Pembicaraan:Kota Manna, Bengkulu Selatan
Ini adalah halaman pembicaraan untuk diskusi terkait perbaikan pada artikel Kota Manna, Bengkulu Selatan. Halaman ini bukanlah sebuah forum untuk diskusi umum tentang subjek artikel. |
|||
| Kebijakan artikel
|
||
Cari sumber: "Kota Manna, Bengkulu Selatan" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · HighBeam · JSTOR · gambar bebas · sumber berita bebas · The Wikipedia Library · Referensi WP |
ini adala salah satu cerita yang di tarik atau di angkat dari desa padang nibung kec. bunga mas.
Referensi by : Sugianto
Sejarah Asal Mula Desa Padang Nibung dan penjajahan Belanda – jepang di Padang Nibung
Dinamakan padang nibung karena di daerah ini banyak terdapat nibung yakni tumbuhan jalar berduri seperti rotan. Sehingga masyarakat dapat menyimpulkan atau memberi nama desanya dengan sebutan Padang Nibung. Asal desa padang nibung dari tanjung Alam. Yang kemudian berpindah ke padang nibung. Orang yang mendiami desa Padang nibung pertama kali adalah kepoyangan yang juga di sering disebut para pendahulu atau sesepuh. Poyang ini ada tiga bersaudara yaitu poyang Raden dalam,poyang agus Dan celiklingin. Ada juga yang berasal dari tanjung alam depati ratu, raden liwat, dan Natai Buyah. Poyang Natai buyah berasal dari pagar alam lubuk sirih. Pagar Alam disini bukan pagar alam tanjung sakti yang ada di Provinsi Sumatra Selatan melainkan daerah persawahan yang ada di lubuk sirih kecamatan manna sekarang.
Sebutan pagar alam di dapat karena Poyang Natai buyah di madukan dengan poyang dari lubuk sirih. Di mana pagar alam itu sendiri didapat karena Poyang dari lubuk sirih mengatakan “tapau jemput kurangau pasang ngalam”. Dan kemudian di bakukan menjadi nama “Pagar Alam”. Poyang dari lubuk sirih ini adalah anak dari Poyang Ratu Jeruban. Dan Desa padang nibung ini dahulunya ada dikawasan Rantau kandis. Yang Sekarang ini letaknya ada di seberang Sungai air matai yang terletak di sekitar desa padang nibung yang sekarang atau setelah perpindahan.
Dahulunya desa padang nibung sebelum berpindah tempat, seluruh desa di kelilingi bambu kuning yang punya satu gerbang keluar. Maklum saat itu yang namanya ilmu batin itu masih kuat. Tetapi tentunya bukan hanya di padang nibung juga yang punya ilmu batin masih kuat. Yang jelas diseluruh kawasan negeri ini masih banyak yang punya kemampuan tersebut.
Padang nibung sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda yang kemudian belanda terusir karena datangnya tentara jepang yang juga bermaksud menjajah negara kesatuan republik indonesia.Tentara Jepang masuk ke Padang nibung dan wilayah sekitarnya tahun 1942. Setelah melakukan pertempuran dengan belanda dan di menangkan oleh tentara jepang. Sedangkan Warga desa padang nibung berpindah ke padang nibung yang sekarang sekitar tahun 1938-1939. Dimana nama pertama desa padang nibung sekarang adalah lubuk langkap. Yang pertama kali berpindah ke desa padang nibung yang sekarang adalah pak Juai dan wak Mijap. Berdasarkan keputusan masarakat kemudian nama itu di ganti lagi dengan nama desa padang nibung yang sebelum mereka berpindah tempat.
Pemimpin belanda waktu menjajah di bengkulu Selatan adalah seorang ratu yang bernama Yuliana nik Mina yang berkantorlior di kawasan kota Manna yang sekarang ini.Pada zaman penjajahan belanda kepemimpinan desa sudah dibentuk dengan sebutan depati dan penggawau. Depati itu sekarang ini adalah kepala desa, sedangkan Penggawau adalah sekretaris desa. Dimana tugas dari penggawau ini adalah menggantikan depati, seandainya depati tidak bisa menghadiri atau melaksanakan tugasnya. Depati padang Nibung yang pertama adalah nenek dari narasumber. Dan sistem pemilihan tidak dilakukan dengan pemilihan umum seperti sekarang. Tetapi pemerintahan di lakukan turunkan dengan anak atau di tunjuk dengan pemimpin yang sedang memimpin saat itu.
