Yudistira

Sulung Pandawa dalam epos Mahabharata
Revisi sejak 7 Februari 2007 12.40 oleh IvanLanin (bicara | kontrib) (~kat)

Yudistira (Sansekerta: युधिष्ठिर Yudhiṣṭhira), adalah seorang protagonis dari wiracarita Mahabharata. Ia adalah yang tertua dari Pandawa lima. Beliau adalah raja Indraprasta dan lalu Hastina. Ia adalah putera Pandu dengan Dewi Kunti.

Berkas:Yudistira-kl.jpg
Prabu Yudistira, raja Indraprasta dan kemudian Hastina

Yudistira dianggap sebagai keturunan Dewa Keadilan, Batara Dharma oleh karena itu salah satu julukannya adalah Dharmasuta, Dharmaputra atau Dharmawangsa. Selain itu ia juga disebut Puntadewa atau Samiaji.

Konon seumur hidup ia hanya berbohong sekali, yaitu terhadap Bagawan Drona mengenai kematian Aswatama.

Sebetulnya Yudistira tidak berbohong karena dia berkata kepada Dorna (Drona) bahwa "gajah Tama mati" dan gajah dalam bahasa Sansekerta (hasta) bunyinya mirip dengan "aswa". Gajah bernama Tama itu sendiri sengaja dibunuh oleh Pendawa agar Yudistira bisa mengatakan hal itu kepada Dorna sehingga Dorna kehilangan semangat hidup dan Korawa bisa dikalahkan dalam perang Bharatayuddha.

Walaupun tidak pernah berbohong, karena perbuatannya ini Yudistira tetap mendapat 'hukuman'. Kereta perangnya, yang semula dikaruniai kemampuan melayang sejengkal di atas tanah, kini terpaksa harus turun menginjak tanah. Dan kelak, di hari kembalinya Pandawa ke surga, Yudistira tidak diperbolehkan memasuki kahyangan terlebih dahulu melainkan harus menunggu saudara-saudaranya. Cerita ini dikisahkan dalam episode Swargarohanaparwa, atau kitab terakhir Mahabharata.

Ia adalah tipe murni Raja yang Baik. Darah putih (seta ludira. seta=putih, ludira=darah) mengaliri nadinya. Tak pernah murka, tak pernah bertarung, tak pernah juga menolak permintaan siapa pun, betapapun rendahnya sang peminta. Waktunya dilewatkan untuk meditasi dan penghimpunan kebijakan. Tak seperti satria yang lain, yang pusaka saktinya berupa senjata, pusaka andalan Yudistira adalah Kalimasada yang misterius, naskah keramat yang memuat rahasia agama dan semesta. Dia, pada dasarnya, adalah cendekiawan tanpa pamrih, yang memerintah dengan keadilan sempurna dan kemurah hatinya yang luhur. Dengan kenampakan yang sama sekali tanpa perhiasan mencolok, dengan kepala merunduk yang mawas diri, dan raut muka keningratan yang halus, dia tampil sebagai gambaran ideal tentang Pandita Ratu (Raja Pendeta) yang telah menyingkirkan nafsu dunia.

Akan tetapi ada pula kelemahannya, yakni gemar berjudi. Oleh karena kegemarannya ini, Yudistira beberapa kali tertipu dan dikalahkan dalam adu judi dengan Duryodana, Raja Hastina dan pemuka Korawa. Dalam salah satu kekalahannya, terpaksa Yusdistira (dan Pandawa keseluruhannya) menyerahkan negaranya dan membuang diri ke hutan selama 13 tahun.

Dalam kisah versi Jawa, Yudistira beristrikan Dewi Drupadi dan berputera Pancala (Pancawala). (Menurut kisah India, Drupadi diperistri oleh kelima Pandawa bersama-sama).

Lihat pula