • 1. Ki Gusti Ngurah Gede
  • 2. Ki Gusti Ngurah Made Rai ( Membangun Puri Kaleran, Kembali masuk puri agung setelah Raja XIV Wafat )
  • 3. Ki Gusti Ngurah Rai (Membangun puri di Penebel, Menurunkan Ki Gusti Ngurah Ubung & Jero Kerambitan / Kekeran di Kerambitan ). Keturunan Ki Gusti Ngurah Ubung musnah di bunuh dalam perang dengan Ki Gusti Ngurah Agung.
  • 4. Ki Gusti Ngurah Anom ( Membangun Puri Mas di sebelah Utara Puri Singasana, seluruh keturunannya musnah di bunuh oleh Ki Gusti Ngurah Rai Penebel )

XIV. Ida Cokorda Gede, Raja XIV

berputra :

  • 1. Ki Gusti Nengah Timpag
  • 2. KI Gusti Sambyahan
  • 3. Ki Gusti Ketut Celuk

XV. Ida Cokorda Made Rai, Raja XV

berputra :

  • 1. Ki Gusti Ngurah Agung Gede (Seda sebelum Mabiseka Ratu)
  • 2. Ki Gusti Ngurah Nyoman Panji (Seda Sebelum Mebiseka Ratu), berputra :
    • 1. Ki Gusti Ngurah Agung
    • 2. Ki Gusti Ngurah Demung
    • 3. Ki Gusti Ngurah Celuk (Membangun Puri Kediri Tabanan)
  • 3. Kyayi Buruan
  • 4. Kyayi Tegeh
  • 5. Kyayi Beng (Menurunkan Jero Gede Beng, Jero Beng Kawan & Jero Putu)
  • 6. Kyayi Perean (menurunkan Jero Gede Oka, Jero Gede Kompyang)

XVI. Kiyayi Buruan, Raja XVI

XVII. Ki Gusti Ngurah Rai/ Cokorda Penebel

XVIII. Ki Gusti Ngurah Ubung, Raja XVIII

Beliau adalah putra Ki Gusti Ngurah Rai / Cokorda Penebel.

XIX. Ki Gusti Ngurah Agung, Raja XIX

Beliau adalah putra Ki Gst Ngr Panji. Berputra :

  • 1. Sirarya Ngurah Agung
  • 2. Ki Gusti Ngurah Gede Banjar ( Membangun Puri Anom, menetap di Saren Kangin )
  • 3. Ki Gusti Ngurah Nyoman ( Membangun Puri Anom, menetap di Saren Kawuh / Saren Tengah sekarang )
  • 4. Ki Gusti Ngurah Rai ( Diangkat sebagai Putra oleh Ki Gusti Ngurah Demung di Puri Kaleran )
  • 5. Sirarya Ngurah ( Diangkat sbg Putra oleh Ki Gusti Ngurah Demung di Puri Kaleran )
  • 6. Ki Gusti Ngurah Made Penarukan ( Membangun Puri Anyar Tabanan )

XX. Sirarya Ngurah Agung Tabanan ( Bhatara Ngaluhur ), Raja XX, Tahun 1868 s/d 1903

Berputra :

  • 1. Sirarya Ngurah Agung ( Seda sebelum Mabiseka Ratu )
  • 2. Ki Gusti Ngurah Gede Mas ( Seda sebelum Mabiseka Ratu )
  • 3. Ki Gusti Ngurah Alit Senapahan ( Seda sebelum Mabiseka Ratu )
  • 4. Ki Gusti Ngurah Rai Perang ( Membangun Puri Dangin )
  • 5. Ki Gusti Ngurah Made Batan ( Puri Dangin )
  • 6. Ki Gusti Ngurah Nyoman Pangkung ( Puri Dangin )
  • 7. Ki Gusti Ngurah Gede Marga (Membangun Puri Denpasar
  • 8. Ki Gusti Ngurah Putu ( Membangun Puri Mecutan Tabanan ), berputra :
    • 1. I Gusti Ngurah Wayan
    • 2. I Gusti Ngurah Made
    • 3. I Gusti Ngurah Ketut
    • 4. Sagung Nyoman
    • 5. Sagung Rai
    • 6. Sagung Ketut
  • 9. Sagung Wah ( terkenal memimpin Bebalikan Wangaya, perang melawan Belanda )