Mata pencaharian masyarakat saat penjajahan jepang dan Belanda adalah berkebun dan berladang. Kebun yang di garap adalah kebun milik sendiri, tetapi saat penjajahan diminta bayar pajak dari para tentara belanda dan jepang. Jika tidak membayar maka barang milik penduduk yang setara dengan bayaran pajak yang di kenakan oleh para penjajah saat itu. Masyarakat juuga da mengem]nal yang namanya mata uang.Dann mata juang yang digunakan adalah mata uang keras.Tapi yang dari kertas juga ada. Nominal mata uang daulu tidak sama dengan sekarang. Dari sen samapi rupiah. Hanya saja nilai banding rupiah lebih tinggi dari pada uang yang lainnya.Uang yang dip-akai oleh masyarakat saat penjajahan.
Romusa ini bukan hanya di padang nibung saja tetapi juga di bawah ke pulau bai kota madya bengkulu,dan para pekerjaromusa juga membangun bandara di padang panjang. Yang sempat aktif waktu zaman pejajahan. Para pekerja romusa bukan hanya dari padang nibung saja tetapi juga dari daerah lain yang ada di kawasan bengkulu selatan. Dan daerah lain di luar sumatra, jawa dan lainnya. Menurut sejarah dari narasumber waktu itu ada warga yang mati kelaparan karena kurang bahan pangan. Akibat penjajahan yang dilakukan ole tentara atau pasukan penjajah dari negara jepang. Karena jepang lebih kejam dari tentara-tentara belanda.
Jalan yang ada mulai dari desa talang indah , kuripan dan padang nibung adalah jalan yang di bangun sejak zaman penjajahan belanda dan kemudian pembangunan dilanjutkan tentara jepang. Yang di bangun pada waktu penjajahan jepang adalah jembatan yang melintasi sungai air matai dan jembatan sungai bengkenang. Hanya saja jembatan-jembatan tersebut sudah rusak. Apalagi yang melintasi sungai bengkenang waktu masih pembangunan pun sudah rusak di terjang arus sungai yang sangat deras. Dan debit air yang melintas pun cukup besar. Jalan yang di bangun berhubungan langsung ke seginim. Hanya saja untuk melintasi sungai air nelengau masih menggunakan perau kayu. Oleh karena itu peninggalan sejarah sudah tidak ada lagi sekarang. Yang ada hanya sejarahnya saja. Selain jembatan masih banyak juga yang di bangun oleh pekerja Romusa yaitu teowongan yang katanya ada di sekitaran dekat desa padang nibung ini sendiri. Terowongan tersebut dibangun untuk persembunnyian tentara sekutu pada zaman penjajahan. Untuk membangun terowongan tersebut tentara jepang merampas kayu-kayu milik warga. Yang kemudian di masukan ke dalam terowongan agar tanah yang ada di dalam tidak longsor.
Terowongan yang di bangun menurut narasumber cukup dalam karena saat di tanya beliau mengatakan,” Dalam lobang yang di gali tu dalam, kami ndik diau yang kruan dalamau berapau. Karenau kami ndik masuk dalam lobang itu”. Narasumber juga mengatakan bahwa terowongan itu di isi dengan bahan pangan serta meriam mesin yang di hadapkan mengarah ke laut. Dan meriam itu Cuma terlihat ujungnya saja karena di timbun dengan tanah. “uy meriamau tu Cuma kinakaan ujungau sajau, arahau tu ngadap ke laut” tegas narasumber saat ditanya masalah meriam. Dan menurut keterangan narasumber bahwa masihh banyak terowongan yang di bangun salah satunya di dekat rumah warga padang nibung yang sekarang setelah perpindahan. Hanya saja terowongan tersebut tidak dapat lagi terlihat karena sudah tertimbun longsoran tanah. Tapi ada satu yang masih ada yaitu bekas tiang-tiang jembatan yang ada di Sungai air matai didekat desa padang nibung yang sekarang. Tentunya bukan hanya di padang Nibung saja ada sejarah dan peninggalan yang di buat olehh tentara belanda dan jepang pada zaman penjajahan terdahulu. Contonya saja menurut cerita yang kami dapat adanya meriam di Serio yaitu desa lampau daerah desa Pejayo kecamatan bunga mas sekarang. Dan juga adanya Meriam di lubuk ipuh dikawasan kepoyangan Lubuk Sirih yang sekarang ada di kecamatan Manna. Tentunya juga yang ada di bundaran kantor Bupati Bengkulu Selatan yang bertempat di kawasan Padang Panjang. Kawasan ini dulunya telah di jadikan tempat penerbangan oleh penjajah yang masuk ke daerah Bengkulu Selatan. Tujuan penerbangan ini adalah membawa dan memasok barang dari luar dan kedalam negeri. Yang tentunya kebutuhan mereka saat menjajah di kabupaten bengkulu selatan.
