Babad Arya Tabanan
Babad Arya Tabanan adalah babad yang dapat diketemukan di tulisan-tulisan lontar kuno yang dimiliki beberapa Puri (Keraton) di Tabanan, Bali, Indonesia.
Babad ini menceritakan awal ekspedisi Majapahit ke Bali yang dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada dan Arya Damar (Adityawarman). Dalam babad ini disebutkan ada kesatria keturunan Kediri yang bersaudara :
- Raden Cakradara (suami Tribhuwana)
- Arya Damar (Adityawarman). Nama Arya Damar ditemukan dalam Kidung Pamacangah dan Usana Bali sebagai penguasa bawahan di Palembang yang membantu Majapahit menaklukkan Bali pada tahun 1343.
- Arya Kenceng
- Arya Kuta wandira
- Arya Sentong
- Arya Belog
Pendaratan Di Bali
Masing-masing ksatria ini memimpin pasukannya menyerang. Dikisahkan, Gajah Mada menyerang dari arah Timur, diiringi oleh patih keturunan Mpu Witadarma mendarat di Toya Anyar ( Tianyar ), Arya Damar bersama Arya Sentong dan Arya Kuta Waringin mendarat di Ularan menyerang Bali dari arah Utara, Arya Kenceng bersama Arya Belog, Arya Pengalasan dan Arya Kanuruhan menyerang dari arah Selatan, mendarat di Bangsul menuju Kuta . Pasukan Arya Damar berhasil menaklukkan Ularan yang terletak di pantai utara Bali. Pemimpin Ularan yang bernama Pasung Giri akhirnya menyerah setelah bertempur selama dua hari. Arya Damar yang kehilangan banyak prajurit melampiaskan kemarahannya dengan cara membunuh Pasung Giri. Arya Damar kembali ke Majapahit untuk melaporkan kemenangan di Ularan. Pemerintah pusat yang saat itu dipimpin Tribhuwana Tunggadewi marah atas kelancangannya, yaitu membunuh musuh yang sudah menyerah. Arya Damar pun dikirim kembali ke medan perang untuk menebus kesalahannya. Arya Damar tiba di Bali bergabung dengan Gajah Mada yang bersiap menyerang Tawing. Sempat terjadi kesalahpahaman di mana Arya Damar menyerbu lebih dulu sebelum datangnya perintah. Namun keduanya akhirnya berdamai sehingga pertahanan terakhir Bali pun dapat dihancurkan. Seluruh Pulau Bali akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan Majapahit setelah pertempuran panjang selama tujuh bulan. Pemerintahan Bali kemudian dipegang oleh adik-adik Arya Damar, yaitu Arya Kenceng, Arya Kutawandira, Arya Sentong, dan Arya Belog. Sementara itu, Arya Damar sendiri kembali ke daerah kekuasaannya di Palembang. Arya Kenceng memimpin saudara-saudaranya sebagai penguasa Bali bawahan Majapahit. Ia dianggap sebagai leluhur raja-raja Tabanan dan Badung.( Sumber : http://id.rodovid.org/wk/Orang:331778 ) Diceritakan setelah Bali berhasil ditaklukan, Arya Damar kembali ke Majapahit, kemudian diangkat sebagai Raja di Palembang. Adik-adik beliau ditempatkan sebagai raja di masing-masing daerah di Bali seperti Arya Kenceng di Tabanan, Arya Belog di Kaba-kaba dan sebagainya. Salah satu keturunan dari Raja Tabanan, kemudian mendirikan kerajaan Badung ( Denpasar ) yang terkenal dengan Perang Puputan Badung melawan kolonial Belanda. Babad ini juga menceritakan kejadian-kejadian penting dan suksesi Raja-Raja Tabanan.
Berikut Silsilah Raja-Raja Tabanan
Adwaya Brahman Shri Tinuheng Pura ( Beliau yang di hormati di Singasari & Majapahit ) beristrikan Dara Jingga ( Sira Alaki Dewa / beliau yang bersuami seorang Dewa ), berputra :
- Raden Cakradara (suami Tribhuwana Tungga Dewi)
- Arya Damar / Adityawarman Raja Palembang
- Arya Kenceng
- Arya Kuta Wandira
- Arya Sentong
- Arya Belog
I. Arya Kenceng, Raja Tabanan I
Kerajaan di Pucangan / Buahan Tabanan,permaisurinya adalah keturunan Brahmana dari Ketepeng Reges, yang bersaudara tiga wanita, tertua diambil oleh Arya Kepakisan dan yang paling dengan Arya Sentong.
Beliau berputra :
1. Shri Megada Parabhu / Dewa Raka ( Tidak berminat dengan keduniawian, membangun pesraman di Kubon Tingguh ), Beliau mengangkat 5 orang anak asuh ( Putra Upon-Upon ) :
- 1. Ki Bendesa Beng
- 2. Ki Guliang di Rejasa
- 3. Ki Telabah di Tuakilang
- 4. Ki Bendesa di Tajen
- 5. Ki Tegehen di Buahan
2. Shri Megada Natha / Dewa Made / Arya Yasan
3. Kiyai Tegeh ( Arya Kenceng Tegeh Kori bukan Kuri ). Merupakan Putra kandung dari Arya Kenceng yang beribu dari desa Tegeh di Tabanan( bukan putra Dalem yang diberikan kepada Arya Kenceng, menurut babad versi Benculuk Tegeh Kori / http://bali.stitidharma.org/babad-arya-tegeh-kuri/ ), Beliau membangun Kerajaan di Badung, diselatan kuburan Badung ( Tegal ) dengan nama Puri Tegeh Kori ( sekarang bernama Gria Jro Agung Tegal ), karena ada konflik di intern keluarga maka beliau meninggalkan puri di Tegal dan pindah ke Kapal. Di Kapal sempat membuat mrajan dengan nama "Mrajan Mayun " yang sama dengan nama mrajan sewaktu di Tegal, dan odalannya sama yaitu pada saat "Pagerwesi". Dari sana para putra berpencar mencari tempat. Kini pretisentananya ( keturunannya ) berada di Puri Agung Tegal Tamu, Batubulan, Gianyar dan Jero Gelgel di Mengwitani( Badung), Jro Tegeh di Malkangin Tabanan. Dan dalam babad perjalanan Kiyai Tegeh ( Arya Kenceng Tegeh Kori ) tidak pernah membuat istana di Benculuk atau sekarang di sebut Tonja apalagi sampai membangun mrajan Kawitan di tonja. Di Puri Tegeh Kori beliau berkuasa sampai generasi ke empat.
