Model kepemimpinan dalam Perjanjian Baru

Revisi sejak 7 Mei 2011 19.12 oleh PT26Hendra (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Dalam Perjanjian Baru model kepemimpinan tidak hanya dominan ditampakan oleh pelayan Tuhan (mis. Para rasul) tetapi juga ditampakan oleh orang-orang yang memiliki status ...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Dalam Perjanjian Baru model kepemimpinan tidak hanya dominan ditampakan oleh pelayan Tuhan (mis. Para rasul) tetapi juga ditampakan oleh orang-orang yang memiliki status dalam masyarakat (mis. Raja, orang-orang Farisi dan Saduki).

Kepemimpinan yang ototriter

Kepemimpinan yang ototriter adalah kepemimpinan yang dinampakan oleh Raja dan penguasa yang ada pada saat itu. Tipe pemimpin ini memegang kuasa secara mutlak, bersikap sebagai penguasa atas anggota kelompok yang dipimpinnya. Kepemimpinan ini dapat dijumpai pada para Herodes yang memerintah di Palestina (lih. Mat. 2:16-18, 14: 1-12).

Kepemimpinan Idiologis

Kepemimpinan Idiologis adalah kepemimpinan yang dengan idealitasnya seseorang akan mengikutinya. Karakter dari pemimpin ini adalah tidak memiliki kepribadian yang mengesankan dan cara kerja yang sistematis. Para ahli Taurat dan orang Farisi dapat dimasukan ke dalam tipe pemimpin ini. Mereka dengang ajarannya mampu yang memperngaruhi orang Yahudi sehingga berpegang teguh kepada ajarannya.

Kepemimpinan Eksemplaris

Kepemimpinan Eksemplaris adalah kepemimpinan yang oleh sebab sikap dan tindakannya yang dapat menjadi teladan maka orang lain mau mengikutinya. Model kepemimpinan ini sering kali diharapkan oleh Paulus yang dapat kita lihat melalui surat-suratnya. Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotious memintanya untuk memelihara sikap dan kepribadiaannya agar menjadi teladan sehingga walau ia muda ia tidak diremehkan ( 1 Tim 4:12). Hal yang sama juga dilakukan kepada Titus (Tit. 2:6,8). Permintaan dari kepemimpinan seorang yang dipimpin tidak hanya terletak pada ucapan-ucapannya yang verbalistis, melainkan pada sikap dan tindakannya. Paulus juga, dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, meminta mereka untuk meneladani dirinya dalam hal bekerja. Walaupun ia adalah seorang pekabar Injil, tetapi ia juga melakukan pekerjaannya sebagai seorang pembuat kemah untuk menunjang kehidupannya ( 2 Tes. 3:8-9).

Kepemimpinan sebagai hamba

Kepemimpinan sebagai hamba yang melayani adalah kepemimpinan yang didasari atas sikap kerendahan hati untuk melayani. Pada model ini kedudukan yang diberikan dipahami sebagai sarana yang melaluinya melayani kepentingan orang banyak. Model kepempimpinan ini sangat nampak diwujudkan oleh Yesus dan juga sangat diharapkan ada pada murid-murid Yesus.

Kepemimpinan sebagai gembala=

Kepemimpinan sebagai gembala, kepemimpinan yang mengambil dasar pemahaman atas metafora seorang gembala. Metafor tentang pemimpin sebagai gembala disampaikan oleh Yesus sendiri dengan mengatakan Akulah gembala yang baik (Yoh 10:11). Fungsi kepemimpinan ini dihubungkan secara erat dengan tugas mengawasi. Istilah gembala dipakai juga dalam Ef. 4: 11 dan sering diterjemahkan sebagai pastor. Dalam hubungannya ini tugas seorang npemimpin sebagai gembala adalah menjaga dirinya sendiri dan juga dengan pengikutnya, ber tanggung jawab member makan dan melindungi, harus dapat memberi bimbingan.