Paguyuban Ngesti Tunggal

salah satu kepercayaan di dunia

Paguyuban Ngesti Tunggal atau yang biasa disingkat Pangestu merupakan salah satu aliran kebatinan yang mengutamakan konsep persatuan. Paguyuban ini didirikan di Surakarta pada tanggal 20 Mei 1949, yang merupakan wujud dari ikatan persatuan dari setiap anggota Pangestu.[1] Sebagai suatu aliran kebatinan, aliran ini tidak mengikat dan tidak memaksa anggotanya untuk meninggalkan agama yang telah dianutnya.[2] Paguyuban diartikan sebagai suatu perkumpulan yang dijiwai oleh hidup rukun dan semangat kekeluargaan, Ngesti artinya adalah upaya batiniah yang didasari dengan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tunggal artinya bersatu dalam hidup bermasyarakat, bersatu kembali dengan Tuhan Yang Maha Esa.[3]

Berkas:Lambang Paguyuban Ngesti Tunggal.png
Lambang Paguyuban Ngesti Tunggal


Latar Belakang dan Perkembangan Pangestu

Asal-usul dan perkembangan Paguyuban Ngesti Tunggal tidak terlepas dari biografi pendirinya, yaitu R. Soenarto Mertowardojo.[3] R. Soenarto dilahirkan pada tanggal 21 April 1899 di Desa Simo, Kabupaten Boyolali, Surakarta sebagai putera keenam dari keluarga R. Soemowardojo.[3] Sejak kecil ia tidak diasuh oleh orang tua kandungnya melainkan dititipkan untuk tinggal dan dibesarkan oleh orang lain (dalam bahasa Jawa disebut ngenger).[4] Di dalam buku Sabda-sabda Pratama yang diterbitkan oleh Proyek Penerbitan dan Perpustakaan Pangestu dikatakan bahwa pada tanggal 14 Februari 1932, R. Soenarto menerima wahyu pertama ketika melakukan shalat daim.[5] Shalat daim adalah doa terus-menerus untuk mencapai tingkat pengetahuan yang sempurna.[6] Wahyu yang diterima oleh R. Soenarto terjadi dalam tiga tahap yaitu, pertama berupa penegasan bahwa Ilmu Sejati merupakan petunjuk nyata tentang jalan benar menuju asal dan tujuan hidup, kedua berupa pernyataan Sang Suksma Sejati tentang siapakah dirinya dan apakah tugasnya serta siapakah Suksma Kawekas itu, ketiga berupa sabda yang meneguhkan hati R. Soenarto dalam menjalankan tugas menaburkan terang serta janji akan diberikannya dua orang pembantu yaitu Hardjoprakoso dan Soemodihardjo untuk mencatat sabda-sabda Sang Suksma Sejati.[7]


Pedoman Dasar

Pangestu memiliki pedoman dasar yang disebut Dasa Sila sebagai sikap hidup ke luar dan ke dalam (lahir batin) bagi anggotanya. Dasa Sila tersebut yaitu:[2]

  1. Berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Berbakti kepada Utusan Tuhan
  3. Setia kepada Kalifatullah (Pembesar Negara) dan Undang-undang Negara
  4. Berbakti kepada Tanah Air
  5. Berbakti kepada orang tua (ayah ibu)
  6. Berbakti kepada saudara tua
  7. Berbakti kepada guru
  8. Berbakti kepada pelajaran keutamaan
  9. Kasih sayang kepada sesama hidup
  10. Menghormati semua agama


Pokok Pengajaran

Enam pokok pengajaran Sang Guru Sejati adalah sebagai berikut:[2]

  • Mengingatkan semua umat yang lupa akan kewajiban suci, yaitu mereka yang ingkar (murtad) akan perintah Allah.
  • Menunjukkan jalan benar ialah jalan utama yang berakhir dalam kesejahteraan, ketenteraman dan kemuliaan abadi.
  • Menunjukkan adanya jalan simpangan yang berakhir dalam kegelapan, kerusakan dan kesengsaraan.
  • Menunjukkan larangan Tuhan yang harus dijauhi, jangan sampai dilanggar.
  • Menunjukkan adanya Hukum Abadi.
  • Menerangkan tentang dunia besar dan dunia kecil, yaitu semesta alam dan seisinya.

Perlu diketahui bahwa ajaran Sang Guru Sejati tersebut bukanlah agama baru dan tidak bertentangan dengan ajaran agama yang diyakini berasal dari Wahyu Ilahi.[butuh rujukan] Bagi anggota Pangestu ajaran Sang Guru Sejati tersebut justru dapat memperdalam ajaran agama yang ada.[butuh rujukan]

Ajaran Sang Guru Sejati mengandung hal-hal sebagai berikut :[butuh rujukan]

  • Ilmu ketuhanan (Tauhid dan Tasawuf).
  • Filsafat hidup -- menunjukkan suatu sikap jiwa yang berdasarkan suatu pengertian tertentu untuk menghadapi pengaruh gelombang kehidupan dengan persoalan-persoalannya.
  • Ilmu jiwa (psikologi) -- menguraikan susunan (struktur) jiwa kita, kerja dan fungsi) masing-masing bagian serta hubungan antara yang (korelasi) satu dengan yang lain.
  • Ilmu kesehatan, terutama kesehatan jiwa yang banyak berpengaruh terhadap kesehatan jasmani.
  • Metafisika -- menerangkan adanya bentuk-bentuk halus di samping materi kasar, yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera atau alat-alat.
  • Ilmu seni hidup -- memberikan petunjuk kehidupan agar manusia dapat mencapai dan menikmati iklim yang sebaik-baiknya, yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat..


Referensi

  1. ^ Kamil Kartapraja. 1985. Aliran Kebatinan dan Kepercayaan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Masagung. hlm. 177.
  2. ^ a b c Soelarso Sopater. 1987.Mengenal Pokok-pokok Ajaran Pangestu. Jakarta: Pustaka Sinar HarapanHlm. 28.
  3. ^ a b c Abd. Mutholib Ilyas dan Abd. Ghofur Imam. 1988. Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia. Surabaya: CV. Amin Surabaya. hlm.113.
  4. ^ Soelarso Sopater. 2011. Inti Ajaran Valentinian & Inti Ajaran Aliran Pangestu: Suatu Pembandingan. Bandung: Bina Media Informasi. hlm. 77-160.
  5. ^ R. Soenarto Mertowardojo. 1974. Sabda-sabda Pratama. Jakarta: Proyek Penerbitan dan Perpustakaan Pangestu. hlm. 1.
  6. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Soelarso 1
  7. ^ R. Rahardjo. 1964. Riwayat Hidup Bapak Paranpara Pangestu Soenarto Mertowardojo. Solo. hlm. hlm. 79.


Pranala Luar