SMA Kolese De Britto Yogyakarta

sekolah menengah atas di Kabupaten Sleman, Yogyakarta
Revisi sejak 11 Juni 2011 03.08 oleh AABot (bicara | kontrib)

Kolese De Britto (De Britto College atau yang lebih dikenal dengan akronim JB [jébé] yang berasal dari nama Johanes de Britto.), adalah Sekolah Menengah Atas Katolik yang diasuh oleh Serikat Jesuit. Dibangun di atas tanah seluas 32.450 m2. SMA ini termasuk salah satu SMA favorit di Yogyakarta dan terkenal karena prestasi di bidang akademis dan intelektual, olah raga, dan bidang non-akademis lainnya. Nama 'de Britto' sendiri didapat dari nama seorang Santo dan misionaris Portugal di abad ke-17 yang berkarya di India, Johanes de Britto.

SMA Kolese De Britto Yogyakarta
SMA Kolese De Britto Yogyakarta
Logo Kolese De Britto Yogyakarta
Informasi
Didirikan19 Agustus 1948
JenisSwasta
AkreditasiA
MaskotBagong Demangan
Rektor / KetuaRm. Ageng Marwoto, S.J
Kepala SekolahF. X. Agus Hariyanto, S. E
ModeratorMas Bagong
Jumlah kelas7 kelas setiap tingkat
Jurusan atau peminatanIPA, IPS, dan BHS
Rentang kelasX, XI IPA, XI IPS, XI BHS, XII IPA, XII IPS, XII BHS
KurikulumKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jumlah siswa714 siswa (34 siswa per kelas)
NEM terendah- (2008)
NEM tertinggi- (2008)
Nilai masuk rata-rata- (2008)
Alamat
LokasiJl. Laksda Adisucipto 161, Yogyakarta, DI. Yogyakarta, Indonesia
Situs webdebritto-yog.sch.id dan www.debritto.net dan debritto.super-forum.net
Moto
MotoAd Maiorem Dei Gloriam

Lokasi

Jl. Laksda Adisucipto 161, Yogyakarta. Terletak di Kota Yogyakarta bagian timur di jalan raya menuju arah solo 1. Dari bandara Adi Sucipto , dengan taksi/angkutan umum kurang lebih 10 menit 2. Dari Stasiun Tugu dengan taksi/ojek/becak kurang lebih 10-15 menit 3. Dari Terminal Umbulharjo dengan bus Kota jalur 7 lebih kurang 15-20 menit 4. Hub 0274518667 atau 081328303437 , kami siap untuk memandu anda menuju SMA Kolese de Britto

Sejarah Kolese

SMA Kolese de Britto didirikan pada tanggal 19 Agustus 1948, oleh para rohaniwan dari Serikat Jesuit. Pada saat itu, lokasi de Britto belumlah berada di Jalan Solo (Laksda Adisucipto) seperti sekarang.

Pada tahun 1960-an, di saat kondisi perekonomian Indonesia terbilang susah, pimpinan SMA Kolese de Britto mengambil kebijakan untuk membebaskan siswa-siswanya untuk mengenakan baju bebas (tidak berseragam), bahkan juga boleh mengenakan sarung dan sandal jepit. Pertimbangannya supaya siswa yang kurang mampu tetap bisa bersekolah meskipun tidak punya baju dan sepatu. Rambut gondrong pun diperbolehkan.

Hal ini terus berlangsung hingga pertengahan tahun 80-an. Saat itu, (karena adanya tekanan dari pemerintah) diputuskan menggunakan seragam satu kali seminggu, kemudian meningkat dua kali seminggu, dan akhirnya tiga kali seminggu (pada awal 90-an). Setelah reformasi politik di Indonesia tahun 98, tekanan pemerintah mulai melemah, dan penggunaan seragam dikurangi menjadi satu kali seminggu, yaitu hari Senin. Para siswa pun sekarang harus mengenakan alas kaki yang dibatasi dalam ruang lingkup sepatu sandal atau sepatu, tak ada lagi nuansa sandal jepit ataupun tanpa alas kaki.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu karya pelayanannya, Kolese de Brito menyusun bersama Rencana Induk Pengembangan SMA Kolese de Britto untuk 10 tahun ke depan periode 2003-2013, dengan mengembangkan gedung sekolah, pembangunan tahap I yang akan dimulai awal tahun 2006 membutuhkan dana sekitar 3.5 M.

