Takdir dalam Islam

Revisi sejak 27 Juli 2006 12.34 oleh Meursault2004 (bicara | kontrib) (Suntingan 222.124.226.64 (Bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Stephensuleeman)

Takdir adalah suatu ketetapan akan garis kehidupan seseorang. Setiap orang lahir lengkap dengan skenario perjalanan kehidupannya dari awal dan akhir. Hal ini dinyatakan dalam Qur'an bahwa segala sesuatu yang terjadi terhadap diri seorang sudah tertulis dalam induk kitab. Namun pemahaman seperti ini tidak bisa berdiri sendiri atau belum lengkap, karena dengan hanya memahami seperti tersebut diatas dapat menyebabkan seseorang bingung untuk menjalani hidup dan mensikapinya. Disatu sisi seseorang

Takdir dalam agama Islam

Agama Islam meyakini bahwa setiap orang pada dasarnya hanya menjalani apa yang telah tertulis atau apa yang telah ditetapkan pencipta untuk kehidupannya. Namun demikian Islam juga melarang seseorang bersikap pasif (hanya diam menunggu). Adanya pengertian tentang bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah digariskan oleh sang pencipta, adalah agar seseorang tidak perlu merasa berduka cita secara berlebihan, atas kejadian tidak menyenagkan yang terjadi dalam kehidupannya dan juga tidak perlu merasa bengga secara berlebihan atas keberhasilan yang sudah diraihnya dalam hidup, karena semua itu terjadi atas ijin dan kehendak dari-Nya.

Konsep Takdir dalam agama Islam

Dalam islam terdapat banyak sekali konsep-konsep tentang takdir. Yang anehnya antara konsep satu dengan lainnya saling bertentangan. Diantaranya:

  • Jabariyah adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa segala yang terjadi bahkan yang menimpa manusia sudah ditetapkan terlebih dahulu oleh Allah dalam suatu kitab induk lauf al-mahfudz. Dan pendasaran dari konsep ini adalah sebagai berikut: Q.S 81:29, Q.S 28:68, Q.S 76:30, Q.S 8:17

Takdir dalam agama Kristen

Pengertian yang serupa dengan takdir dalam agama Kristen ditemukan khususnya dalam ajaran Yohanes Calvin tentang predestinasi. Ajaran ini secara khusus dikaitkan dengan keselamatan jiwa seseorang. Menurut Calvin, manusia telah ditetapkan Allah bahkan sejak di dalam kandungan ibunya apakah ia akan diselamatkan atau tidak. Ajaran Calvin ini selanjutnya dikembangkan oleh sejumlah pengikutnya menjadi ajaran predestinasi ganda yang menyatakan bahwa sebagian manusia telah ditetapkan untuk diselamatkan, sementara sebagian lagi ditetapkan untuk hukuman kekal.

Calvin sendiri sebetulnya tidak menganggap ajaran predestinasi ini sebagai ajaran yang utama. Di masa kini ajaran predestinasi maupun predestinasi ganda telah banyak ditinggalkan oleh Gereja-gereja Calvinis. Hanya beberapa aliran Calvinis konservatif yang masih mempertahankan ajaran ini.