Orang Hurri

kelompok etnik historis di Asia Barat Daya

Bangsa Hurria (kuneiform Ḫu-ur-ri 𒄷𒌨𒊑) adalah kelompok etnis di Timur Dekat kuno yang menghuni Mesopotamia Utara dan daerah di sekitarnya selama Zaman Perunggu. Negara Hurria yang paling kuat dan berpengaruh adalah kerajaan Mitanni. Penduduk Kekaisaran Hittit di Anatolia banyak yang merupakan bangsa Hurria, dan ada pengaruh besar kebudayaan Hurria terhadap mitologi Hittit. Pada Zaman Besi Awal, bangsa Hurroa telah bercampur dengan bangsa-bangsa lainnya, kecuali mungkin di kerajaan Urtatu. Menurut I.M. Diakonoff dan S. Starostin, bahasa Hurria, bahasa Hatti, dan bahasa Urartu saling terkait dengan bahasa Kaukasus Timur Laut.

Perkiraan wilayah pemukiman Hurria pada Zaman Perunggu Akhir (ungu).

Sejarah

Zaman Perunggua Pertengahan

Nama-nama Hurria muncul secara sporadis di Mesopotamia utara dan daerah Kirkuk di Irak modern pada Zaman Perunggu Pertengahan. Kemunculan mereka disebutkan di Nuzi, Urkesh dan situs-situs lainnya. Mereka kemudian masuk dan menempati daerah pertanian yang luas dan subur yang terbentang dari lembah Sungai Khabur sampai perbukitan di Pegunungan Zagros. I. J. Gelb dan E. A. Speiser percaya bahwa bangsa Subaria merupakan substratum etnis dan linguistik di Mesopotamia utara sejak masa yang sangat awal, sedangkan bangsa Hurria merupakan pendatang baru.[1]

Urkesh

Lembah Sungai Khabur menjadi pusat tanah bangsa Hurria selama bertahun-tahun. Kerajaan Hurria pertama muncul di sekitar kota Urkesh (Tell Mozan modern) pada milenium ketiga SM. Ada bukti bahwa mereka bersekutu dengan Kekaisaran Akkadia yang mengindikasikan bahwa mereka memiliki cengkeraman yang kuat di daerah itu oleh kekuasaan Naram-Sin dari Akkad (sek. 2254–2218 SM). Daerah ini mendukung kebudayaan kaya lainnya (Tell Halaf dan Tell Brak). Negara kota Urkesh memiliki beberapa tetangga yang kuat. Pada titik tertentu pada awal milenium kedua SM, kerajaan Amoriah Mari di selatan menaklukan dan menjadikannya negara vasalnya. Dalam perebutan kekuasaan berkelanjutan atas Mesopotamia, dinasti Amoriah lainnya berhasil menguasai Mari pada abad kedelapan SM. Shubat-Enlil (Tell Leilan modern), ibukota kerajaan Assyria kuno ini, didirikan beberapa jarak dari Urkesh di pemukiman Hurria lainnya di lembah Sungai Khabur.

Zaman Perunggu Akhir

Yamhad

Bangsa Hurria juga bermigrasi ke barat pada periode ini. Pada tahun 1725 SM mereka juga menempati sebagian daerah di Suriah utara, misalnya Alalakh. Kerajaan Amoriah-Hurria Yamhad tercatat berebut wilayah ini dengan raja Hittit awal Hattusilis I sekitar tahun 1600 SM. Bangsa Hurria juga bermukim di daerah pesisir Adaniya di negara Kizzuwatna. Yamhad pada akhirnya kalah oleh bangsa Hittit, namun ini juga membuka Anatolia bagi pengaruh kebudayaan Hurria. Bangsa Hittit dipengaruhi oleh kebudayaan Hurria selama beberapa abad.