Dahulunya tentara jepang yang ada di kawasan padang nibung dan sekitarnya mempunyai sebuah pos yang terletak di kawasan Desa talang randai sekarang. Salah satu kapten yang bertugas disana adala Kapten Yan Shino. Di persimpangan talang randai beliau membuat pintu gerbang yang terbuat dari kawat berduri setinggi orang dewasa. Yang di jaga oleh tentara-tentara jepang. Menurut narasumber ada yang kita wawancara di sekitaran gerbang ada sebuah sumur. Dan ada salah satu tentara jepang yang keperosok, Masuk dalam sumur karena dapat hukuman dari sang kapten untuk menguras sumur tersebut. Nama tentara jepang yang masuk ke sumur adalah Minami. “Tentara jepang tu ndik ngapau-ngapau. Untung adau yang kuli jak padang guci yang ngangkatau jak dalam sumur”, jawab narasumber saat di tanya maslah tentara jepang yang keperosok masuk dalam sumur.
Saat penajahan mata uang yang digunakan adalah mata uang kertas dan mata uang yang terbuat dari bahan perak dan tembaga yaitu sen, ringgit, puluhan cuntang, suku kuatan, rupiah dan merini. Untuk satu sen sama dengan dua merini, untuk satu cuntang lima merini atau sama dengan dua koma lima sen, dan untuk satu rupiah sama dengan sepuluh buah uang puluhan atau sama dengan seratus sen. Mata uang sen terbuat dari tembaga dan uang cuntang juga terbuat dari tembaga. Dan satu lagi uang yang terbuat dari tembaga adalah mata uang merini. Hanya saja mata uang itu sulit untuk ditemukan karena keberadaannya sudah habis. Jadi dapat kita bayangkan imbalan yang didapat para pekerja saat penjajahan.
Keberadaan desa padang nibung sebelum pindah cukup jauh dari persimpangan talang randai. Jadi dapat dibayangkan betapa jaunya masyarakat untuk membawah hasil kebunnya ke pasar. Tak jarang juga hasil kebun dibawah ke pasar yang ada di kota manna sekarang. Untuk kesana masyarakat hanya menempuh dengan jalan kaki. Karena pada waktu itu kendaraan yang ada hanya gerobak sapi, sepeda dan mobil. Hanya saja untuk mobil hanya dimiliki oleh tentara penjajah. Jadi dapat kita bayangkan betapa susanya hidup saat penjajahan. Tapi menurut cerita yang kita dapatr dari narasumber setelah merdeka masyarakat juga membawah hasil kebun dan hewan ternak ke provinsi tetangga yaitu ke pagar alam dan palembang. Jarak yang mereka tempuh untuk membawah hasil kebun dan hewan ternak ke palembang dan pagar alam lebih kurang menghabiskan waktu satu minggu. Mereka kesana tanpa alat transportasi melainkan berjalan kaki. Tapi pada saat pejajahan mereka hanya membawah hasil kebun di daerah kabupaten bengkulu selatan dan ke bintuhan kabupaten kaur.
Pada saat penjajahan ada satuan tentara yang di bentuk. Para tentara itu di bawah ke Singapura untuk mendapat mendapatkan pelatihan. Tetapi setelah penjajahan ada juga tentara yang terbentuk yaitu TRI (Tentara Republik Indonesia). Sudah TRI berganti TKR hanya saja senjata api yang di miliki hanya 3 buah untuk sembilan tentara yang ada di Daerah padang nibung,kuripan dan talang indah. Hal itu sangat tidak memungkinkan untuk melawan adanya tentara penjajah yang masuk lagi. Oleh karena itu pada zaman penjajahan walau senjata hanya ada tiga buah, warga menggunakan keris masing-masing untuk melawan kerasnya bara tentara. Akan tetapi keris itu bukan hanya sembarang keris, melainkan keris pusaka peninggalan dari para leluhur pendahulu yang di turunkan secara bergilir ke tetesannya masing-masing.