Adapun putra -putra dari Arya Kenceng Tegeh Kori IV adalah :
- 1. Kyai Anglurah Putu Agung Tegeh Kori ( setelah dari Kapal kemudian membangun puri di Tegal Tamu, Gianyar, dengan nama Puri Agung Tegal Tamu ( Tamu dari Tegal ). Beliau berputra :
- 1. I Gusti Putu GelGel. Magenah ring ( bertempat tinggal di ) : Jro Gelgel di Mengwitani Badung, Yeh Mengecir Jembrana dan Jro Tegeh di Malkangin Tabanan
- 2. I Gusti Putu Mayun. Magenah ring Jro Batu Belig ,Batubelig dan Cemagi
- 3. I Gusti Ketut Mas. Magenah ring Klusa
- 4. Kyai Anglurah Made Tegeh. Magenah ring Perang Alas( Lukluk Badung), Pacung ( Abian semal ) dan Dencarik ( Buleleng )
- 5. I Gusti Nyoman Mas. Magenah ring Kutri
- 6. I Gusti Putu Sulang. Magenah ring Sulang
- 7. I Gusti Made Tegeh. Magenah ring Mambal, Sibang, Karang Dalem
- 8. I Gusti Mesataan. Magenah ring Sidemen
- 9. I Gusti Putu Tegeh. Magenah ring Lambing, Klan, Tuban
- 10. I Gusti Ketut Maguyangan. Magenah ring Desa Banyu Campah
- 11. I Gusti Gede Tegeh. Magenah ring Plasa ( Kuta )
- 12. I Gusti Abyan Timbul. Magenah ring Abian Timbul
- 13. I Gusti Putu Sumerta. Magenah ring Sumerta
- 2. Kyai Anglurah Made Tegeh
- 3. Kyai Ayu Mimba / Kyai Ayu Tegeh ( Beliau yang menikah Ke Kawya Pura /Puri Mengwi )
4. Nyai Luh Tegeh
II. Shri Magada Natha / Arya Yasan, Raja Tabanan II
Beliau diutus oleh Dalem ( Raja Bali ) ke Majapahit untuk menyelidiki terhentinya komunikasi dengan Dalem. Setelah sampai di Majapahit, beliau sangat terkejut, menyaksikan keadaan kerajaan yang kacau balau, karena pengaruh Agama Islam mulai masuk. Beliau kembali ke Pucangan ( Bali ), setelah sampai di Pucangan, beliau sangat kecewa, karena adik perempuannya yang bernama Nyai Luh Tegeh Kori dikawinkan dengan Kiayi Asak dari Kapal oleh Dalem, tanpa sepengetahuan dan persetujuan beliau. Karena sangat kecewa beliau meletakan jabatan dan sebagai raja diserahkan pada putranya Sirarya Ngurah Langwang. Selanjutnya beliau menjalani kehidupan rohani di Kubon Tingguh dan kawin lagi dengan putri dari Ki Bendesa Pucangan, yang kemudian melahirkan putra laki-laki yang bernama Ki Gusti Ketut Pucangan atau Sirarya Notor Wandira, yang mana selanjutnya Sirarya Notor Wandira menjadi Raja Badung dan menurunkan pratisentana ( keturunan ) Arya Kenceng di Badung.
Sri Megada Nata mempunyai putera :
1. Arya Ngurah Langwang
2. Ki Gusti Made Utara ( menurunkan Keluarga Besar Jero Subamya )
3. Ki Gusti Nyoman Pascima (Menurunkan Keluarga Besar Jero Pameregan)
4. Ki Gusti Ketut Wetaning Pangkung ( Menurunkan Pragusti Lod Rurung, Kesimpar & Srampingan )
5. Ki Gusti Samping Boni ( Menurunkan Pragusti Ersania, Kyayi Nengah & Kyayi Titih )
6. Ki Gusti Nyoman Batan Ancak ( Menurunkan Pragusti Ancak & Angligan )
7. Ki Gusti Ketut Lebah
8. Ki Gusti Ketut Bendesa / Sirarya Ketut Pucangan/ Sirarya Notor Wandira ( Selanjutnya menurunkan Raja-Raja dan Pratisentana Arya Kenceng di Badung / Denpasar ).
Diceritakan Kyahi Ketut Bendesa atau Kyahi Wuruju Pucangan setiap malam beliau tidak tidur dirumah, melainkan dirumah-rumah penduduk. Pada suatu malam seorang penduduk melihat api dan setelah didekati ternyata hilang, dan yang terlihat ternyata Si Arya Ketut Pucangan. Orang mengetahui bahwa Si Arya Ketut sangat sakti. Beliau disuruh memotong pohon beringin yang tumbuh diwilayah Kerajaan dan beliau naik sampai kepuncak dan memotong pohon itu sampai bersih. Beliau dengan enaknya duduk diatas puncak, lalu diperintahkan untuk turun oleh Raja. Setelah peristiwa itu lalu diberi nama Sang Arya Ketut Notor Wandira, dan Raja memberinya sebuah keris yang yang bernama I Ceklet. Setelah dewasa Arya Notor Wandira mengambil istri dari desa Buwahan dan berputra 2 orang yaitu :
- 1. Kyahi Gde Raka
- 2. Kyahi Gde Rai
Setelah Arya Notor Wandira mempunyai 2 orang putra, beliau ingin mendapatkan kesucian dan wibawa, lalu pergi ke Gunung Giri di Beratan yang bernama Watukaru. Setelah berapa waktu lalu mendapat wangsit yang memerintahkan agar pergi ke Gunung Batur meminta berkah kepada Batari Danu. Sambil menunggu hari baik, beliau berjalan-jalan sampai di desa Tambyak dan tiba-tiba bertemu dengan seorang anak kecil hitam kulitnya, gigi putih, muncul dari pecahan batu di Pura Tambyak, kemudian diajak pulang dan diberi nama Ki Tambyak Tudelaga. Tudelaga adalah namanya yang pertama. Setelah hari baik, Sang Arya disertai oleh Ki Tambyak pergi menuju Selagiri. Kepergiannya nyasar sampai ke Pura Panrajon. Disana beliau semadi memuja Dewa, dan muncullah Sanghyang Panrajon dan berkata agar melanjutkan perjalanan ke Batur. Setelah membatalkan semadinya disertai oleh Ki Tambyak berangkatlah beliau ke Selagiri dan segera melakukan yoga semadi tanpa cacat. Kemudian muncullah Bhetari Danu dan bersabda bahwa Bhetari akan memenuhi kehendaknya asal mau menjunjungnya melintasi danau dan Sang Arya tidak menoleh dan dengan hati teguh memenuhi perintahnya. Ditengah Danau Bhetari menyampaikan sesuatu dan berkata bahwa engkau akan mendapatkan kebahagiaan dalam pemerintahan, dan engkau hendaknya pergi ke negara Badung menemui Sang Anglurah Tegeh Kori. Setelah itu beliau pulang ke Buwahan. Setelah berapa lama beliau lalu pergi kedaerah Badung diikuti oleh istrinya dan Ki Tambyak dan bermalam dirumah Buyut Lumintang. Besoknya melanjutkan perjalanan disertai oleh Ki Buyut kedaerah Tegal dan masuk ke Istana Kyahi Anglurah Tegeh Kori dan mengadakan pembicaraan.( http://www.facebook.com/note.php?note_id=441009182858 ).