Mitanni

Bangsa Hittit terus melakukan perluasan ke selatan setelah kekalahan Yamhad. Pasukan raja Hittit Mursili I berhasil memasuki Babilon dan menjarah kota itu. Penghancuran kerajaan Babilonia, selain juga kerajaan Yamhad, membantu bangkitnya dinasti Hurria lainnya. Penguasa pertamanya adalah raja legendaris yang disebut Kirta yang mendirikan kerajaan Mitanni sekitar tahun 1500 SM. Mitanni secara perlahan berkembang dari daerah di sekitar lembah Khabur dan menjadi kerajaan paling kuat di Timur Dekat sekitar 1450-1350 SM.

Beberapa teonim, nama, dan istilah Mitanni lainnya menunjukkan superstratus India-Arya, mengindikasikan bahwa kelompok elit India-Arya berkuasa atas penduduk Hurria menyusul ekspansi India Arya.[2]

Arrapha

Kerajaan Hurria lainnya juga mengambil keuntungan dari mundurnya kekuasaan Babilonia pada abad keenama belas SM. Bangsa Hurria menghuni daerah di timur laut sungai Tigris, sekitar Kirkuk modern. Ini adalah kerajaan Arrapha. Penggalian di Yorgan Tepe, Nuzi kuno, terbukti menjadi situs yang penting terkait informasi tentang bangsa Hurria. Raja hurria seperti Ithi-Teshup dan Ithiya berkuasa di Arrapha, namun pada pertengahan abad kelima SM mereka menjadi vasal Raja Agung Mitanni. Arrapha sendiri dihancurkan oleh bangsa Assyria pada abad keempat belas SM.

Keruntuhan Zaman Perunggu

Pada abad ketiga belas SM semua negara Hurria telah dihancurkan oleh bangsa-bangsa lainnya. Pusat tanah Hurria, lembah sungai Khabur, menjadi provinsi miliki Assyria. Tidak jelas apa yang terjadi pada bangsa Hurria pada akhir Zaman Perunggu. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa bangsa Hurria tinggal di Subartu di utara Assyria selama Zaman Besi Awal. Bangsa Hurria di Suriah pada abad-abad berikutnya nampaknya mulai meupakan bahasa asli mereka dan lebih suka menuturkan bahasa Akkadia dengan dialek Assyria, atau lebih mungkin lagi bahasa Aram. Ini adalah masa yang sama ketika aristokrasi penutur bahasa Urartu, mirip dengan bahasa Hurria kuno, berkuasa atas orang-orang di Danau Van, dan membentuk Kerajaan Urartu.

Kebudayaan dan masyarakat

Pengetahuan tentang kebudayaan Hurria didasarkan pada penggalian arkeologis di situs-situs semacam Nuzi dan Alalakh selain juga lembaran kuneiform, khususnya dari Hattusa (Boghazköy), ibukkota Kekasiaran Hittit, yang peradabannya banyak dipengaruhi oleh bangsa Hurria. Lembaran dari Nuzi, Alalakh, dan kota-kota lainnya dengan penduduk Hurria (seperti ditunjukkan oleh nama-nama pribadi) mengungkapkan ciri kebudayaan Hurria meskipun ditulis dalam bahasa Akkadia. Segel silinder Hurria diukir dengan cermat dan kadang menunjukkan motif-motif mitologi. Itu semua adalah kunci untuk memahami sejarah dan kebudayaan Hurria.

Catatan kaki

  1. ^ Gelb, Ignace J.(1963), "The History of Writing" (University of Chicago Press)
  2. ^ Manfred Mayrhofer, 'Welches Material aus dem Indo-arischen von Mitanni verbleibt für eine selektive Darstellung?' In: E. Neu (Hrsh.), Investigationes philologicae et comparativae: Gedenkschrift für Heinz Kronasser (Wiesbaden, O. Harrassowitz 1982), 72-90. Paul Thieme, The 'Aryan Gods' of the Mitanni Treaties, Journal of the American Oriental Society 80, 301-317 (1960).