Berdasarkan rapat yayasan de Britto diperoleh informasi bahwa pembangunan tahap 1 dan tahap-tahap selanjutnya ditunda karena dengan pertimbangan sederhana, yaitu: pertama, pembangunan dengan dana sebanyak itu akan berpengaruh besar pada cadangan dana untuk operasional, dan yang kedua, "pembangunan" sumberdaya manusia, terutama kepada para guru dan karyawan, merupakan prioritas dan aset utama dan itulah yang sampai saat ini tetap diyakini berpengaruh besar dengan kualitas siswa lulusan SMA de Britto.

De Britto sebagai Kolese

Pendidikan de Britto berlandaskan Ad Maiorem Dei Gloriam, yang artinya "demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar". Di de Britto, para siswa diberikan kebebasan namun tetap dituntut untuk bertanggung jawab. Hal ini tampak dalam diberikannya kebebasan bagi para siswa untuk mengenakan baju bebas (di hari-hari tertentu) dan berambut panjang (tanpa batas), namun di balik kebebasan itu, kedisiplinan dalam bidang pengajaran sangat diperhatikan, misalnya dengan penetapan standar nilai yang tinggi.

Pada akhir tahun 80-an, Romo Pamong SMA Kolese de Britto saat itu, Romo Guido Sabda Uatama, SJ, memperkenalkan gagasan "tidak takut, tidak malu, dan tidak malas". Semobayan ini juga untuk mengikis pendapat masyarakat bahwa pendidikan de Britto hanya berorientasi kebebasan yang tidak terukur.

Pendidikan (pendampingan siswa) di de Britto sendiri bertujuan:

  • Iman yang terintegrasi dalam kehidupan: mengintegrasikan kesadaran imannya akan Allah dalam segenap sisi kehidupannya.
  • Optimalisasi dan keseimbangan: mencoba memperkembangkan siswa baik kemampuan akademis, bakat, dan bidang minatnya secara optimal dan seimbang.
  • Disiplin, kerja keras, dan semangat untuk mau berusaha dengan gigih: mau menggunakan semua sarana yang ada dengan tepat dan bertanggung jawab, mengembangkan diri demi pelayanan kepada sesama dan memiliki ritme serta mekanisme hidup yang matang dan dewasa.
  • Mandiri: mampu memiliki pandangan/prinsip yang dihayati dari hati nuraninya, mampu mengambil keputusan sendiri, mampu bertindak sesuai dengan apa yang dipandang baik walau mungkin itu melawan arus, mampu melepaskan diri dari pengaruh yang kurang menguntungkan dalam mencapai kematangan dan kedewasaan pribadi.
  • Kreatif: mampu menemukan jalan-jalan baru yang inovatif dan makin mampu secara efektif menyelesaikan segala masalah yang dihadapi; tidak berhenti berkembang dan selalu mencari yang lebih baik lagi.
  • Berjuang untuk sesama: memiliki motivasi tinggi untuk menggunakan segala bakat yang dimilikinya untuk melayani sesama, memupuk jiwa kepemimpinan untuk berjuang bagi sesama demi kebenaran, keadilan dan kebaikan. Prinsip ini tentunya bukan sekedar retorika di DeBritto - tetapi juga diaktualisasikan dalam tindakan kongkret, sebagai salah satu contoh kongkret: Posko Solidaritas Gempa DeBritto yang mengerahkan semua siswanya (tidak hanya sebagian), untuk jadi relawan gempa mulai dari rumah sakit-rumah sakit Yogya, Bantul, dan Klaten, hingga titik-titik terpencil di Bantul, Imogiri, dan Brebah sejak Minggu, tanggal 28 Mei 2006. Posko ini terus bergulir hingga hampir 2 minggu hingga bantuan darurat dirasa sudah cukup untuk para korban gempa.

