Mangkunegara VI
Mangkunegara VI (1881-1896) adalah adik dari Mangkunegara V dan memerintah di Mangkunegaran sebelum kemudian digantikan oleh keponakannya Mangkunegara VII.
Mangkunegara V tidak digantikan oleh putranya langsung karena puteranya belum mencapai kematangan untuk berkuasa. Menurut Gondosuputran tampilnya Mangkunegara VI sebagai penguasa menggantikan kakaknya adalah pesan dari ayahandanya Mangkunegara IV yang disampaikan oleh ibundanya (Ray.Dunuk) agarMangkunegara Vpenerusnya adalah yang berasal dari Mangkunegara IV.
Mangkunegara VI selanjutnya tampil sebagai penguasa yang membawa pembaharuan dan perubahan.Berbeda dengan kakaknya Mangkunegara V yang mengedepankan Kesenian, Mangkunegara VI lebih mengedepankan keuangan dan ekonomisehingga 'Kas" kerajaan yang di jaman kakaknya memerintah hampir kosong oleh Mangkunegara VI digemukan kembali.Segala macam kebutuhan yang menghisap keuangan dan tidak terlalu utama disingkirkan untuk efisiensi.Keuangan Mangkunegaran pada masa itu sedang jatuh akibat kurang tertib nya manajemen pengelolaan dalam bisnisnya. Disamping itu harga gula di pasaran dunia juga sedang jatuh karena mendapat pesaing baru dari Brasilia.
Mangkunegara VI juga mempelopori model penampilan dengan pemotongan rambut yang pendek dengan memotong rambutnya sendiri dan semua pejabat serta kawula diwajibkan untuk tidak memelihara rambut panjang bagi laki laki. Sembah sungkem kepada atasan juga dirubah tidak berkali kali tetapi cukup tiga kali.Ikatan dengan Kasunanan yang mewajibkan Mangkunegara harus menghadap setiap persidangan kerajaan diputus sehingga Mangkunegaran selain otonom juga menjadi pesaing semakin serius dalam memperebutkan hegemoni kebudayaan di Jawa.
Sebelum Mangkunegara VI bertahta sistem pertemuan dengan duduk dilantai dan pada masa pemerintahannya dirubah dengan sistem duduk di kursi dan hal ini adalah yang pertama kali sejak Mangkunegaran berdiri.Mangkunegara VI pula di Mangkunegaran yang memberi ijin kerabat untuk memeluk Agama Kristen.
Pemerintahannya yang tampil dengan banyak perubahan dan anti Belanda pada ujung kesudahannya berakhir dengan ketegangan dan tragis. Mangkunegara VI memiliki putera dan putri; RM. Sujana Handayaningrat dan Ray. Suwasti Surahatmana. Ketika Mangkunegar VI berkehendak menjadikan putranya sebagai calon penggantinya beliau di veto oleh kelompok kerabat Pangeran dan Belanda. Kesudahannya Mangkunegara VI mengundurkan diri dan bermukim di Surabaya.Mangkunegara VI adalah satu satunya raja di Mangkunegaran yang mengundurkan diri atas kehendak sendiri (Media Komunikasi Keluarga Ex-HIK Yogyakarta, 1987).
Ketika wafat Mangkunegara VI tidak disemayamkan di Astana Mangadeg atau Astana Girilayu melainkan di Astana Oetoro Nayu Surakarta.Mangkunegaran kemudian yang bertahta adalah keponakannya yaitu RMA.Suryosuparta sebagaiMangkunegara VII.
PUSTAKA
1. Gema Edisi Yubileum HIK Yogyakarta 60 tahun, Juli 1987, dalam:Media Komunikasi Keluarga Ex-HIK Yogyakarta, 1987.
2. Damar Pustaka, Sufism in Javanese spiritual life; literary study based on Serat Wedhatama written by K.G.P.A.A. Mangkunegara IV.
3. Haryanto, S.,Pratiwimba adhiluhung;sejarah dan perkembangan wayang, Jakarta :Djambatan, 1988
4. Soetomo (Raden), Paul W. Van der Veur, Kenang-kenangan Dokter Soetomo, Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1984
5. Samad, Bahrin, Suka duka pelajar Indonesia di Jepang sekitar Perang Pasifik, 1942-1945,Collection of accounts of Indonesian alumni from Japanese universities, 1942-1945.
6. Ktut Sudiri Panyarikan,Dr. Saharjo, S.H., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1983
7. The Journal of Asian studies, Volume 47, Association for Asian Studies, 1988
8. Sutan takdir Alisyahbana, Achdiad Kartamiharja,Polemik kebudayaan: pergulatan pemikiran terbesar dalam sejarah kebangsaan, JAKARTA: PT Balai Pustaka, 2008