Dinasti Shang
Dinasti Shang (Hanzi: 商朝, hanyu pinyin: Shang Chao) (1562 SM - 1066 SM) adalah dinasti pertama dalam sejarah Tiongkok yang menguasai daerah bagian timur utara Negeri Tiongkok. Dinasti Shang mengantikan Dinasti Xia dan digantikan oleh Dinasti Zhou (1122 SM - 256 SM). Informasi tentang Dinasti Shang didapati dari kerajinan perunggu dan tulang ramalan, berupa tulang belikat lembu atau kulit kura-kura yang tertulis huruf Tiongkok yang direkam untuk pertama kalinya, ditemukan di Lembah Huang He. Tulang ini secara khas mempunyai tiga bagian: pertanyaan untuk ramalan, jawaban ramalan, dan verifikasi ramalan yang kemudiannya terbukti benar. Tulang-tulang tersebut sering berasal dari tulang lembu, banteng atau monyet, tetapi tidak pernah dari anjing atau kucing.
Yin 殷 (separuh akhir Shang) meninggalkan arsip sejarah yang berisi informasi tentang politik, ekonomi, budaya, agama, geografi, ilmu perbintangan, penanggalan, obat/kedokteran dan seni pada periode tersebut, dan seperti halnya menyediakan pengertian yang mendalam tentang awal dari peradaban Tiongkok. Lokasi ibukota Yin, yang kemudian menurut sejarah disebut Reruntuhan Yin 殷墟, dekat Anyang sekarang 安陽. Pekerjaan arkeologis di sana menemukan 11 makam/pusara utama raja Yin, dasar lokasi istana dan tempat upacara agama, semuanya berisi senjata perang. Berpuluh ribu perunggu, permata giok, batu, tulang dan kerajinan keramik ditemukan; hasil pengerjaan pada perunggu tersebut menunjukkan peradaban yang tinggi. Dalam kaitan dengan tulang ramalan tertulis sendiri, lebih dari 20,000 ditemukan. Banyak huruf Tiongkok yang ditemukan dalam catatan di Reruntuhan Yin masih digunakan sampai hari ini.
Dinasti Shang dipercayai didirikan oleh seorang pemimpin pemberontakan yang menggulingkan penguasa terakhir Xia. Peradabannya didasarkan pada pertanian, ditambahkan dengan berburu dan perternakan. Arsip Umum Sejarawan menyebutkan Dinasti Shang memindahkan ibukotanya sampai enam kali. Pemindahan paling utama dan terakhir adalah ke Yin di tahun 1350 sm, menuju ke suatu jaman yang sangat makmur dinasti ini. Terminologi Dinasti Yin menjadi bersinonim dengan Dinasti Shang dalam sejarah, walaupun belakangan telah dirincikan sebagai separuh akhir Dinasti Shang.
Garis kerajaan Shang secara turun temurun menguasai kebanyakan Negeri Tiongkok bagian utara, dan pasukan perang Shang sering berperang dengan koloni Negara tetangga dan kumpulan pengembara dari pedalaman Asia. Ibukota, terutama di Yin, adalah pusat dari pemerintahan. Upacara agama untuk mengambil hati roh dan untuk menghormati nenek moyang suci sudah sangat maju. Di samping posisi sekularnya, raja adalah kepala nenek moyang dan para roh pemuja. Bukti dari makam raja menunjukkan bahwa raja dikuburkan dengan berbagai artikel berharga, untuk digunakan di alam baka. Barangkali untuk alasan yang sama, beratus-ratus rakyat, mungkin budak, telah dikuburkan hidup-hidup dengan mayat raja.
Shang Zhou 商紂, Raja Yin yang terakhir, bunuh diri setelah angkatan perangnya dikalahkan oleh orang Zhou. Legenda mengatakan bahwa angkatan perangnya mengkhianati dia dan bergabung dengan pemberontak Zhou pada suatu pertempuran yang menentukan. Suatu roman klasik “Fengshen Yanyi”, berisi cerita tentang peperangan antara Yin dan Zhou, di mana masing-masing didukung oleh sekelompok dewa.
Setelah Yin roboh, keluarga kerajaan Yin yang selamat secara bersama mengubah nama kerajaan mereka dari nama 子 (pinyin: zi; Wade-Giles: tzu) menjadi nama dinasti mereka yang dijatuhkan, Yin 殷. Ahli waris keluarga yang masih hidup menjadi aristokratis dan sering juga bantuan administratif yang diperlukan oleh dinasti penganti, Dinasti Zhou. Raja Zhou Cheng 周成王melalui pamannya Adipati Zhou Dan 周公旦, menganugerahkan kepada saudara Raja Zhou dari Shang Bangsawan Wei, Weizi 微子ibukota tua Shang di Shang商sebagai negara bagian Song宋. Negara bagian Song dan keturunan raja Shang masih menjalani ritual sebagai raja Shang hingga tahun 286 sm. (Sumber: Arsip Umum Sejarawan).
Antara legenda Tiongkok dan Korea menyatakan bahwa Pangeran Yin yang tidak puas terhadap Dinasti Zhou bernama 箕子 Jizi (Kija), menolak untuk menyerahkan kekuasaan kepada Zhou, dan meninggalkan Negeri Tiongkok dengan para pengikutnya dan mendirikan Gija Joseon dekat Pyongyang sekarang yang menjadi salah satu dari awal Negara Korea (Go-, Gija-, dan Wiman-Joseon). Meskipun demikian Jizi sangat sedikit disebut dalam Shiji, ada pemikiran bahwa cerita tentang Jizi ke Joseon masih mistik.