Persetubuhan

tindakan yang dilakukan demi reproduksi, kenikmatan seksual, atau keduanya

Persetubuhan atau hubungan seksual artinya secara prinsip adalah tindakan sanggama yang dilakukan oleh manusia. Akan tetapi dalam arti yang lebih luas juga merujuk pada tindakan-tindakan lain yang sehubungan atau menggantikan tindakan sanggama, jadi lebih dari sekedar merujuk pada pertemuan antar alat kelamin lelaki dan perempuan.

Coition of a Hemisected Man and Woman (c. 1492) adalah sebuah interpretasi pelukis tentang apa yang terjadi dalam tubuh selama persetubuhan, oleh Leonardo da Vinci.

Persetubuhan mungkin didahului dengan percumbuan, yang menyebabkan gairah pada pasangan, menyebabkan penis mengalami ereksi dan pelumasan alami pada vagina.

Untuk memulai sebuah hubungan seksual, penis yang telah ereksi dimasukkan ke dalam vagina dan salah satu partner atau keduanya menggerakkan pahanya untuk membuat penis bergerak maju dan mundur di dalam vagina dan menghasilkan gesekan, tanpa sama sekali mengeluarkan penis secara penuh. Dengan demikian, mereka merangsang diri sendiri maupun partnernya hingga orgasme dan ejakulasi diperoleh. Penetrasi dengan penis juga dikenal dengan intromission atau dengan nama Latin immissio penis.

Istilah penetrasi digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana alat kelamin pria dimasukkan ke dalam vagina. Hal ini tidak selamanya menjadi ritual yang wajib untuk mencapai kesenangan dan kenikmatan dalam berhubungan seks. Aktivitas seks tanpa melakukan penetrasi biasanya dilakoni oleh kaum remaja.[1]

Reproduksi seksual

Persetubuhan adalah metode dasar reproduksi manusia. Selama ejakulasi, yang umumnya disertai dengan orgasme pada pria, serangkaian kontraksi otot mengirimkan air mani yang berisi gamet pria yang dikenal sebagai sel sperma atau spermatozoa ke dalam ruang vagina.

Rute yang dilalui dalam ruang vagina adalah melalui cervix menuju rahim dan kemudian menuju ke tuba fallopi. Jutaan sperma terdapat dalam setiap ejakulasi, untuk meningkatkan kemungkinan sebuah pembuahan dengan sel telur atau ovum. Sel sperma dapat bertahan hingga sembilan hari dalam tubuh wanita. Ketika sebuah sel telur yang subur dari wanita terdapat dalam tuba fallopi, gamet pria bergabung dengan ovum menghasilkan pembuahan dan pembentukan sebuah embrio baru. Ketika sebuah ovum yang telah terbuahi mencapai rahim, ia akan tertanam pada dinding uterus, yang dikenal dengan endometrium dan kehamilan dimulai.

Hubungan seksual dalam agama

Agama Islam

  • Hubungan seksual hanya dilakukan oleh sepasang suami-istri yang sah secara hukum agama.
  • Hubungan seksual hanya dilakukan oleh sepasang suami-istri yang sah secara hukum agama merupakan salah satu wujud ibadah.
  • Hubungan seksual harus dimulai dengan membaca do'a untuk kebaikan hal yang terjadi dalam proses maupun setelah proses dilaksanakan.
  • Hubungan seksual hanya dilakukan dengan lawan jenis. Dengan demikian Homoseksual maupun Heteroseksual tidak dibenarkan dalam agama.
  • Hubungan seksual hanya dibenarkan jika dilakukan oleh sepasang suami istri (dua manusia) dan tidak boleh lebih dalam satu waktu dan ruang (tanpa penyekat atau pemisah).
  • Hubungan seksual hanya dibenarkan jika dilakukan secara pribadi dalam hubungan suami istri dan tidak disebarluaskan atau dipertontonkan.
  • Hubungan seksual tidak dilakukan pada saat seorang istri sedang haid.
  • Hubungan seksual hanya dibenarkan melalui vagina, dan tidak melalui anus. Dengan demikian, seks anal tidak dibenarkan dalam agama.
  • Hubungan seksual hanya dilakukan dengan cara penetrasi penis ke dalam vagina, tidak dibenarkan jika benda lain selain penis yang dimasukkan ke dalam vagina. Alat kontrasepsi (kondom) tidak dibenarkan karena memasukkan benda lain selain penis begitu pula dengan benda lainnya termasuk vibrator.
  • Hubungan seksual adalah jenis kegiatan yang diwajibkan kepada pelaku untuk menyucikan diri setelahnya.
  • Hubungan seksual adalah satu-satunya metode perkembangbiakan manusia yang diperbolehkan.

Agama Katolik

  • Hubungan seksual hanya dilakukan oleh sepasang suami-istri yang sah secara hukum Gereja, meski tidak secara Sakramen[2]
  • Hubungan seksual hanya dilakukan dengan lawan jenis. Sebab homoseksualitas melawan hukum kodrat. Akan tetapi manusia yang memiliki dorongan homoseksualitas dipandang Gereja mengalami cobaan yang berat dan perlu dilayani dengan adil, bukan dengan memojokkan atau mengadili.[2]
  • Hubungan seksual dilakukan sebagai perwujudan cinta kasih, bukan pemenuhan nafsu belaka.[2]
  • Hubungan seksual selalu diarahkan pada kelahiran manusia baru ("bahwa tiap persetubuhan harus tetap diarahkan kepada kelahiran kehidupan manusia" (Humanae Vitae 11) ). Oleh sebab itu upaya kontrasepsi buatan (kondom, spiral, suntik, dll) dipandang sebagai persetubuhan yang tidak mengarah pada kelahiran, dan dilarang oleh Gereja. Dalam pandangan yang sama, perbuatan seksual selain penetrasi penis melalui vagina tidak dibenarkan.[2]
  • Inses, hubungan seksual antar sanak saudara atau ipar, juga kepada anak muda pedofilia, tidak dibenarkan oleh Gereja.[2]


Bentuk lain hubungan seksual

Seks oral

Seks oral terdiri dari semua aktivitas seksual yang melibatkan penggunaan mulut dan lidah.

Seks anal

Seks anal adalah hubungan seksual dengan penis yang ereksi dimasukkan ke rektum melalui anus. Selain itu penetrasi anus dengan dildo, butt plug, vibrator, lidah, dan benda lainnya juga disebut anal seks. Anal seks dapat dilakukan oleh orang heteroseksual maupun homoseksual.

Referensi

Lihat pula

Pranala luar