III. Arya Ngurah Langwang / Arya Ngurah Tabanan/ Arya Nangun Graha, Raja III
Memindahkan Kerajaan Dan Batur Kawitan Di Pucangan Ke Tabanan
Beliau menggantikan Ayahnya ( Sri Megada Nata ) menjadi Raja Tabanan, yang kemudian mendapat perintah Dalem agar memindahkan Purinya ( Kerajaannya ) di Pucangan ke daerah selatan, hal ini kemungkinan disebabkan secara geografis dan demografis sulit dicapai oleh Dalem dari Gegel dalam kegiatan inspeksi. Akhirnya Arya Ngurah Langwang mendapat pewisik, …dimana ada asap mengepul, agar disanalah membangun Puri. Setelah melakukan pengamatan dari Kebon Tingguh terlihat di daerah selatan asap mengepul keatas, kemudian beliau menuju ke tempat asap mengepul tersebut, ternyata keluar dari sebuah sumur yang terletak di dalam areal Pedukuhan yaiti Dukuh Sakti, yang sekarang lokasi sumur tersebut berada di dalam Pura Puser Tasik Tabanan. Kemudian disitulah beliau membangun Puri, setelah selesai dipindahlah Puri / Kerajaannya beserta Pura Batur Kawitan Betara Arya Kenceng ( lihat denah ).
Oleh karena asap terus mengepul dari sumur tersebut seperti tabunan, sehingga puri beliau diberi nama Puri Agung Tabunan, yang kemudian pengucapannya berubah menjadi Puri Agung Tabanan, sedangkan kerajaannya disebut Puri Singasana dan beliau disebut Sang Nateng Singasana. Dari saat itulah beliau bergelar Sirarya Ngurah Tabanan atau juga Ida Betara Nangun Graha. Disebelah Timur Puri, dibangun pesanggrahan khusus untuk Dalem, apabila melakukan inspeksi ke Tabanan dan disebut Puri Dalem. Pada saat itu juga, Dalem memberikan seorang Bagawanta Brahmana Keniten dari Kamasan, yang kemudian ditempatkan di Pasekan ( Griya Pasekan sekarang ).
Pada waktu beliau pindah dari Pucangan ke Tabanan diiringi oleh saudara-saudaranya yaitu :
- 1. Ki Gusti Made Utara
- 2. Ki Gusti Nyoman Pascima dan
- 3. Ki Gusti Wetaning Pangkung.
Sedangkan saudaranya tiga orang lagi yaitu :
- 1. Ki Gusti Nengah Samping Boni
- 2. Ki Gusti Nyoman Batan Ancak dan
- 3. Ki Gusti Ketut Lebah
disuruh pindah ke Desa Nambangan Badung, sebagai pendamping Ki Gusti Ketut Pucangan / Sirarya Notor Wandira yang telah menetap di Bandana ( Badung ). Selanjutnya cucu dari Ki Gusti Samping Boni bernama Ki Gusti Putu Samping, besrta adik-adiknya yaitu : Kiayi Titih, Kiayi Ersani, Kiayi Nengah dan Kiayi Den Ayung mereka kembali ke Tabanan, karena tidak memproleh kedudukan di Badung, diperkirakan sebagai pengiring I Gusti Ayu Pemedetan ( putrid dari Sirarya Notor Wandira ).
Arya Ngurah Langwang berputra :
- 1. Ki Gusti Ngurah Tabanan / Sang Nateng Singasana
- 2. Ki Gusti Lod Carik (menurunkan Para Gusti Lod Carik)
- 3. Ki Gusti Dangin Pasar ( Menurunkan Pragusti Suna, Munang, Batur )
- 4. Ki Gusti Dangin Margi ( Menurunkan Ki Gusti Blambangan, Ki Gusti Jong, Ki Gusti Mangrawos di Kesiut Kawan, Gusti Mangpagla di Timpag. Semuanya itu disebut Gusti Dangin )
IV. Sang Nateng Singasana / Arya Ngurah Tabanan / Ki Gusti Ngurah Tabanan / Prabu Winalwan / Ida Bhatara Makules, Raja IV & VII
Arya Ngurah Tabanan diminta bantuan oleh Sang Nata Sukasada ( Gegel ) untuk menyerang negara Sasak yang diperintah oleh Kebo Mundur atau Parsua. Dengan keris Kalawong dan tombak Ki Baru Sakti beliau berhasil menaklukan Sasak. Sejak permaisuri beliau meninggal dunia, beliau sangat sedih dan sakit keras, lalu pemerintahan diserahkan kepada kedua anaknya. Sang Nata yang bergelar Prabu Winalwan lalu bertapa di Gunung Batukaru bagian Selatan, disebelah Timur dari Kahyangan Wongaya, pesraman tersebut dinamai Tegal Jero. Sesuai petunjuk Betara beliau lalu tinggal di Wanasari pada keluarga Pedanda Ketut Jambe, dimana saat itu adik Pedanda yang tinggal di Buruan Ida Cede Nyuling tidak setuju beliau tinggal disana, sehingga beliau bersumpah tidak akan nunas tirta seketurunannya pada Ida Gede Nyuling. Setelah beberapa lama akhirnya beliau sembuh dari penyakitnya, kulitnya mengelupas dan ditanam di dekat rumah, lalu didirikan pedarman bernama Batur Wanasari, sejak itu Sang Prabu bergelar Betara Mekules. Pedanda Ketut Nabe ditetapkan sebagai Bagawanta. Juga setelah sembuh beliau kembali ke Puri Singasana Tabanan.