Referensi

  • Asimov, Isaac. The Near East: 10,000 Years of History. Boston: Houghton Mifflin, 1968.
  • Chahin, M. The Kingdom of Armenia. London and New York: Croom Helm, 1987. Reprint, New York: Dorset Press, 1991. Second, revised edition, as The Kingdom of Armenia: A History. Richmond, Surrey: Curzon, 2001. ISBN 0700714529
  • Diakonov, Igor M., and Sergei Starostin. Hurro-Urartian as an Eastern Caucasian Language. Münchener Studien zur Sprachwissenschaft. Munich: R. Kitzinger, 1986. ISBN 3920645391
  • Duchesne-Guillemin, Marcelle. A Hurrian Musical Score from Ugarit: The Discovery of Mesopotamian Music. Sources from the ancient near east, vol. 2, fasc. 2. Malibu, CA: Undena Publications, 1984. ISBN 0-89003-158-4
  • Gelb, Ignace J. Hurrians and Subarians, Studies in Ancient Oriental Civilization No. 22. Chicago: University of Chicago Press, 1944.
  • Gurney, O. R. "The Beginning of Civilization,"[butuh rujukan].
  • Güterbock, Hans Gustav. "Musical Notation in Ugarit". Revue d'Assyriologie 64 (1970): 45–52.
  • Hawkes, Jacquetta, "The First Great Civilizations"[butuh rujukan].
  • Ivanov, Vyacheslav V., and Thomas Gamkrelidze. "The Early History of Indo-European Languages". Scientific American 262, no. 3, 110116, (March 1990):[halaman dibutuhkan]
  • Kilmer, Anne Draffkorn. "The Discovery of an Ancient Mesopotamian Theory of Music". Proceedings of the American Philosophical Association 115, no. 2 (April 1971): 131–49.
  • Kilmer, Anne Draffkorn. "The Cult Song with Music from Ancient Ugarit: Another Interpretation". Revue d'Assyriologie 68 (1974): 69–82.
  • Kilmer, Anne Draffkorn, Richard L. Crocker, and Robert R. Brown. Sounds from Silence: Recent Discoveries in Ancient Near Eastern Music. Berkeley: Bit Enki Publications, 1976. (booklet and LP record, Bit Enki Records BTNK 101, reissued [s.d.] with CD).
  • Kurkjian, Vahan M. A History of Armenia. New York: Armenian General Benevolent Union, 1958.
  • Mayrhofer, Manfred. Die Arier im Vorderen Orient—ein Mythos?. Vienna: Verlag der Österreichischer Akademie der Wissenschaften, 1974.
  • Movsisyan, Artak Erjaniki. The Sacred Highlands: Armenia in the Spiritual Geography of the Ancient Near East. Yerevan: Yerevan University Publishers, 2004. ISBN 5808405866
  • Nersessian, Hovick. Highlands of Armenia. Los Angeles, 2000.
  • Speiser, E. A. "Introduction to Hurrians," [butuh rujukan].
  • Speiser, E. A. "Hurrians and Subarians," [butuh rujukan].
  • Vitale, Raoul. "La Musique suméro-accadienne: gamme et notation musicale". Ugarit-Forschungen 14 (1982): 241–63.
  • Wilhelm, Gernot. The Hurrians. Aris & Philips Warminster, 1989.
  • Wilhelm, Gernot (ed.). Nuzi at seventy-five (Studies in the Civilization and Culture of Nuzi and the Hurrians). Bethesda: Capital Decisions, Ltd., 1999.
  • Wegner, Ilse. Einführung in die hurritische Sprache, 2. überarbeitete Aufl. Wiesbaden: Harrassowitz, 2007. ISBN 3447053941
  • West, M[artin] L[itchfield]. "The Babylonian Musical Notation and the Hurrian Melodic Texts". Music and Letters 75, no. 2 (May 1994): 161–79.
  • Wulstan, David. "The Tuning of the Babylonian Harp", Iraq 30 (1968): 215–28.

Pranala luar