Pendidikan

SMA Kolese de Britto adalah sebuah Sekolah Menengah Atas Umum dengan napas pendidikan Katolik. Pengelolaan de Britto berada di bawah Yayasan de Britto yang dikelola oleh Pastur-pastur/Frater-frater Serikat Jesus (SJ).

SMA de Britto menganut pendidikan homogen, dalam arti semua siswanya adalah putra. Hal inilah yang sedikit banyak memberikan ciri khas pada suasana dan hasil belajar mengajar de Britto.

Fasilitas

  • Kelas, menempati areal seluas 1680 m2
  • Laboratorium, menempati areal seluas 648 m2

(Jumlah kelas X akan tetap 7, namun kelas XI dan XII berbeda-beda, tergantung dari jumlah muridnya dan jurusan yang diambilnya. Sebagai contoh, angkatan 2010 (masuk 2007) adalah angkatan terbesar dengan 9 kelas : XI-A1;XI-A2;XI-A3;XI-A4;XI-A5;XI-S1;XI-S2;XI-S3;XI-B)

  • Perpustakaan, menempati areal seluas 324 m2
  • Ruang guru, menempati areal seluas 525 m2, dan untuk aula sebesar 1000 m2.
  • Dua Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Kimia, Fisika, dan Biologi yang terpisah
  • Laboratorium Bahasa
  • Lapangan Sepak Bola, Basket, dan Voli


Siswa de Britto berjumlah kurang lebih 700 siswa, yang hampir 50%-nya adalah anak kost. Dari jumlah anak yang kost, sebagian besar siswa berasal dari daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jabotabek, dan DIY sendiri. Sementara sisanya berasal tersebar di hampir seluruh Indonesia, al. Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, sampai Irian Jaya. Dari segi agama, mayoritas siswa de Britto menganut agama Katolik, namun ada juga siswa-siswa yang menganut agama Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha; bahkan ada yang atheis dan agnostik seperti layaknya anak muda dalam pergolakan batin (walaupun tak secara resmi) - sejauh tidak mengganggu kepentingan komunal, sikap berbeda seperti ini diberi ruang di DeBritto yang mengutamakan kebebasan yang bertanggung jawab.

Jam belajar

  • Jam belajar di sekolah ini di mulai pada pukul 07.00 pagi sampai dengan pukul 13.30 pada hari Senin dan Selasa, dan pukul 07.00 pagi sampai dengan pukul 12.45 pada hari Rabu sampai Sabtu. Dengan di selingi 2 kali waktu istirahat, masing-masing 15 menit pada pukul 09.15 dan pukul 11.00.
  • Masukan persentase kehadiran guru dan murid.


Setiap tahunnya, de Britto menerima siswa sekitar 200 orang, dari sekitar 600 pendaftar lebih. Mengenai masalah kurikulum, meskipun kurikulum SMA tahun 1984 hanya mematok 38 jam per minggu, namun de Britto menetapkan standar 44 jam pelajaran setiap minggunya. Tradisi Kolese Jesuit yang menekankan pada kualitas akademis memang dicoba-upayakan semaksimal mungkin di de Britto.

Kegiatan ekstrakurikuler

Di de Britto, tidak dikenal adanya Organisasi Siswa Intra Sekolah, tetapi digantikan oleh PRESIDIUM. Presidium adalah beberapa orang siswa yang dipilih secara demokratis melalui Pemungutan Suara, untuk mengkoordinasikan segala kegiatan kesiswaan. Jumlah anggota Presidium tidak tetap setiap masa jabatannya. Jumlahnya menyesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah orang yang memiliki cukup kemampuan.