Stana / Pelinggih Ida Betara Mekules berada di Pura Batur Wanasari di Wanasari Tabanan. Hari Piodalannya / Petoyannya pada Anggarkasih Dukut ( Selasa Kliwon Dukut ). Beliau berputra :
- 1. Ki Gusti Wayahan Pamedekan
- 2 Ki Gusti Made Pamedekan
- 3. Ki Gusti Kukuh
- 4. Ki Gusti Bola
- 5. Ki Gusti Wangaya
- 6. Ki Gusti Made
- 7. Ki Gusti Kajanan
- 8. Ki Gusti Brengos
- 9. Ni Gusti Luh Kukuh
- 10. Ni Gusti Luh Kukub
- 11. Ni Gusti Luh Tanjung
- 12. Ni Gusti Luh Tangkas
- 13. Ni Gusti Luh Ketut
V. Ki Gusti Wayahan Pamedekan / Anglurah Tabanan, Raja V
Anglurah Tabanan dan adiknya Aglurah Made Pemadekan, diperintahkan oleh Dalem Sukasada menyerang Pulau Jawa. Dalam peperangan tentara Bali kalah, Anglurah Tabanan ditawan dan dijadikan menantu oleh Sultan Mataram, kemudian berputra Raden Tumenggung.
Ki Gusti Wayahan Pamedekan berputra :
- 1. Ki Gusti Nengah Malkangin
- 2 & 3. 2 ( Dua ) Wanita tidak disebutkan namanya
- 4. Raden Tumenggung ( Putra yang lahir di Mataram )
VI. Ki Gusti Made Pamedekan / Anglurah Made Pamedekan, Raja VI
Oleh kakaknya ( Ki Gusti Wayahan Pamedekan ) disuruh kembali ke Bali untuk menggantikannya sebagai raja. Anglurah Made Pamedekan lari dikejar tentara Jawa, bersembunyi disebuah gua, ada seekor burung titiran yang bersuara dapat menyelamatkannya, sehingga bisa selamat sampai kembali di Puri Singasana Tabanan. Sejak saat itu Beliu bersumpah dan juga agar keturunan beliau kelak tidak memelihara, membunuh burung titiran
Berputra :
- 1. Arya Ngurah Tabanan
- 2. Kyayi Made Dalang
- 3. Ni Gusti Luh Tabanan
VII. Sang Nateng Singasana, Raja VII
( Kembali naik tahta karena Ki Gusti Made Pamedekan wafat dan putra mahkota masih belum dewasa ).
VIII. Arya Ngurah Tabanan / Bhatara Nisweng Panida, Raja VIII
Saat pemerintahaan beliau, anaknya Ki Gusti Wayahan Pamedekan yang tertua, yang bernama Ki Gusti Nengah Mal Kangin ingin berkuasa, lalu mencari siasat agar Sang Nata pergi ke Dalam Sukasada. Dalam perjalanan pulang beliau dicegat dan dibunuh oleh Ki Gusti Nengah Mal Kangin di Desa Penida. Sejak itu beliau Arya Ngurah Tabanan bergelar Betara Nisweng Penida
Berputra :
- 1. Ni Gusti Luh Kepaon
- 2. Ni Gusti Ayu Rai
- 3. Ki Gusti Alit Dawuh
IX. Ki Gusti Nengah Mal Kangin Dan Ki Gusti Made Dalang Raja IX
Ki Gusti Made Dalang ( putra Ki Gusti Made Pamedekan ) berkedudukan di Puri Agung Tabanan sebagai Raja Singasana dengan wilayah kekuasaannya di Sebelah Barat Sungai Dikis.
Ki Gusti Nengah Malkangin ( putra Ki Gusti Wayahan Pamedekan ) berkedudukan di Puri Malkangin dengan wilayah kekuasaan di Sebelah Timur Sungai Dikis.
Ki Gusti Made Dalang meninggal tanpa keturunan, sehingga seluruh wilayah Tabanan dapat dipersatukan oleh Ki Gusti Nengah Malkangin menjadi kekuasaannya. Ki Gusti Nengah Malkangin setelah menjadi Raja Singasana, beliau selalu ingin membinasakan putra mahkota yang bernama Ki Gusti Alit Dawuh ( putra Sirarya Ngurah Tabanan / Betara Nisweng Penida ). Dengan bantuan Ki Gusti Agung Badeng penguasa Kapal yang beristrikan Ni Gusti Luh Tabanan putra dari Ki Gusti Made Pamedekan, saudara perempuan Sirarya Ngurah Tabanan ( Betara Nisweng Pedida ). Putra Mahkota Ki Gusti Alit Dawuh menyerang Ki Gusti Nengah Malkangin dan dalam pertempuran ini Ki Gusti Nengah Malkangin beserta seluruh keluarganya dibunuh oleh Ki Gusti Agung Badeng, hanya seorang putranya yang bernama Ki Gusti Perot tidak dibunuh karena cacad / perot, selanjutnya menurunkan para Gusti Kamasan. Oleh karena Putra Mahkota Ki Gusti Alit Dawuh masih sangat muda dipandang belum mampu memegang pemerintahan, sehingga Ki Gusti Agung Badeng berkenan bermukim sementara di Puri Malkangin untuk mengasuh / mempersiapkan putra mahkota menjadi raja. Sementara diangkatlah Ki Gusti Bola sebagai Raja Singasana.
X. Ki Gusti Bola, Raja X
Berkedudukan di Mal Kangin. Setelah Ki Gusti Bola ( putra dari Ki Gusti Ngurah Tabanan / Prabu Winalwan ) menduduki tahta Singasana, beliau tetap bersikap tidak adil dan menyimpan rasa dendam pada putra mahkota Ki Gusti Alit Dawuh, yang pada akhirnya setelah Ki Gusti Alit Dawuh sudah dianggap dewasa untuk memegang pemerintahan, atas nasehat Ki Gusti Agung Badeng disarankan untuk merebut kekuasaan Ki Gusti Bola. Dalam peperangan Ki Gusti Alit Dawuh dapat mengalahkan Ki Gusti Bola, dimana Ki Gusti Bola tewas ditombak dengan tombak pusaka yang bernama Ki Sandang Lawe.
XI. Ki Gusti Alit Dawuh / Shri Magada Sakti, Raja XI
Dinobatkan menjadi raja bergelar Sri Megada Sakti, dan negara makmur sejahtera. Beliau juga memutuskan hubungan dengan Dalem, mengingat berkaitan dengan peristiwa Betara Nisweng Penida.
Setelah Sri Megada Sakti mantap kekuasaannya, maka ingin membalaskan dendam terhadap wilayah Penida, lalu diserang dan dapat ditaklukan, sehingga semua kekuasaan daerah Penida masuk Kerajaan Tabanan, seperti : Pandak, Kekeran, Nyitdah, Kediri dan lainnya. Di Kabakaba lalu memerintah Prabu Alit, oleh karena masih muda, timbul pembangkangan dari pengikutnya. Prabu Alit melapor kepada Sri Megada Sakti, lalu beliau menertibkan dan menaklukan desa-desa yang membrontak. Itulah sebabnya daerah negara Tabanan semakin meluas dari lembah Sungai Sungi hingga ke Timur Sungai Pulukan dan sepanjang pantai Selatan.
