Balai, Sanggau
Balai adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Indonesia. Pusat pemerintahannya berada di Batang Tarang. Kecamatan Balai berbatasan dengan Kecamatan Tayan Hilir, Meliau dan Tayan Hulu di Kabupaten Sanggau. Selain itu, Kecamatan Balai juga berbatasan dengan Kecamatan Jelimpo di Kabupaten Landak dan Kecamatan Sungai Ambawang di Kabupaten Kubu Raya.
Balai | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Kalimantan Barat | ||||
Kabupaten | Sanggau | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Drs. Fransiscus Marinus, MM | ||||
Populasi | |||||
• Total | 22,216 jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 61.03.12 | ||||
Kode BPS | 6105160 | ||||
Luas | 395.60 km² | ||||
Kepadatan | 56 jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | 12/51 | ||||
|
Daftar Nama Desa dan Dusun
Nomor | Nama Desa | Nama Dusun |
---|---|---|
1. | Hilir | Sembatu, Hulu, Melaban dan Hilir |
2. | Cowet | Manang, Cowet, Segae dan Mungguk Mayang |
3. | Kebadu | Kebadu, Peluntan, Sei Kelik, Calong, Keranjik dan Nangge |
4. | Padi Kaye | Padi Kaye, Genting, Mak Dadong dan Temiang Keranjik |
5. | Empirang Ujung | Empirang Ujung dan Keladan |
6. | Temiang Mali | Temiang Mali, Tanjung dan Mangkit |
7. | Mak Kawing | Mak Kawing, Tamang (Tamang,Sebual),Segalang, Mungguk Lumut dan Pulak |
8. | Semoncol | Semoncol, Perupuk, Serinjuk dan Telabang Mangkit |
9. | Senyabang | Benua,Keneles Hulu, Paber,Senyabang,Bael,Keresep dan Tenggalong |
10. | Bulu Bala | Bulu Bala, Sanyang, Pasang Surut, Biyu dan Tadan |
11. | Temiang Taba | Embinyir, Temiang Taba, Urit, Manuk, Syam dan Terajah |
12. | Tae | Tae, Padang, Mak Ijing dan Semangkar |
Pemerintahan
Camat Balai sejak 1950-2010
No. | Nama Camat | Masa Jabatan |
---|---|---|
1. | J. Moh. Sipit | 1950 - 1957 |
2. | Ab. Mansyur | 1957 – 1961 |
3. | Ab. Moh. Ali | 1961 – 1964 |
4. | Yohanes Lamid Niga | 1964 – 1966 |
5. | Ig. Andeh | 1966 – 1970 |
6. | K. Tambunan, BA | 1970 – 1978 |
7. | Pandi Sadli, BA | 1978 – 1983 |
8. | Machdi M, BA | 1983 – 1985 |
9. | Abdurazak, BA | 1985 – 1988 |
10. | Drs. Benediktus Ayub | 1988 – 1992 |
11. | Drs. Abul Karim | 1993 – 1998 |
12. | Drs. A. Adrianto G | 1998 – 2000 |
13. | Sumadi Haryoko, S. Sos | 2000 – 2004 |
14. | Agatho Adan, S. Sos | 2004 – 2008 |
15. | Drs. Paulus Usrin | 2008 – 2009 |
16. | Suwes, S. Sos, MM | 2009 – 2010 |
17. | Drs. Fransiscus Marinus, MM | 2010 - Sekarang |
Hasil Hutan
Suku Bangsa
Dayak Mali, Dayak Taba, Melayu, Tionghoa dan lain-lain.
Agama
Katolik, Kristen, Islam, Konghucu, Budha, Hindu dan lain-lain.
Budaya
Ngayau [1](memotong kepala manusia) merupakan budaya kanibal nenek moyang yang pernah ada dalam suku Dayak. Sekalipun budaya itu telah punah dan seharusnya sudah tidak ada lagi pada masa sekarang namun hal itu masih dapat kita saksikan pada era Orde Baru misalnya peristiwa Sanggau ledo (Kalbar) tahun 1997 dan peristiwa Sampit (Kalteng) tahun 2001. Ngayau merupakan budaya untuk mencari kepala manusia. Ketika kepala itu didapati maka keberanian, keperkasaan, kekuatan dan kehormatan akan diperoleh dengan seketika itu juga. Setiap orang Dayak yang mampu memperoleh kepala panglima suku atau orang yang terkuat dalam suku maka kekuatannya akan dapat diperoleh. Orang Dayak tersebut akan dikagumi sebagai panglima. Kepala panglima suku yang dipotong tadi akan dimakan dan tengkoraknya akan diawetkan. Kapala tersebut sampai sekarang masih digunakan untuk tarian Noto'gh. Yaitu menghormati/menghadirkan kepala manusia itu di depan umum pada saat selesai panen. Masih ada daerah-daerah tertentu yang sampai sekarang masih melaksanakan budaya Noto'gh tersebut.
