Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung

universitas di Indonesia
Revisi sejak 20 April 2011 06.55 oleh Kenrick95Bot (bicara | kontrib) (Bot: Penggantian teks otomatis (-praktek +praktik))

Berdirinya Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung dimulai dengan beban dan visi dari Tuhan yang digumuli oleh para rohaniwan dan majelis Gereja Kristus Jemaat Mangga Besar (GKJMB), yang sekarang menjadi Sinode Gereja Kristus Yesus, dari sejak tahun 1992. Beban dan visi ini didasarkan pada perkataan Tuhan Yesus yang tercatat di Matius 9:37, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Pergumulan mendirikan suatu STT untuk memenuhi pekerjaan penuaian di ladang Tuhan, khususnya di Indonesia, akhirnya diwujudkan dalam bentuk kesepakatan untuk mendirikannya pada rapat majelis GKJMB tanggal 25 Oktober 1993.

Langkah awal adalah menunjuk beberapa anggota GKJMB untuk memikirkan rencana pendirian STT ini. Selain itu Majelis GKJMB, melalui Badan Studi Hamba Tuhan, mulai mengutus beberapa rohaniwan GKJMB untuk melanjutkan studi di luar negeri dengan proyeksi dan harapan untuk dapat menjadi pengajar di STT setelah menyelesaikan studi. Pada tanggal 14 Desember 1995 Majelis GKJMB menetapkan nama-nama pengurus Yayasan untuk merintis pendirian STT, namun nama Yayasan dan STT masih belum ditetapkan. Para pengurus yayasan inilah yang mulai memikirkan nama STT, izin pendirian, lokasi kampus, dan hal-hal lainnya. Pada tanggal 13 Juni 1996 nama STT “Amanat Agung” (STTAA) disahkan dalam rapat Majelis GKJMB. Akta pendirian Yayasan Amanat Agung secara resmi dibuat pada tanggal 9 September 1996.

STTAA dimulai dengan menawarkan program gelar Sarjana Teologi (S.Th.), Magister Divinitas (M.Div.), dan Master of Art (M.A.) jurusan Misi. Mulai Februari 1997 STTAA membuka perkuliahan bagi para mahasiswa program M.A. jurusan Misi yang dilaksanakan pada malam hari. Pada tanggal 28 Agustus 1997 STTAA diresmikan dalam suatu kebaktian peresmian di GKJMB Rayon III Green Ville. Firman Tuhan disampaikan oleh Pdt. Dr. Peter Wongso. Peresmian STTAA ditandai dengan pemukulan gong oleh Drs. Jan Kawatu selaku Dirjen Bimas Kristen Protestan. Dalam kebaktian tersebut juga dilaksanakan penandatanganan prasasti peresmian oleh Drs. Jan Kawatu, Pdt. William H. Hosanna, D.Min. (Gembala Sidang GKJMB dan Ketua STTAA pertama), Suhendro Hadiwidjojo (Ketua Majelis Pusat GKJMB), dan Hendrawan Haryono (Ketua Yayasan Amanat Agung). Dikarenakan belum memiliki kampus yang permanen, maka STTAA menggunakan gedung kampus sementara seluas 1000 m2 yang terletak di Green Ville C-3 No. 1, Jakarta Barat. Gedung ini adalah bekas kantor real estate Green Ville.

Asrama bagi para mahasiswa disediakan di beberapa lokasi yang letaknya tidak berjauhan dengan kampus Green Ville. Meskipun dengan sarana dan prasarana yang masih terbatas, perkuliahan di STTAA dapat dimulai dan dilaksanakan. Jumlah mahasiswa pada tahun pertama (1997-1998) adalah 7 mahasiswa program S.Th., 12 mahasiswa program M.Div. dan 45 mahasiswa program M.A.

Sehubungan dengan kepindahan Pdt. William Hosanna ke USA, maka Pdt. Freddy Lay, D.Miss. diangkat sebagai Pejabat Sementara Ketua STTAA dari sejak 9 Mei 1998. Dalam masa kepemimpinan Pdt. Freddy Lay, proses pengurusan izin operasional dan akreditasi STTAA ditindak-lanjuti dengan lebih intensif. Pada tanggal 16 April 1999 Pdt. Poltak Siahaan, S.Th. sebagai Dirjen Bimas Kristen Protestan melakukan visitasi ke STTAA dalam rangka proses izin operasional dan akreditasi. Pada tanggal 23 September 1999 STTAA mendapatkan izin operasional program S-1 jurusan Teologi/Kependetaan dari Dirjen Bimas Kristen Protestan. Di kemudian hari STTAA juga mendapatkan Status Terdaftar untuk program S-1 jurusan teologi/kependetaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2001. Dengan diberikannya Status Terdaftar ini maka STTAA dapat mengikuti ujian Negara yang dilaksanakan oleh Departemen Agama.