Saat pemerintahaan beliau, Tabanan diserang oleh Ki Gusti Panji Sakti yang berkuasa di Den Bukit ( Kerajaan Buleleng ). Mereka menyerang ke Wongaya dan merusak Pura Kahyangan Wongaya. Adanya penyerangan tersebut, di Tabanan gempar, kentongan di Bale Agung yang bernama Ki Tan Kober dibunyikan dan rakyat Tabanan bersiap untuk menyerang musuh di Wongaya. Dengan pertolongan Dewata maka keluarlah tawon yang sangat berbisa yang jumlahnya sangat banyak, menyerang pasukan Pasukan Ki Panji Sakti, sehingga mereka lari terbirit-birit. Ki Panji Sakti sadar, bahwa dia telah mendapatkan kutukan Dewata, karena merusak Pura Wongaya, lalu mengirim utusan utusan ke Tabanan menyatakan maaf atas kesalahannya dan berjanji akan berlaku bersahabat. Dan puteri Sang Nata yang bernama Gusti Luh Abian Tubuh diperistri oleh putera Ki Panji Sakti yang bernama Ki Gusti Padang
Beliau berputra :
- 1. Putra Sulung ( tidak disebutkan namanya )
- 2. Ki Gusti Made Dawuh / Ida Cokorda Dawuh Pala
- 2. Ki Gusti Nyoman Telabah
- 3. Kyayi Jegu
- 4. Kyayi Kerasan
- 5. Kyayi Oka
Pada waktu pemerintahan Ki Gusti Alit Dawuh ( Sri Megada Sakti ), di Bandana / Badung, keturunan dari Ki Gusti Nyoman Batan Ancak yang bernama Ki Gusti Nyoman Kelod Kawuh tidak memperoleh kedudukan di Badung, mereka kembali lagi ke Tabanan, kemudian oleh Raja Sri Megada Sakti dititahkan bermukim di Desa Pandak sebagai penguasa daerah pantai batas kerajaan.
XII. Putra Sulung Sri Megada Sakti / Ratu Lepas Pemade / Ida Cokorda Tabanan, Raja XII
Setelah Sri Megada Sakti mangkat, sebagai raja Tabanan digantikan oleh putera sulungnya yang bergelar Ida Cokorda Tabanan. Cokorda Tabanan lama beliau belum mempunyai putera, karenanya beliau memutuskan dan berjanji : “ Kalau lahir seorang putera, walau dari istri Sudra, maka dialah kelak akan menggantikannya “. Selanjutnya yang pertama hamil adalah istri beliau yang bernama Mekel Sekar dan akhirnya melahirkan seorang putera yang diberi nama Ki Gusti Ngurah Sekar. Selanjutnya yang kedua hamil pada istri beliau yang Prami dan lahir juga seorang putera diberi nama Ki Gusti Ngurah Gede. Setelah Sang Prabu mangkat, sesuai janjinya maka yang naik tahta adalah Ki Gusti Ngurah Sekar dengan gelar Cokorda Sekar / Prabu Singasana Tabanan.
Beliau berputra :
- 1. Ki Gusti Ngurah Sekar
- 2. Ki Gusti Ngurah Gede Banjar ( Menjadi Angrurah di Kerambitan, menurunkan Puri-Puri / Jero-Jero dan Pratisentana Arya Kenceng di Kerambitan )
- 3. Ki Gusti Ngurah Made Dawuh ( Cokorda Dawuh Pala )
- 4. Ki Gusti Sari ( Bermukim di Wanasari )
- 5. Ki Gusti Pandak ( Bermukim di Pandak )
- 6. Ki Gusti Pucangan ( Bermukim di Buwahan )
- 7. Ki Gusti Rejasa ( bermukin di Rejasa )
- 8. Ki Gusti Bongan ( Bermukim di Bongan Kawuh )
- 9. Ki Gusti Sangian ( Bermukim di Banjar Ambengan )
- 10. Ki Gusti Den ( Bermukim di Banjar Ambengan )
XIII. Ida Cokorda Sekar / Ki Gusti Ngurah Sekar, Raja XIII
Ki Gusti Ngurah Sekar menggantikan Cokorda Ngurah Tabanan sebagai Raja Tabanan bergelar Ida Cokorda Sekar.
Adik beliau Ki Gusti Ngurah Gede meninggalkan istana, karena tidak puas dengan kedudukannya, lalu tinggal dirumah seorang brahmana di Banjar. Setelah dibujuk dia baru mau kembali ke Tabanan dengan syarat diberikan kekuasaan sama seperti kakaknya, Cokorda Sekar setuju, maka Ki Gusti Ngurah Gede dibikinkan Puri di Kerambitan yang sama seperti Puri Singasana Tabanan dan sebagian wilayah kerajaan dan rakyatnya diserahkan kepada Ki Gusti Ngurah Gede. Setelah dinobatkan beliau bergelar Cokorda Gede Banjar, selanjutnya beliau menurunkan para arya di Kerambitan. Kedudukannya adalah sebagi Raja Kedua, mereka memerintah bersama-sama dan tak mengalami halangan apapun.
Beliau berputra :
- 1. Ki Gusti Ngurah Gede
- 2. Ki Gusti Ngurah Made Rai ( Membangun Puri Kaleran, Kembali masuk Puri Agung setelah Raja XIV Wafat )
- 3. Ki Gusti Ngurah Rai (Membangun puri di Penebel, Menurunkan Ki Gusti Ngurah Ubung & Jero Kerambitan / Kekeran di Kerambitan ). Keturunan Ki Gusti Ngurah Ubung musnah di bunuh dalam perang dengan Ki Gusti Ngurah Agung.
