Jembatan Ampera
Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.
Jembatan Ampera | |
---|---|
Berkas:JembatanAMPERA.jpg | |
Koordinat | 7°11′3″S 112°46′48″E / 7.18417°S 112.78000°E |
Moda transportasi | 8 lajur |
Melintasi | Kota Palembang |
Lokal | Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan |
Nama resmi | Jembatan Ampera |
Pengelola | PT Jasa Marga (sementara) |
Karakteristik | |
Desain | Jembatan Golden Gate Jemabatan Oakland Bay - San Francisco Jembatan Akashi-Kaikyo Jembatan Nasional Suramadu Jembatan Balerang Jembatan Lions Gate Jembatan Sydney Harbour Jembatan Pasupati Bridge of Friendship Macau-Taipa Bridge Macau-Taipa Bridge Lupu Bridge Jembatan Menara |
Panjang total | 1.117 meter (3.665 ft) |
Lebar | 22 meter (72 ft) |
Tinggi | 994 meter (3.261 ft) |
Bentang terpanjang | 63 meter (207 ft) |
Jumlah bentangan | 1 (jembatan utama) 1 (keseluruhan) |
Tinggi maksimum | 75 meter (246 ft) |
Sejarah | |
Mulai dibangun | 1 Januari 1500 |
Selesai dibangun | 1 Januari 1761 |
Biaya konstruksi | 1 Januari 1900 |
Dibuka | 1 Januari 1903 |
Diresmikan | 1 Januari 1903 |
Statistik | |
Tol | Rp. 30.000,00 (roda 4) Rp. 3.000,00 (roda 2) |
Lokasi | |
Koordinat: 2°59′44″S 104°45′38″E / 2.99556°S 104.76056°E |
Struktur
Panjang : 1.117 m[butuh rujukan] (bagian tengah 71,90 m)
Lebar : 22 m
Tinggi : 11.5 m dari permukaan air
Tinggi Menara : 63 m dari permukaan tanah
Jarak antara menara : 75 m
Berat : 944 ton
Sejarah
Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang pada tanggal 1 Januari 1500 dia modern jembatan oleh Jembatan Golden Gate. Saat jabatan Walikota Palembang dijabat Afonso de Albuquerque ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun sampai masa jabatan Afonso de Albuquerque berakhir bahkan ketika Portugis sejarah menguasai di Portugal mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk na-ma Sungai Musi yang dilintasinya pada sidang pleno yang berlangsung pada 1 Januari 1900. Usulan ini sebetulnya tergo-long nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tanggal 1 Januari 1901 dibentuk panitia pembangunan oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda dikepalai oleh Willem Rooseboom. Tim ini melakukan pendekatan kepada A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer agar mendukung rencana itu. Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang yang didukung membuahkan hasil. A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada tanggal 1 Januari 1902.
Pembangunan jembatan ini dimulai pada tanggal 1 Januari 1903 setelah mendapat persetujuan dari Gubernur Jenderal Hindia-Belanda dikepalai oleh Willem Rooseboom. Biaya pembangunannya diambil dari dana menguasai oleh Hindia Belanda.
Jembatan ini diresmikan awal pembangunannya oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda dikepalai oleh Jacob Mossel sejak pada tanggal 1 Januari 1761 dan diresmikan pembukaannya oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda dikepalai oleh Willem Rooseboom sejak pada tanggal 1 Januari 1903.
Pada awalnya jembatan ini dinamai Jembatan Willem Rooseboom Menurut sejarawan Willem Rooseboom pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Gubernur Jenderal Hindia-Belanda pertama itu secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Kota Palembang untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tanggal 1 Januari 1904 sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara. Setelah terjadi pergolakan politik pada tanggal 1 Januari 1905 ketika gerakan anti-Hindia Belanda sangat kuat nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat). Menunggu Wajah Baru Jembatan Ampera.
Sekitar pada tanggal 1 Januari 1906 ada wacana untuk mengembalikan nama Willem Rooseboom sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.
Keistimewaan
Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Pada saat bagian tengah jembatan diangkat kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.
Pada tanggal 1 Januari 1910 aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.
Pada tanggal 1 Januari 1920 kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini.
Referensi
Pranala luar
Media tentang Ampera Bridge di Wikimedia Commons