XXI. I Gusti Ngurah Rai Perang, abhiseka I Gusti Ngurah Agung. Raja XXI, Tahun 1903 - 1906

Beliau dari Puri Dangin Tabanan, kembali masuk ke Puri Singasana setelah semua Putra mahkota wafat, merupakan Raja Tabanan ke XXI dari tahun 1903 s/d 1906, Ida Cokorda Rai Perang tewas muput raga (menusuk diri sendiri) di Denpasar pada tahun 1906 karena tidak mau tunduk kepada Belanda, Putra mahkota Raja Tabanan Ki Gusti Ngurah Gede Pegeg, juga ikut mengakhiri dirinya bersama ayah beliau. Sehingga hanya tersisa 2 dua orang Putri Raja dari permaisuri yakni Sagung Ayu Oka dan Sagung Ayu Putu, yang kemudian keduanya pindah dan menetap di Puri Anom Tabanan, karena Puri Agung Singasana Tabanan dibakar habis oleh Belanda. Sagung Ayu Oka kemudian menikah dengan Cramer seorang Klerk Kontrolir Belanda, dan Sagung Ayu Putu menikah dengan Ki Gusti Ngurah Anom, di Puri Anom Tabanan.

  • Putra Putri Beliau dari permaisuri yang ikut masuk ke Puri Agung :
    • 1. Ki Gusti Ngurah Gede Pegeg (Turut Muput Raga di Badung th 1906) tidak berketurunan
    • 2. Sagung Ayu Putu (Pindah ke Puri Anom ) menikah dgn Ki Gusti Ngurah Anom di Puri Anom Tabanan. Menurunkan keturunan di Puri Anom Saren Taman atau sekarang disebut Puri Anom Saren kauh. Sagung Ayu Putu menikah dengan I Gusti Ngurah Anom mempunyai 3 orang keturunan,
      • 1. Sagung Gede (alm,tidak menikah)
      • 2. Sagung Wah (alm,tidak menikah)
      • 3. I Gst Ngr Gede Subagja (alm,menikah dengan Sagung Putra) melahirkan
        • 1. I Gusti Ngurah Agung
        • 2. I Gusti Ngurah Bagus Danendra
        • 3. A A Sagung Mirah Widyawati(menikah dengan I Gst Ngr Bagus Grya Negara)
    • 3. Sagung Ayu Oka (Menikah dengan Mr.Arthur Mauritz Cramer, Klerk kontrolir Belanda)dan memiliki 4 orang anak:
      • 1. Elizabeth(alm-Balanda) memiliki 2 orang anak.
      • 2. Johan Wilhem Cramer(alm-Sukabumi) memiliki 8 orang anak.
      • 3. Jan Cramer(alm-Belanda) memiliki 3 orang anak.
      • 4. Baldi Cramer(alm-Sulawesi Selatan).Keempat anak Sagung Ayu Oka lahir di Jembrana-Bali. Kemudian beserta keluarganya Sagung Ayu Oka pindah ke Sulawesi Selatan. Sagung Ayu Oka meninggal dan dimakamkan di Bantaeng, Sulawesi Selatan dan sampai kini makam beliau dirawat dengan baik oleh pihak gereja.
  • Ida Cokorda Ngurah Rai Perang (Raja Tabanan XXI) juga mempunyai putera dari istri yang lainnya dan tetap tinggal di Puri Dangin Tabanan :
    • 1. I Gusti Ngurah Anom
    • 2. I Gusti Ngurah Putu Konol
    • 3. Ni Sagung Made.

Berpuri di Puri Dangin Tabanan sekarang, yang dibangun lagi, setelah datang dari Lombok, yang mana lokasi purinya tidak dibekas area Puri Dangin Tabanan dulu yang telah dihancurkan Belanda. Yang kemudian selanjutnya menurunkan keluarga-keluarga di Puri Dangin Tabanan dan Puri Dangin Tabanan di Jegu sekarang.

XXII. Cokorda Ngurah Ketut, Raja Tabanan ke XXII (29 Juli 1938 s/d ...)

Pada jaman penjajahan Belanda, Belanda kemudian membentuk suatu daerah otonomi yang dipimpin oleh seorang self bestur, daerah otonomi ini disesuaikan dengan pembagian kerajaan-kerajaan sebelumnya. Untuk Tabanan dan Badung self bestur diberi gelar Ida Cokorda, Gianyar Ida Anak Agung dan sebagainya... Jika memakai dresta kuno, yang seharusnya menjadi Raja Berikutnya adalah Putra dari Ida Cokorda Ngurah Rai Perang, yang tinggal di Puri Dangin Tabanan. Namun atas pertimbangan tertentu, Belanda kemudian tidak memakai Dresta (aturan) kuna tersebut.