- 4. Ki Gusti Ngurah Anom. Putra sulungnya bernama Ki Gusti Mas dan mediksa bergelar Ki Gusti Wirya Nala ( Membangun Puri Mas di sebelah Utara Puri Singasana, seluruh keturunannya musnah di bunuh oleh Ki Gusti Ngurah Rai Penebel )
XIV. Ida Cokorda Gede, Raja XIV
berputra :
- 1. Ki Gusti Nengah Timpag
- 2. KI Gusti Sambyahan
- 3. Ki Gusti Ketut Celuk
XV. Ida Cokorda Made Rai, Raja XV
berputra :
- 1. Ki Gusti Ngurah Agung Gede (Seda sebelum Mabiseka Ratu)
- 2. Ki Gusti Ngurah Nyoman Panji (Seda Sebelum Mebiseka Ratu), berputra :
- 1. Ki Gusti Ngurah Agung
- 2. Ki Gusti Ngurah Demung
- 3. Ki Gusti Ngurah Celuk (Membangun Puri Kediri Tabanan)
- 3. Kyayi Buruan
- 4. Kyayi Tegeh
- 5. Kyayi Beng (Menurunkan Jero Gede Beng, Jero Beng Kawan & Jero Putu)
- 6. Kyayi Perean (menurunkan Jero Gede Oka, Jero Gede Kompyang)
XVI. Kiyayi Buruan, Raja XVI
Putra dari Ki Gusti Ngurah Made Rai. Dalam pemerintahannya yang didampingi oleh Kiyayi Beng selalu memendam iri hati dan kekwatiran akan kebesaran dan pengaruh Cokorda Rai Penebel beserta putranya Ki Gusti Ngurah Ubung di Penebel, akhirnya Kiyayi Buruan Menyerang Cokorda Rai di Penebel, akan tetapi Kiyayi Buruan dan Kiyayi Beng beserta laskarnya dikalahkan oleh laskar Penebel. Kiyayi Buruan dan Kiyayi Beng bertahan diistananya di Tabanan, akhirnya pasukan Penebel dibawah pimpinan Ki Gusti Ngurah Ubung menyerang Tabanan dan Kiyayi Buruan dan Kiyayi Beng terbunuh beserta seluruh keluarganya. Sedangkan Kiyayi Beng mempunyai istri yang sedang mengandung dan kebetulan berada dirumah orang tuanya di desa Suda akhirnya melahirkan anak laki-laki yang bernama I Gusti Wayahan Beng yang selanjutnya menurunkan Jero Beng, Jero Beng Kawan dan Jero Putu di Tabanan.
XVII. Ki Gusti Ngurah Rai/ Cokorda Penebel
Berputera Ki Gusti Ngurah Ubung.
XVIII. Ki Gusti Ngurah Ubung, Raja XVIII
Beliau adalah putra Ki Gusti Ngurah Rai / Cokorda Penebel. Ki Gusti Ngurah Ubung sebagai raja Singasana berkedudukan di Puri Agung Tabanan, setelah kalah dalam pertempuran di pesiatan ( Pesiapan ) dengan laskar Ki Gusti Ngurah Agung ( putra Ki Gusti Ngurah Nyoman Panji ), kemudian Ki Gusti Ngurah Ubung lari dan bertahan di Puri Penebel dan akhirnya Ki Gusti Ngurah Agung Masuk ke Puri Agung Tabanan sebagai Raja Tabanan. Setelah beberapa tahun berperang, akhirnya raja Ki Gusti Ngurah Agung dibantu oleh raja Mengwi menyerang Ki Gusti Ngurah Ubung di Penebel dan Ki Gusti Ngurah Ubung tewas dalam peperangan di Desa Sesandan.
XIX. Ki Gusti Ngurah Agung, Raja XIX
Beliau adalah putra Ki Gst Ngr Panji. Berputra :
- 1. Sirarya Ngurah Agung
- 2. Ki Gusti Ngurah Gede Banjar ( Membangun Puri Anom, menetap di Saren Kangin )
- 3. Ki Gusti Ngurah Nyoman ( Membangun Puri Anom, menetap di Saren Kawuh / Saren Tengah sekarang )
- 4. Ki Gusti Ngurah Rai ( Diangkat sebagai Putra oleh Ki Gusti Ngurah Demung di Puri Kaleran )
- 5. Sirarya Ngurah ( Diangkat sbg Putra oleh Ki Gusti Ngurah Demung di Puri Kaleran )
- 6. Ki Gusti Ngurah Made Penarukan ( Membangun Puri Anyar Tabanan )
XX. Sirarya Ngurah Agung Tabanan ( Bhatara Ngaluhur ), Raja XX, Tahun 1868 s/d 1903
Berputra :
- 1. Sirarya Ngurah Agung ( Seda sebelum Mabiseka Ratu )
- 2. Ki Gusti Ngurah Gede Mas ( Seda sebelum Mabiseka Ratu )
- 3. Ki Gusti Ngurah Alit Senapahan ( Seda sebelum Mabiseka Ratu )
- 4. Ki Gusti Ngurah Rai Perang ( Membangun Puri Dangin )
- 5. Ki Gusti Ngurah Made Batan ( Puri Dangin )
- 6. Ki Gusti Ngurah Nyoman Pangkung ( Puri Dangin )
- 7. Ki Gusti Ngurah Gede Marga (Membangun Puri Denpasar
- 8. Ki Gusti Ngurah Putu ( Membangun Puri Mecutan Tabanan ), berputra :
- 1. I Gusti Ngurah Wayan
- 2. I Gusti Ngurah Made
- 3. I Gusti Ngurah Ketut
- 4. Sagung Nyoman
- 5. Sagung Rai
- 6. Sagung Ketut
- 9. Sagung Wah ( terkenal memimpin Bebalikan Wangaya, perang melawan Belanda )
XXI. I Gusti Ngurah Rai Perang, abhiseka I Gusti Ngurah Agung. Raja XXI, Tahun 1903 - 1906
Beliau dari Puri Dangin Tabanan, kembali masuk ke Puri Singasana setelah semua Putra mahkota wafat, merupakan Raja Tabanan ke XXI dari tahun 1903 s/d 1906, Ida Cokorda Rai Perang tewas muput raga (menusuk diri sendiri) di Denpasar pada tahun 1906 karena tidak mau tunduk kepada Belanda, Putra mahkota Raja Tabanan Ki Gusti Ngurah Gede Pegeg, juga ikut mengakhiri dirinya bersama ayah beliau. Sehingga hanya tersisa 2 dua orang Putri Raja dari permaisuri yakni Sagung Ayu Oka dan Sagung Ayu Putu, yang kemudian keduanya pindah dan menetap di Puri Anom Tabanan, karena Puri Agung Singasana Tabanan dibakar habis oleh Belanda. Sagung Ayu Oka kemudian menikah dengan Cramer seorang Klerk Kontrolir Belanda, dan Sagung Ayu Putu menikah dengan Ki Gusti Ngurah Anom, di Puri Anom Tabanan.