Di luar proses belajar mengajar yang resmi, ada pula kegiatan-kegiatan yang disebut dengan Ekstra Kurikuler. Ada beragam Ekskul yang dikembangkan di de Britto, antara lain:

Non-olah raga:

  • Jurnalistik
  • De Britto Photography Club
  • Teater de Britto
  • Padebri (Pencinta Alam de Britto)
  • Paduan Suara
  • Ekstra Musik
  • Sinematography
  • Sanggar Seni
  • English Club

Olah raga:

  • Renang
  • Basket
  • Sepak Bola
  • Bulu Tangkis
  • Tae Kwon Do
  • Tenis
  • Tenis Meja
  • Voli

Kegiatan Ekstra Kurikuler yang di sediakan ini wajib untuk siswa-siswa kelas X dan XI, kelas XII tidak wajib lagi mengikuti Ektra Kurikuler, bahkan jika tetap ingin mengikuti. Harus terlebih dahulu meminta izin pada Pamong (dalam hal ini Romo yang di tempatkan di sekolah)

Biaya Sekolah

Masukan iuran bulanan dan biaya iuran-iuran lainnya termasuk biaya ekstra kurikuler

Biaya sekolah bervariasi tergantung kemampuan keuangan orang tua siswa dan hasil wawancara pada saat penerimaan siswa. Sistem subsidi silang berlaku di sini, di mana orang-orang mampu membayar lebih, untuk membantu menutupi kekurangan biaya operasional dari siswa-siswa yang kurang mampu.

De Britto juga menyediakan beasiswa bagi siswa - siswa berprestasi baik dan kurang mampu.

Prestasi

Siswa Kolese DeBritto punya segudang prestasi di bidang olah-raga maupun non-olah raga. Untuk bidang olah raga, secara spesifik DeBritto terkenal dengan prestasi basketnya. Sementara untuk non-olah raga, DeBritto terkenal dengan prestasi debatnya (dengan prestasi yang melampaui taraf daerah), fotografi (yang rutin mengadakan pameran), teater, dan cheerleaders (yang anggotanya tentunya laki-laki semua).


Alumni yang terkemuka dan wadah alumni

Kolese de Britto memiliki komunitas yang mewadahi alumni di seluruh dunia. Selain berkomunikasi lewat mailing list (debritto-net@yahoogroups.com), para alumni juga menyelenggarakan banyak kegiatan di berbagai kota misalnya memancing bersama di Selat Sunda, membangun Komite Beasiswa, menyelenggarakan training dan seminar, membuat konser musik amal, makan bersama rutin, komunitas meditasi/komedi, dll.

Organisasi ini memiliki kepengurusan yang dipilih setiap dua tahun. Setiap tanggal 27 Desember, diadakan kegiatan temu reuni bernama MPK/Manuk Pulang Kandang. Masih terjalinnya komunikasi antar alumni adalah perwujudan dari syair lagu Mars de Britto: "Ayolah putra SMA de Britto kuatkanlah hubunganmu, walau tersebar hidupmu di kelak kemudian waktu...."

Pada tahun 2008 diadakan pesta Lustrum 60 tahun Kolese de Britto.

Keterangan lain

  • Rasio guru dan murid
  • Rasio kepadatan murid dalam satu kelas
  • Apakah ada kejahatan yang pernah terjadi disekolah/ diluar sekolah (contoh: tawuran/ premanisme)
  • Kebijaksanaan sekolah untuk murid yang hamil diluar nikah/ pemakaian obat terlarang/ melakukan pelanggaran
  • Kegiatan malam keakraban (MK) yang diadakan bersama dengan SMA Stella Duce I Yogyakarta atau SMA Stella Duce II Yogyakarta atau SMA Santa Maria Yogyakarta


Pranala luar