Kabupaten Aceh Tenggara
3°22′N 97°41′E / 3.367°N 97.683°E
Kabupaten Aceh Tenggara | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: SEPAKAT SEGENEP | |
Koordinat: 3°22′N 97°41′E / 3.37°N 97.68°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Aceh |
Tanggal berdiri | 26-juni-1974 |
Dasar hukum | UU No.4/1974 |
Ibu kota | Kutacane |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Hasanuddin Beruh |
Luas | |
• Total | 4.231,41 km2 (163,376 sq mi) |
Populasi ([1]) | |
• Total | 218.111 |
• Kepadatan | 52/km2 (130/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0629 |
Kode Kemendagri | 11.02 |
DAU | Rp. 345.178.284.000,- |
Situs web | - |
Kabupaten Aceh Tenggara adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Kabupaten ini berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 meter diatas permukaan laut, yakni bagian dari pegunungan Bukit Barisan. Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan daerah cagar alam nasional terbesar terdapat di kabupaten ini. Pada dasarnya wilayah Kabupaten Aceh Tenggara kaya akan potensi wisata alam, salah satu diantaranya adalah Sungai Alas yang sudah dikenal luas sebagai tempat olah raga Arung Sungai yang sangat menantang. Secara umum ditinjau dari potensi pengembangan ekonomi, wilayah ini termasuk Zona Pertanian. Potensi ekonomi daerah berhawa sejuk ini adalah kopi dan hasil hutan. Dalam bidang Pertambangan, Aceh Tenggara memiliki deposit bahan galian golongan-C yang sangat beragam dan potensial dalam jumlah cadangannya.
Masyarakat
Berbeda dengan kabupaten-kabupaten yg ada di Aceh pedalaman yg sebahagian di diami oleh satu suku/etnis saja yakni suku Gayo yang mendiami kabupaten Aceh Tengah,Kabupaten Gayo Lues,dan bener meriah, di Aceh tenggara terdapat masyarakat yang multikultural yakni di diami oleh lebih dari satu suku yaitu: suku Alas sebagai suku terbesar di kabupaten ini di ikuti oleh suku singkil,Aceh,Karo,Batak,Gayo,Jawa,Minangkabau, dan suku Aneuk Jame.
Kabupaten ini memiliki suatu keunikan, di mana mempunyai masyarakat yang majemuk tetapi hampir tidak ada terdengar sama sekali kerusuhan yang melibatkan Sara(suku,Agama,dan Ras),masyarakatnya mampu menjaga perdamaian sampai saat ini.[butuh rujukan]
sejarah
kabupaten Aceh Tenggara adalah pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah,awal berdirinya kab,Agara(kabupaten Aceh tenggara) adalah di mulai ketika pada tgl 06-Desember-1957 terbentuk panitia tuntutan rakyat Alas dan Gayo Lues melalui sebuah rapat di sekolah Min prapat hulu yg di hadiri oleh 60 pemuka adat Alas dan Gayo lues, dan hasilnya adalah. :
1) Ibukota Aceh tengah di pindahkan dari Takengon ke kutacane.
2) jika tidak memungkinkan memindahkan ibukota ke Kutacane,maka kewedanan Alas dan gayo lues di jadikan satu kabupaten yg tidak terlepas dari Provinsi Aceh.
Atas tuntutan itu diadakanlah rapat raksasa di Kutacane yg di hadiri lebih dari 200.000 orang. Akhirnya pada tanggal 26-juni-1974 kab,Agara di resmikan oleh mentri dalam negeri H,Amir machmud sebagai kabupaten yg terlepas dari kabupaten Aceh tengah,sekaligus diangkatlah Bupati pertama yakni (Alm) H,syahadat.
Masa kesultanan Iskandar muda
sebelum datangnya Pengaruh Kesultanan Aceh tanah Alas sudah mengenal yang namanya sistem Kerajaan yang di mulai dengan kerajaan mbatu bulan yang di dirikan oleh Raja lembing anak dari Raja lotung dari Tanah Samosir Laut yang di ikuti oleh berdirinya kerajaan Bambel, dan kerajaan mbiak moli. Berbeda dengan daerah inti Kesultanan Aceh Darussalam yang memimpin setiap Mukim adalah Ullebalang, Di Tanah Alas dan Gayo Lues tidak mengenal sistem Mukim melainkan Kejuruan yang masing-masing kejuruan di perintah oleh Geuchik yang langsung bertanggung jawab kepada Sultan di ibu kota kerajaan Banda Aceh. pada masa Sultan Iskandar Muda Tanah Alas di bagi menjadi Dua kejuruan yakni kejuruan Bambel dan Kejuruan Mbatu bulan yang masing-masing kejuruan telah mendapatakan Cap Sikureung dari Kesultanan Aceh Darussalam selain cap sekureung Sultan Iskandar Muda juga memberikan sebuah Bawar Pedang(sejenis Tongkat komando).
Suku perantau
yang di maksud suku Perantau adalah suku Minangkabau, bagi suku Alas etnik Minangkabau sudah tidak asing lagi bagi Tanah Alas, Bahkan menantu Raja Lembing pendiri kerajaan mbatu bulan adalah pria minang dari pariaman Yang bernama Raja dewa dia adalah penyiar Agama Islam yang pertama di Tanah Alas, untuk mempercepat proses pengislaman Rakyat Alas, Raja dewa dan Raja Lembing membuat suatu prastasti di daerah desa mbatu bulan sekarang, di mana Raja dewa akan menikahi putri sulung dari Raja lembing dan Raja lembing akan memberikan takhta kerajaan mbatu bulan ke Raja Dewa, Tetapi sayang keturunan Minangkabau di Tanah Alas harus berhenti di raja dewa, di akibatkan sistem adat Minangkabau, yang menarik garis keturunan dari Ibu.
Barulah pada zaman kemerdekaan Terjadi kembali Transmigrasi secara besar-besaran dari daerah Pariaman pesisir, permukiman Minang di Kabupaten Aceh Tenggara masih ada sampai sekarang terbukti dengan adanya Desa Trandam dengan populasi Terbesar di kab,Agara di ikuti Dengan Desa Pasar belakang, desa strak pisang, dan kota Kutacane. Suku perantau lainnya adalah suku Jawa yang sekarang bermukim di desa purwodadi.
pemekaran
pada tanggal 10-April-2002 terjadi kembali pemekaran di tubuh Aceh tenggara yakni berdirinya kabupaten yang baru Kabupaten Gayo Lues dengan ibu kota Blangkejeren.Kabupaten baru ini menguasai hampir 57% wilayah induk yang lama yakni Kabupaten Aceh Tenggara, karna mempunyai daerah yg bergunung-gunung membuat kabupaten Gayo Lues menjadi kabupaten terisolasi di provinsi Aceh kabupaten baru ini amat tergantung dari suplai bahan-bahan pokok dari Kutacane sebagai kabupaten induknya yg lama. Titel sebagai penghasil Tembakau terbesar di Provinsi Aceh pun harus rela di berikan oleh Aceh tenggara kepada Kabupaten Gayo Lues, karena daerah penghasil Tembakau, Blangkejeren,Trangon, dan Rikit Gaib telah Masuk ke kabupaten baru ini.
Batas wilayah
Utara | Kabupaten Gayo Lues |
Timur | Provinsi Sumatera Utara |
Selatan | Kabupaten Aceh Selatan dan Kota Subulussalam |
Barat | Kabupaten Aceh Selatan |