- Putra Putri Beliau dari permaisuri yang ikut masuk ke Puri Agung :
- 1. Ki Gusti Ngurah Gede Pegeg (Turut Muput Raga di Badung th 1906) tidak berketurunan
- 2. Sagung Ayu Putu (Pindah ke Puri Anom ) menikah dgn Ki Gusti Ngurah Anom di Puri Anom Tabanan. Menurunkan keturunan di Puri Anom Saren Taman atau sekarang disebut Puri Anom Saren kauh. Sagung Ayu Putu menikah dengan I Gusti Ngurah Anom mempunyai 3 orang keturunan,
- 1. Sagung Gede (alm,tidak menikah)
- 2. Sagung Wah (alm,tidak menikah)
- 3. I Gst Ngr Gede Subagja (alm,menikah dengan Sagung Putra) melahirkan
- 1. I Gusti Ngurah Agung
- 2. I Gusti Ngurah Bagus Danendra
- 3. A A Sagung Mirah Widyawati(menikah dengan I Gst Ngr Bagus Grya Negara)
- 3. Sagung Ayu Oka (Menikah dengan Mr.Arthur Mauritz Cramer, Klerk kontrolir Belanda)dan memiliki 4 orang anak:
- 1. Elizabeth(alm-Balanda) memiliki 2 orang anak.
- 2. Johan Wilhem Cramer(alm-Sukabumi) memiliki 8 orang anak.
- 3. Jan Cramer(alm-Belanda) memiliki 3 orang anak.
- 4. Baldi Cramer(alm-Sulawesi Selatan).Keempat anak Sagung Ayu Oka lahir di Jembrana-Bali. Kemudian beserta keluarganya Sagung Ayu Oka pindah ke Sulawesi Selatan. Sagung Ayu Oka meninggal dan dimakamkan di Bantaeng, Sulawesi Selatan dan sampai kini makam beliau dirawat dengan baik oleh pihak gereja.
- Ida Cokorda Ngurah Rai Perang (Raja Tabanan XXI) juga mempunyai putera dari istri yang lainnya dan tetap tinggal di Puri Dangin Tabanan :
- 1. I Gusti Ngurah Anom
- 2. I Gusti Ngurah Putu Konol
- 3. Ni Sagung Made.
Berpuri di Puri Dangin Tabanan sekarang, yang dibangun lagi, setelah datang dari Lombok, yang mana lokasi purinya tidak dibekas area Puri Dangin Tabanan dulu yang telah dihancurkan Belanda. Yang kemudian selanjutnya menurunkan keluarga-keluarga di Puri Dangin Tabanan dan Puri Dangin Tabanan di Jegu sekarang.
XXII. Cokorda Ngurah Ketut, Raja Tabanan ke XXII (29 Juli 1938 s/d ...)
Pada jaman penjajahan Belanda, Belanda kemudian membentuk suatu daerah otonomi yang dipimpin oleh seorang self bestur, daerah otonomi ini disesuaikan dengan pembagian kerajaan-kerajaan sebelumnya. Untuk Tabanan dan Badung self bestur diberi gelar Ida Cokorda, Gianyar Ida Anak Agung dan sebagainya...
Dalam rangka memilih Kepala Pemerintahaan di Tabanan, Belanda juga mencari dan menerima saran-saran dari beberapa Puri / Jero yang sebelumnya ada dalam struktur kerajaan, tentang bagaimana tatacara memilih seorang raja di Tabanan sebelumnya. Setelah mempertimbangkannya, pada tanggal 8 Juli 1929, diputuskan sebagai Kepala / Bestuurder Pemerintahan Tabanan dipilih I Gusti Ngurah Ketut, putra I Gusti Ngurah Putu ( putra Sirarya Ngurah Agung Tabanan, Raja Tabanan ke XX ) dari Puri Mecutan, dengan gelar Cokorda.
Selanjutnya Beliau membangun kembali Puri beserta Pura Batur Kawitan Betara Arya Kenceng ( Piodalan pada hari Wrespati/Kamis Umanis Dungulan ) di area bekas letak Puri Agung Tabanan yang telah dihancurkan Belanda. Karena adanya keterbatasan saat itu, luas area yang digunakan dan jumlah bangunan adat yang didirikan tidak seperti yang semula.
Pada tanggal 1 Juli 1938 Tabanan menjadi Daerah Swapraja, Kepala Daerah Swapraja tetap dijabat oleh I Gusti Ngurah Ketut ( dari Puri Mecutan Tabanan ), kemudian Beliau dilantik / disumpah di Pura Besakih pada Hari Raya Galungan tanggal 29 Juli 1938 dan Mabiseka Ratu bergelar Cokorda Ngurah Ketut, dilihat dari urutan Raja Tabanan, beliau adalah Raja Tabanan ke XXII 1938 s/d 1947.
Berputra :
- 1. I Gusti Ngurah Gede
- 2. I Gusti Ngurah Alit Putra
- 3. I Gusti Ngurah Raka
- 4. Sagung Mas
- 5. I Gusti Ngurah Agung
selanjutnya digantikan oleh putra sulungnya bernama I Gusti Ngurah Gede , bergelar Cokorda Ngurah Gede .
XXIII. Cokorda Ngurah Gede, Raja Tabanan ke XXIII
(Maret 1947 s/d 1986), berputra :
- 1. Sagung Putri Sartika
- 2. I Gusti Ngurah Bagus Hartawan
- 3. Sagung Putra Sardini
- 4. I Gusti Ngurah Alit Darmawan
- 5. Sagung Ayu Ratnamurni
- 6. Sagung Jegeg Ratnaningsih
- 7. I Gusti Ngurah Agung Dharmasetiawan
- 8. Sagung Ratnaningrat
- 9. I Gusti Ngurah Rupawan
- 10. I Gusti Ngurah Putra Wartawan
- 11. I Gusti Ngurah Alit Aryawan
- 12. Sagung Putri Ratnawati
- 13. I Gusti Ngurah Bagus Grastawan
- 14. I Gusti Ngurah Mayun Mulyawan
- 15. Sagung Rai Mayawati
- 16. Sagung Anom Mayadwipa
- 17. Sagung Oka Mayapada
- 18. I Gusti Ngurah Raka Heryawan
- 19. I Gusti Ngurah Bagus Rudi Hermawan
- 20. I Gusti Ngurah Bagus Indrawan
- 21. Sagung Jegeg Mayadianti
- 22. I Gusti Ngurah Adi Suartawan.
Selanjutnya digantikan oleh I Gusti Ngurah Rupawan , Mabiseka Ratu 21 Maret 2008 bergelar Cokorda Anglurah Tabanan .
