Iskandarwassid
Iskandarwassid
(Prof. Dr. Iskandarwassid,MPd.) , Iswas, nama panggilannya lahir di Cimahi, Bandung 10 Mei 1939, agamanya Islam Nama istrinya Siti Jenab.[1] Anak-anakna: Sonny Wijaksana, Rinni Hanaria, Fitri Ganjari, Riana Surtikanti, jeung Arismaya.[1]
Bagi Iswas mengarang dengan mewujudkan hasil observasi pasif setelah digabungkan dengan imajinasi.[1].Pernah Iswass mencoba menulis karya dengan hanya mengandalkan imajinasi, tapi ternyata hasilnya tidak memuaskan.[1]
Minatnya akan sastra mulai timbul ketika Iswass bersekolah di kelas lima SD.[1] Pada waktu itu, gurunya, Ardiwinata sering bercerita di depan kelas.[1] Yang diceritakan biasanya kutipan dari buku-buku berbahasa Sunda terbitan Balai Pustaka seperti Nunggul Pinang dan Trésna Séna jeung Nyi Putri Sedihasih.[1]
Pendidikan
- SR Cipageran (1953)[1]
- SGB (1956)[1]
- SGA Negeri 1 Bandung (1959)[1]
- Sarjana Muda Bahasa dan Sastra Sunda/ Indonesia IKIP Bandung (sekarang UPI) (1964)[1]
- Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Bandung (1973)[1]
- S2 Pendidikan IKIP Bandung[1]
- S3 UPI Bandung (2002)[1]
Karir
- Guru SD (1960)[1]
- Guru Bahasa Inggris SMP BPI[1]
- Guru SMA Negeri XI Bandung (1967-1979)[1]
- Wakil Kepala Sekola (1974) [1]
- Dosen FKSS IKIP Bandung (dari tahun 1978)[1]
- Dosen Program Magister Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda, UPI Bandung (sejak 2009) [1]
- Redaktur Majalah Sangkuriang.[1]
- Redaktur Majalah Campaka [1].
- Redaktur Majalah Pitaloka [1].
- Kolabolator Dr. H. Chambert Loir EFEO (L’Ecole Francaise d’Extreme-Orient (1972-1976) [1].
Karya
Penghargaan
- Hadiah Sayembara Menulis Pantun dari Majalah Teruna, Jakarta (1955)[1].
- Hadiah Sastra Manglé untuk tulisan berjudul "Pernahna Dayeuh Pajajaran ceuk Pantun" (1976)[1].
- Hadiah Rancagé untuk buku kumpulan cerpen berbahasa Sunda Halimun Peuting.[1]
Mengenai sebagian sifat dirinya, Iswass mengatakan, "Mengapa bisa akrab dengan Karna (Karna Yudibrata), lantaran karena saya suka menentang pendapat orang lain.[2] Entah apa sebab saya punya sifat seperti itu.[2] Dalam diskusi-diskusi, terhadap pendapat orang lain inginnya menentang terus.[2] Pede, kadang-kadang overacting, entah kompensasi dari apa.[2]