Ganjor'ro adalah pesta adat selepas panen atau pesta bersyukur setelah panen padi. suku dayak mali dari kampung ke kampung akan menyelengarakan pesta ini untuk ucapan syukur pada apet kuya'ngh serta agar panenan pada tahun yang akan datang semakin berlimpah. upacara syukur ini dilaksanakan setahun sekali dan pesta syukurnya 3 atau 7 hari lamanya. ganjor'ro mengisyaratkan bahwa setiap orang harus berpesta sampai puas. suku dayak mali berpesta dengan makan-makan dan minum tuak ( sejenis minuman tradisional) sampai mabuk atau sering ada acara lomba besompok( bertanding minum minuman tuak) siapa yang tahan maka dialah pemenangnya.
Upacara notonkg atau Noton'gh adalah upacara untuk memberi makan kepada kepala nenek moyang. upacara ini masih terpelihara dengan baik dikampung-kampung tertentu yang memiliki/menyimpan kepala manusia zaman dulu. Upacara ini hanya berlangsung setahun sekali atau bila ada kejadian yang kurang baik dikampung
Balian adalah orang yang bekerja pada upacara adat Dayak yang bertugas untuk berurusan dengan Dunia Atas dan Dunia Bawah dari para roh manusia yang telah meninggal. Balian juga dapat bertugas memanggil jubata sebagai juru damai dalam suatu peristiwa yang menjadi topik pada suatu upacara adat, tugas ini seperti yang dilakukan oleh tukang tawar dalam upacara adat tersebut.
berancak adalah upacara untuk membersihkan kampung dari segala macam perbuatan jahat. berancak biasanya dilaksanakan selama 7 hari. adapun pantang yang harus dijalankan oleh orang dayak mali pada saat itu adalah: dilarang makan udang, terasi, ikan seluang (sejenis ikan air tawar dikalimantan), pakis dan rebung ( pucuk mambu), dilarang bernyanyi, bunyikan musik atau kendaraan, dilarang berpergian malam hari,dilarang menumbuk padi pada petang hari. setiap orang yang melangar peraturan tersebut harus membayar denda dan pantang saat itu dianggap batal dan harus diulangi lagi. semua biayanya dibayar oleh orang yang melangar pantang tersebut.
Para Burun'gh (Para buah dan Lepas Panen)
Tuak merupakan minuman khas Dayak. Setiap ada acara adat pasti pula ada arak atau tuak. Budaya membuat tuak merupakan budaya yang turun temurun. Orang Dayak sangat pandai membuat tuak dari ketan. Hasil dari fermentasi tersebut akan berubah menjadi minuman yang berasal dari tetesan minuman yang cukup membuat mabuk tersebut. Dalam tradisi Dayak yang disebut besompok (bertarung untuk minum arak) merupakan tradisi yang masih terpelihara sampai saat ini. Bukan sebagai kebangaan tetapi untuk mempererat persaudaraan dan keakraban karena tradisi dari zaman nenek moyang. Rasa minuman ini agak terasa manis tapi bilater lalu banyak minum tuak ini maka sangat sulit untuk cepat pulih.
Hukum Dan Hukum Adat
Hukum pemerintah dan hukum adat Dayak.
Wisata Alam
- Bukit Tiong Kandang
Bukit Tiong Kandang merupakan salah satu objek wisata alam yang terdapat di Kecamatan Balai. Objek wisata alam ini terletak di Dusun Mangkit dan Dusun Mak Ijing dengan jarak kira-kira 83 kilometer dari kota Sanggau. Menurut legenda, bukit Tiong Kandang berasal dari seekor burung tiong yang berada dalam kandang (sangkar) dan tersangkut di atas tunggul kayu. Burung tiong ini mengumpulkan sampah-sampah dari berbagai jenis sampah yang berada disekitarnya. Lama kelamaan, tumpukan sampah tersebut menjadi tinggi dan membesar hingga membentuk sebuah bukit. Akhirnya, bukit tersebut di beri nama bukit Tiong Kandang.
Referensi
- ^ http://wiki-indonesia.club/wiki/Ngayau, 12-12-2010.