Gerson Poyk
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Gerson Poyk lahir di Namodale-Baa tanggal 16 Juni 1931, di sebuah rumah tak jauh dari mercu suar satu-satunya di Pulau Rote. Ia adalah anak dari Yohannes Laurens Poyk dan Yuliana Manu.
Mulai menulis puisi pada tahun 1950-an, kemudian menyusul prosa-prosanya yang tidak pernah kering hingga saat ini. Pada tahun 1961 cerpennya Mutiara di Tengah Sawah mendapat hadiah dari majalah Sastra. Bersama cerpen Si Keong, cerpen itu dimuat dalam antalogi Cerpen Indonesia Modern dalam bahasa Jerman. Beberapa cerpennya diikutkan dalam antalogi Angkatan 66 susunan Dr. H. B. Jassin; Laut Biru Langit Biru himpunan Ajip Rosidi, Jakarta 30 Cerpen Indonesia dan Cerita Pendek Indonesia susunan Satyagraha Hoerip. Selain disalin dalam bahasa Jerman, cerpen Gerson disalin juga ke dalam bahasa Inggris, bahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda. Cerpen-cerpennya itu dibicarakan secara luas oleh Korrie Layun Rampan dalam Cerita Pendek Indonesia Mutakhir; Sebuah Pembicaraan (Nur Cahaya, 1981).
Buku-bukunya, antara lain adalah Hari-hari Pertama, Sang Guru, Cumbuan Sabana, dan tiga buah kumpulan cerpen Oleng Kemoleng dan Surat-surat Cinta Aleksander Rajaguguk, Nostalgia Nusatenggara, Matias Akankari, dan Jerat. Gerson pernah lama tinggal di Pulau Bali, dan berhasil merekam kehidupan alam dan manusianya, dengan caranya yang khas dan menarik.