Untuk daerah Tabanan, dalam rangka memilih Kepala Pemerintahaan di Tabanan, pada tanggal 8 Juli 1929, diputuskan sebagai Kepala / Bestuurder Pemerintahan Tabanan dipilih I Gusti Ngurah Ketut putra I Gusti Ngurah Putu dari Puri Mecutan, dan dengan SK dari pemerintah Belanda beliau diangkat oleh pemerintah Belanda dan diberi gelar Cokorda.

Pada tanggal 1 Juli 1938 Tabanan menjadi Daerah Swapraja, Kepala Daerah Swapraja tetap dijabat oleh I Gusti Ngurah Ketut ( dari Puri Mecutan Tabanan ), kemudian Beliau dilantik / disumpah di Pura Besakih pada Hari Raya Galungan tanggal 29 Juli 1938 dan Mabiseka Ratu bergelar Cokorda Ngurah Ketut, dilihat dari urutan Raja Tabanan, beliau adalah Raja Tabanan ke XXII 1938 s/d 1947.

Berputra :

    • 1. I Gusti Ngurah Gede
    • 2. I Gusti Ngurah Alit Putra
    • 3. I Gusti Ngurah Raka
    • 4. Sagung Mas
    • 5. I Gusti Ngurah Agung

selanjutnya digantikan oleh putra sulungnya bernama I Gusti Ngurah Gede , bergelar Cokorda Ngurah Gede .

XXIII. Cokorda Ngurah Gede, Raja Tabanan ke XXIII

(Maret 1947 s/d 1986), berputra :

    • 1. Sagung Putri Sartika
    • 2. I Gusti Ngurah Bagus Hartawan
    • 3. Sagung Putra Sardini
    • 4. I Gusti Ngurah Alit Darmawan
    • 5. Sagung Ayu Ratnamurni
    • 6. Sagung Jegeg Ratnaningsih
    • 7. I Gusti Ngurah Agung Dharmasetiawan
    • 8. Sagung Ratnaningrat
    • 9. I Gusti Ngurah Rupawan
    • 10. I Gusti Ngurah Putra Wartawan
    • 11. I Gusti Ngurah Alit Aryawan
    • 12. Sagung Putri Ratnawati
    • 13. I Gusti Ngurah Bagus Grastawan
    • 14. I Gusti Ngurah Mayun Mulyawan
    • 15. Sagung Rai Mayawati
    • 16. Sagung Anom Mayadwipa
    • 17. Sagung Oka Mayapada
    • 18. I Gusti Ngurah Raka Heryawan
    • 19. I Gusti Ngurah Bagus Rudi Hermawan
    • 20. I Gusti Ngurah Bagus Indrawan
    • 21. Sagung Jegeg Mayadianti
    • 22. I Gusti Ngurah Adi Suartawan.

Selanjutnya digantikan oleh I Gusti Ngurah Rupawan , Mabiseka Ratu 21 Maret 2008 bergelar Cokorda Anglurah Tabanan .

XXIV. Cokorda Anglurah Tabanan Raja Tabanan ke XXIV

Dari tanggal 21 Maret 2008

Cokorda Anglurah Tabanan berputera :

  • 1. Sagung Manik Vera Yuliawati
  • 2. I Gusti Ngurah Agung Joni Wirawan
  • 3. Sagung Inten Nismayani

Info Dan Komentar

  • KINI DI MENGWI ADA TERTULIS DI PINGGIR JALAN ARAH KE BUDUGUL " KAWITAN ARYA KENCENG ,YA ARIYA MEGADA WANGSA,PURI GEDE PUPUAN " ,SIAPAKAH ARYA MEGADA WANGSA TERSEBUT ? Karna yang umum di ketahui Sri Megada Prabu dan Sri Megada Natha. Apakah Benar disana Anglurah Mengwi I ?
    • Suksma tiang dah baca ,tapi ada baiknya sejarah anda kita satukan atau perbandingkan dengan sejarah puri ageng mengwi biar tidak rancu mana yang mengwi.dan pengakuan masyarakat sana kok beda sekali dengan sejarah anda ya?

Sumber

  • Lontar-Lontar Kuno yang ada di beberapa Puri-Puri di Tabanan ( Puri Gede Krambitan, Puri Anom Tabanan, Puri Dangin Tabanan di Jegu dan lainnya ).
  • Lontar-Lontar Kuno dan Raja Purana di Puri Agung Tegal Tamu
  • Prasasti keturunan Arya Kenceng yang tersimpan di ;
    • - Puri Agung Tabanan
    • - Puri Agung Pemecutan
    • - Puri Peguyangan
    • - Puri Agung Denpasar
    • - Puri Agung Kesiman
    • - Puri Agung Tegal Tamu


Katagori :