Jabatan Pejabat Sementara Ketua beralih dari Pdt. Freddy Lay, D.Miss. ke Pdt. Lotnatigor Sihombing, M.Th. mulai dari Februari 2000. Di bawah kepemimpinan Pdt. Lotnatigor Sihombing, dilaksanakan Wisuda STTAA pertama pada tanggal 16 September 2000 bersamaan dengan perayaan Dies Natalis ke-3. Jumlah mahasiswa yang diwisuda pertama adalah 5 orang dari program M.Div. dan 4 orang dari program M.A.

Pada tanggal 29 Januari 2001 dilaksanakan pelantikan Ev. Yohanes Adrie Hartopo sebagai Ketua STTAA yang baru. Di bawah kepemimpinan beliau, terus dilakukan berbagai usaha pembenahan dan pengembangan STTAA yang masih berusia muda ini. Dalam usaha untuk dapat lebih bertumbuh menjadi suatu sekolah teologi yang sehat dan berkualitas baik, maka STTAA bersyukur untuk kesempatan belajar dan mendapatkan bimbingan dari sekolah teologi yang lebih berpengalaman dan lebih mapan, yakni dari Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) di Malang. Pada tanggal 17 Mei 2002, bertempat di SAAT Malang, ditandatangani Memorandum of Understanding (MOU) antara STTAA dan SAAT. Pihak SAAT akan membantu secara penuh pengelolaan manajemen STTAA. Yang hadir menandatangani MOU ini adalah Pdt. Dr. Peter Wongso (Ketua Yayasan SAAT), Pdt. Dr. Daniel Lucas Lukito (Rektor SAAT), Yongky Purnomo (Ketua Majelis GKJMB), Joe Hidayat (Ketua Yayasan Amanat Agung), dan Ev. Yohanes Adrie Hartopo (Ketua STTAA). Selain kunjungan rutin yang dilakukan oleh beberapa dosen SAAT ke STTAA untuk membicarakan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan STTAA, salah satu bentuk perwujudan MOU ini adalah dengan ditempatkannya Pdt. Buby Ticoalu, D.Min. untuk membantu di STTAA dari Januari sampai Desember 2004.

Sebagai suatu lembaga pendidikan, maka STTAA juga terus melakukan pembenahan dan pengembangan dalam bidang akademik. Program gelar S.Th. dan M.Div. difokuskan hanya untuk mereka yang terpanggil untuk menjadi rohaniwan penuh waktu. Selain itu, program gelar Diploma Teologi dirancang sebagai alternatif untuk para mahasiswa yang tidak melanjutkan ke jenjang S.Th. Pada tahun ajaran 2003-2004, setelah melalui evaluasi dan pertimbangan yang matang, STTAA memutuskan untuk tidak melanjutkan program gelar M.A. STTAA tidak lagi menerima mahasiswa untuk program tersebut, sedangkan para mahasiswa program M.A. yang masih ada diberikan kesempatan untuk menyelesaikannya. Sebagai ganti program gelar M.A., yang pada umumnya diikuti oleh kaum awam yang rindu untuk diperlengkapi dengan pengetahuan Alkitab dan Teologi, ditawarkan program Sertifikat Teologi.

Peningkatan kualitas pendidikan teologi di STTAA juga diikuti dengan penambahan buku-buku di perpustakaan tiap tahunnya. Pada Juni 2002 mulai dilakukan pembenahan data-data dan klasifikasi serta komputerisasi buku-buku perpustakaan. Selain itu, fasilitas komputer juga disediakan untuk para dosen penuh waktu di kantor masing-masing untuk mendorong peningkatan kualitas pengajaran dan riset. Para dosen juga didorong dan diutus untuk mengikuti berbagai seminar atau ceramah di dalam dan luar negeri. Pengutusan dosen untuk studi lanjut juga sudah mulai dilaksanakan dari sejak pertengahan 2006.

Mulai tahun ajaran 2003-2004, yakni pada setiap bulan Agustus/September, diadakan perjalanan studi banding ke Korea Selatan yang diikuti oleh dosen dan para mahasiswa program S.Th. dan M.Div. yang diwisuda. Studi banding ini dilakukan dengan mengunjungi beberapa gereja dan STT di Korea Selatan, dan para mahasiswa juga diberi kesempatan untuk “praktik pastoral” selama beberapa hari di berbagai gereja. Studi banding ini sudah dilaksanakan sebanyak lima kali sampai saat ini.

Dari sejak berdirinya STTAA bertekad untuk menggalang kerjasama dengan berbagai gereja di seluruh Indonesia. Selain mengutus para mahasiswa untuk menjalani masa praktik (yakni praktik akhir pekan, dua bulan & satu tahun) di berbagai gereja, STTAA juga mengadakan Minggu STTAA secara rutin dengan tujuan memperkenalkan STTAA. Acara Minggu STTAA pada umumnya diadakan di berbagai gereja di Jakarta dan sekitarnya, tetapi beberapa kali berkesempatan diadakan di kota-kota lain seperti Solo (November 1999), Bandung (Mei 2000), Yogyakarta (Mei 2001), Lampung (November 2001), Surabaya (Mei 2002), Medan (Mei 2004). Mulai tahun 2005 para dosen penuh waktu juga diutus secara bergantian untuk menyampaikan firman Tuhan dan memperkenalkan STTAA di berbagai gereja di kota-kota seperti Denpasar, Pekanbaru, Makassar, Pontianak, Singkawang, Palembang, Yogyakarta, Jambi, Balikpapan, Semarang, Medan, Bandung.