XXIV. Cokorda Anglurah Tabanan Raja Tabanan ke XXIV
Dari tanggal 21 Maret 2008
Cokorda Anglurah Tabanan berputera :
- 1. Sagung Manik Vera Yuliawati
- 2. I Gusti Ngurah Agung Joni Wirawan
- 3. Sagung Inten Nismayani
Info Dan Komentar
KINI DI MENGWI ADA TERTULIS DI PINGGIR JALAN ARAH KE BUDUGUL " KAWITAN ARYA KENCENG ,YA ARIYA MEGADA WANGSA,PURI GEDE PUPUAN " ,SIAPAKAH ARYA MEGADA WANGSA TERSEBUT ? Karna yang umum di ketahui Sri Megada Prabu dan Sri Megada Natha. Apakah Benar disana Anglurah Mengwi I ?
- Coba baca artikel : BABAD MENGWI AKHIR ABAD 14-AKHIR ABAD 17 ( http://bukucatatanadi.blogspot.com/2010/03/babad-mengwi-akhir-abad-14-akhir-abad.html ), mungkin beberapa jawabannya ada dalam artikel ini (?).
- Suksma tiang dah baca ,tapi ada baiknya sejarah anda kita satukan atau perbandingkan dengan sejarah puri ageng mengwi biar tidak rancu mana yang mengwi.dan pengakuan masyarakat sana kok beda sekali dengan sejarah anda ya?bukan leluhur anda yang membangun pura dalem brerong ( Pura dalem Desa Adat mengwitani)apalagi membangun pura desa,penataran agung disana.dan pura dalem sari adalah pura dari kisah Nang Ketekan ( bukan pura kawitan raja Mengwi menurut babad Pupuan),saya mendapat info ini dari tokoh desa adat setempat.dan dalam babad anda tidak di jelaskan siapa itu ARYA MEGADA WANGSA? mohon penjelasan.
Berbicara mengenai siapa itu Megada Wangsa tentu jro Gede Pupuan ( yang lebih di kenal di mengwitani dengan nama KURI BARAK )sendiri yang bisa menjawabnya.tetapi ada hal yang janggal yang saya dapat dari membaca babad Kenceng Pupuan yang baru di bikin dan sempat di tolak oleh ahli sejarah yaitu Bpk. Ketut sudarsana ( Kapal ) karena tidak sesuai dengan kebenarannya ,yang saya tanyakan adalah : 1.Kalo Megada Wangsa itu adalah Megada Natha tentunya dia bukan treh Kenceng tegeh kori (Kyai Tegeh ) darimana dia dapat bukti bahwa dia keturunan Kyai tegeh sedangkan dia memakai nama Megada Wangsa ?
2.Kenapa sewaktu pacentokan Desa Adat se kabupaten Badung sejarah yang di bawa oleh Jro gede Pupuan di Tolak di desanya sendiri yaitu di Mengwitani?
3.Babad dan Purana yang tersimpan di PURI AGUNG TEGAL TAMU tercatat bahwa Kyai Anglurah tegeh Kori IV berputra :
- 1. Kyai Anglurah Putu Agung Tegeh kori ( keterangan lebih lanjut bisa di baca di atas )
- 2. Kyai Anglurah Made Tegeh
- 3. Kyai Ayu Mimba ( Ayu Tegeh ) beliau yang menikah ke Kawya Pura ( Puri Ageng Mengwi )
yang jadi pertanyaan adalah Karna di Jro Pupuan mengakungaku sentana dari Kyai Anglurah made tegeh adalah mungkinkah seorang kakak kandung menikahi adiknya sendiri ?
4.Setelah Ida Betara Cokorda Mengwi lebar ( Ayah dari AA.Gede Agung / Bupati badung )barulah mereka berani memasang nama rumah dengan banyak perubahan yaitu Jro Ageng Mengwi berubah menjadi Jro Pupuan lalu Jro Ageng Pupuan lalu Puri Gede Pupuan kemudian kini Jro Gede Pupuan.Mungkinkah nama puri atau jro bisa berubah-ubah dalam waktu 2 tahun ?
SAYA HARAPKAN TEAM PENYUSUNAN BUKU SEJARAH DARI IDA BETARA ARYA KENCENG BERHATI -HATI MENERIMA MASUKAN SEJARAH APALAGI DARI SEKUMPULAN ORANG YANG MASIH BINGUNG AKAN KEPASTIAN MEREKA !!! SAYA PUNYA USUL :
- 1.UNTUK URUSAN SEJARAH DAN PRESASTI DARI TREH ARYA KENCENG DI BADUNG BIARLAH : PURI AGUNG PEMECUTAN ,PURI AGUNG DENPASAR ,PURI AGUNG KESIMAN DAN PURI -PURI YANG MASIH MERUPAKAN TREH ARYA KENCENG YANG BERADA DI BADUNG YANG MENGURUS.
- 2. UNTUK TREH KYAI TEGEH ( ARYA KENCENG TEGEH KORI ) BIARLAH PURI AGUNG TEGAL TAMU YANG MENGURUS KARENA KETURUNAN ASLINYA ADALAH MEREKA, TENTU BABAD DAN PURANA SERETA PRASASTI ADA PADA MEREKA, UNTUK MENGHINDARI KEPENTINGAN KELOMPOK YANG BINGUNG AKAN SEJARAH DAN MEMANFAATKAN SITUASI YANG ADA.
- 3.UNTUK TABANAN BIARLAH PURI-PURI DAN ULUPADA YANG BERGERAK.
SETELAH MASING MASING RANGKUM BARULAH DI PERSATUKAN SESUAI PRASASTI DAN BABAD SERTA RAJA PURANA,TENTU HAL TERSEBUT MENGHEMAT WAKTU,BIAYA DAN TENAGA DAN KHUSUSNYA LEBIH BISA DI PERTANGGUNGJAWABKAN.MULAI DARI WARIH ARYA KENCENG KITA MULAI ...BERSATULAH KARNA SESUATU YANG ASLI TENTU JAUH LEBIH INDAH DARIPADA YANG DIPOLES.SUGIH LACUR TETAP NYAMA !!! SUKSMA SEMOGA BERMANFAAT DAN KAMI TUNGGU REALEASE BUKUNYA.
Sumber
- Lontar-Lontar Kuno yang ada di beberapa Puri-Puri di Tabanan ( Puri Gede Krambitan, Puri Anom Tabanan, Puri Dangin Tabanan di Jegu dan lainnya ).
- Lontar-Lontar Kuno dan Raja Purana di Puri Agung Tegal Tamu
- Prasasti keturunan Arya Kenceng yang tersimpan di ;
- - Puri Agung Tabanan
- - Puri Agung Pemecutan
- - Puri Peguyangan
- - Puri Agung Denpasar
- - Puri Agung Kesiman
- - Puri Agung Tegal Tamu
Katagori :