Bank CIMB Niaga
PT Bank CIMB Niaga Tbk (‘CIMB Niaga’) berdiri tahun 1955. Saat ini CIMB Niaga merupakan bank terbesar ke-lima di Indonesia dilihat dari sisi aset, dan diakui prestasi dan keunggulannya di bidang pelayanan nasabah dan pengembangan manajemen. BCHB menjadi pemegang saham mayoritas Bank pada bulan November 2002 setelah mengakuisisi saham Niaga dari Pemerintah Indonesia melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Dengan pangsa pasar 10.3%, CIMB Niaga mengukuhkan diri sebagai bank penyedia kredit pemilikan rumah terbesar kedua di Indonesia.[1]
Logo CIMB NIAGA | |
Jasa keuangan/publik (IDX: BNGA) | |
Didirikan | Jakarta, Indonesia (1955)(sebagai Bank Niaga) |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Tokoh kunci | Arwin Rasyid Presiden Direktur |
Situs web | www.cimbniaga.com |
Sejarah
CIMB Niaga pertama kali didirikan pada tahun 1955 sebagai bank swasta nasional dengan nama Bank Niaga. Setelah terbentuk, membangun kepercayaan nasabah maupun kesejahteraan dan profesionalisme karyawan menjadi perhatian utama bank. Pada tahun 1969, ketika sektor swasta di Indonesia dilanda krisis, Bank Niaga mampu bertahan dan berhak memperoleh jaminan dari Bank Indonesia. Bank Niaga kemudian merevisi rencana usahanya pada tahun 1974, dan berganti menjadi bank umum agar dapat memenuhi kebutuhan nasabah.
Pada tahun 1981-1982, Bank Niaga menjadi bank pertama di Indonesia yang menerapkan sistem perbankan jaringan (online) dan sistem jaringan kantor cabang. Selanjutnya, pada tahun 1976 Bank meluncurkan Program Kredit Profesional, yaitu pinjaman bagi para profesional seperti ahli teknik, dokter, dsb. Langkah berikut yang ditempuh Bank adalah membentuk jaringan unit usaha penukaran valuta asing resmi di sejumlah kantor cabang pada tahun 1985 beserta beragam produk baru.
Pada akhir tahun 1980-an, Bank Niaga memutuskan untuk mengubah citra perusahaan dengan mengganti logo. Bank Niaga menjadi bank pertama di Indonesia yang menyediakan layanan ATM.
Pada Juni 1989 merupakan tahun Niaga melakukan Penawaran Saham Perdana sehingga menjadi perusahaan terbuka. Saham yang ditawarkan laris dibeli, dan saham yang dipesan mencapai empat kali lipat dibanding jumlah saham yang diterbitkan (20,9 juta saham).
Niaga mulai menyediakan layanan bagi nasabah kelas menengah-atas pada tahun 1998, guna memperbesar jumlah nasabah.
Pada tahun 1999, CIMB Niaga menjadi bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), namun bukan akibat tindak korupsi. Pengambilalihan bank oleh BPPN dilakukan karena dana pemegang saham untuk rekapitalisasi kurang dari 20%.
Bumiputra-Commerce Holdings Berhad mengakuisisi Bank Niaga pada tahun 2002, yang kemudian melakukan penggantian nama dari PT Bank Niaga Tbk menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk pada tahun 2008.
Masih pada tahun yang sama, Khazanah Nasional Berhad yang memiliki saham di dua bank (CIMB Niaga dan Lippo Bank diwajibkan melebur keduanya sesuai kebijakan kepemilikan tunggal yang ditetapkan Bank Indonesia. [2]