Selain itu, terbeban untuk memberi kontribusi yang lebih besar kepada gereja-gereja di Indonesia, STTAA membuka sebuah pusat pembinaan dan pelatihan bagi para pengurus dan aktivitas gereja, yang diberi nama Emmaus Center. Emmaus Center ini dibuka agar gereja-gereja lokal menjadi lebih tanggap akan dampak pemikiran dan budaya pascamodern hari ini terhadap kehidupan umat Kristen. Soft Launching Emmaus Center diadakan pada tanggal 27-28 Mei 2005 di Gereja Kristus Yesus Jemaat Green Ville. Grand Launching Emmaus Center diadakan pada tanggal 19 Agustus 2005 dengan mengadakan seminar yang berjudul “Creating a Dynamic Intergenerational Culture in the Church” di GKY jemaat Green Ville. Berbagai kelas-kelas bina dengan materi-materi pembinaan dan lokakarya yang sangat kreatif-inovatif ditawarkan mulai tahun ajaran 2005-2006.

Dalam usaha untuk menjalin dan mengembangkan hubungan dengan sekolah-sekolah teologi yang lain maka STTAA telah diterima sebagai anggota di Asia Theological Association (ATA) sejak November 2005 dan Perhimpunan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia (PERSETIA) sejak Juli 2006. Selain itu, STTAA juga berkeinginan untuk memberikan kontribusi di dunia teologi di Indonesia dengan menerbitkan Jurnal Amanat Agung secara berkala, yakni 2 kali setahun, mulai September 2005.

Pergumulan utama STTAA dari sejak didirikannya adalah fasilitas kampus yang permanen dan yang lebih memadai. Terpisahnya gedung kuliah di Green Ville dengan asrama-asrama merupakan kondisi yang kurang ideal. Rencana semula adalah mendirikan kampus STTAA di daerah Bogor di atas tanah seluas 7 hektar pada tahun 1998 dengan harapan untuk dapat difungsikan pada tahun 1999, tetapi rencana ini tidak dapat direalisasikan karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Gedung kampus sementara di Green Ville, yang pada mulanya berstatus pinjaman, akhirnya dibeli oleh GKJMB pada Agustus 1999. Pembelian ini dilakukan dengan perencanaan untuk membangun gedung kampus 6 lantai di lokasi ini. Segala persiapan pembangunan sudah dilakukan dan bahkan STTAA sempat pindah lokasi ke jalan Tanjung Duren Barat I/34 dengan meminjam tiga ruko selama tahun 2001, tetapi proses perizinan mengalami hambatan. Sejak awal tahun 2002 kampus di Green Ville mulai dipakai lagi setelah direnovasi. Karena fasilitas kelas dirasakan tidak mencukupi, maka pada awal tahun 2005 STTAA harus menyewa satu ruko yang terletak di depan kampus Green Ville untuk penambahan kelas. Sementara itu, usaha untuk mencari lokasi yang baru untuk pembangunan kampus baru terus dilakukan.

Akhirnya, pada awal tahun 2003 diputuskan untuk membeli sebidang tanah seluas 5000 m2 yang terletak di jalan Kedoya Raya 18, Jakarta Barat, untuk pembangunan kampus baru yang permanen. Malam dana diadakan pada tanggal 23 Agustus 2003 di Restauran Eka Ria, Jakarta. Peletakkan batu pertama diadakan pada tanggal 12 Juni 2005 dan dipimpin oleh Pdt. William Hosanna, D.Min. (ketua sinode Gereja Kristus Yesus). Dengan anugerah Tuhan yang luar biasa yang menggerakkan banyak orang untuk mendukung, kampus baru STTAA akhirnya selesai dibangun dengan luas bangunan sekitar 8000 m2. Kampus baru ini telah dipakai mulai tahun ajaran 2007-2008 yang ditandai dengan kebaktian Soft Opening pada tanggal 13 Agustus 2007.

Dengan berjalannya waktu, STTAA terus berkarya dan menghasilkan lulusan-lulusan tiap tahunnya yang siap untuk melayani di ladang Tuhan. Selama 10 tahun perjalanannya, STTAA telah meluluskan 114 orang dengan perincian sebagai berikut: 27 orang dengan gelar M.Div., 34 orang dengan gelar M.A., 31 orang dengan gelar S.Th, 1 orang dengan gelar Diploma Teologi, dan 21 orang yang menyelesaikan program Sertifikat Teologi. Para lulusan dan alumni ini menyebar dan melayani di berbagai gereja dan lembaga Kristen di seluruh Indonesia.