Kriteria permaluan

Revisi sejak 4 Januari 2014 03.53 oleh Hanamanteo (bicara | kontrib) (Hanamanteo memindahkan halaman Kriteria Malu ke Kriteria malu)

Kriteria malu adalah analisis kritis mengenai cerita bersejarah dimana cerita yang memalukan mengenai penulis dianggap benar dikarenakan penulis tidak mungkin mengarang cerita memalukan mengenai dirinya sendiri. Beberapa sarjana Injil telah menggunakan kriteria ini dalam menilai apakah cerita Perjanjian Baru mengenai tindakan dan perkataan Yesus adalah mungkin menurut sejarah.[1]

Sejarah

Kriteria malu adalah metode tahan lama dalam riset Perjanjian Baru. Ungkapan ini digunakan oleh John P. Meier dalam bukunya A Marjinal Jew, ia menghubungkannya dengan Edward Schillebeeckx, yang kelihatannya tidak benar-benar menggunakan ungkapan tersebut. Penggunaan paling awal mengenai pendekatan ini dimungkinkan oleh Paul Wilhelm Schmiedel dalam Encyclopaedia Biblica (1899).[2]

Contoh

Inti dari kriteria malu adalah bahwa gereja perdana sangat tidak mungkin keluar dari jalur untuk "menciptakan" atau "memalsukan" materi bersejarah yang hanya akan memalukan penulis atau melemahkan posisinya dalam argumen dengan lawan. Agaknya, materi memalukan yang datang dari Yesus secara alamiah akan ditekan atau dilemahkan dalam langkah-langkah kemudian tentang tradisi Injil. Kriteria ini jarang digunakan hanya sendirian, dan tipikalnya adalah salah satu dari sejumlah kriteria, seperti kriteria diskontinuitas dan kriteria beberapa penegasan, bersama dengan metode sejarah.

Penyaliban Yesus adalah sebuah contoh dari peristiwa yang memenuhi kriteria memalukan. Metode hukuman mati ini dianggap sebagai metode yang paling memalukan dan menghinakan pada masa Romawi, dan penyokong kriteria ini mengklaim bahwa metode hukuman mati ini oleh karena itu sangat kecil kemungkinan diciptakan oleh pengikut Yesus.[3][4][5][6][7]

Keterbatasan

Kriteria malu memiliki keterbatasan dan harus selalu digunakan bersama dengan kriteria lainnya. Satu keterbatasan pada kriteria ini adalah bahwa kasus yang jelas mengenai hal-hal memalukan sangat jarang. Potret penuh Yesus tidak dapat didasarkan pada data yang begitu sedikit. Keterbatasan lainnya berakar dari fakta bahwa apa yang dianggap memalukan di mata orang hari ini bagi Gereja awal, tidak perlu merupakan hal yang memalukan di mata mereka sendiri. Perincian memalukan dapat mencakup sebagai alternatif pada cerita yang lebih memalukan mengenai peristiwa yang sama. Sebagai contoh hipotetis, penyangkalan Simon Petrus atas Yesus mungkin adalah substitusi bagi kelakuan yang lebih buruk dari Petrus.[8]

Contoh yang bagus dari poin kedua ditemukan dalam cerita Injil masa kecil Yesus. Dalam satu cerita dalam Injil Masa Kecil Yesus Menurut Tomas, Yesus kecil disebutkan menggunakan kekuatan supernaturalnya untuk mematikan, lalu menghidupkan, seorang kawan bermain yang tidak sengaja menabraknya.[9] Jika tradisi ini diterima sebagai cerita yang layak untuk dicantumkan pada beberapa titik waktu dalam pembentukan Alkitab (dan karenanya diintegrasi di antara Injil Kanonikal), banyak Kristen modern akan menemukannya cukup memalukan--khususnya pengikut keras yang percaya pada ineransi Alkitab. Namun sangat disarankan karena keberadaan perikop ini, ia pasti tidak memalukan bagi orang-orang Kristen awal.[10][11][12][13]

Keterbatasan lebih lanjut lagi adalah kemungkinan bahwa apa yang dapat digolongkan memalukan dapat juga menjadi cerita yang sengaja diciptakan untuk memancing reaksi. Contohnya, penyangkalan Simon Petrus atas Yesus dapat ditulis sebagai contoh dari konsekuensi atas penyangkalan. Matius 10:32-33: "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."

Referensi

  1. ^ Catherine M. Murphy, The Historical Jesus For Dummies, For Dummies Pub., 2007. p 14
  2. ^ Stanley E. Porter, Criteria for Authenticity in Historical-Jesus Research (Continuum, 2004) pages 106-7.
  3. ^ Guy Davenport and Benjamin Urrutia, The Logia of Yeshua, Washington, DC 1996.
  4. ^ Catherine M. Murphy, The Historical Jesus For Dummies, For Dummies Pub., 2007. p 14
  5. ^ John P. Meier, A Marginal Jew, Yale University Press, 2009
  6. ^ N.S.Gill, Discussion of the Historical Jesus
  7. ^ Blue Butler Education, Historical Study of Jesus of Nazareth - An Introduction
  8. ^ John P. Meier, A Marginal Jew, Yale University Press, 2009. p 170
  9. ^ Cameron, Ron (1982), The Other Gospels: Non-Canonical Gospel Texts, Home Base, New York: Westminster John Knox Press, pp. 124–130
  10. ^ Bart D. Ehrman, Jesus: Apocalyptic Prophet of the New Millennium, Oxford, 1999. pp 90–91.
  11. ^ John P. Meier, A Marginal Jew: Rethinking the Historical Jesus, Doubleday, 1991. v. 1, pp 174–175, 317
  12. ^ Stanley E. Porter, The Criteria for Authenticity in Historical-Jesus Research: Previous Discussion and New Proposals Sheffield Academic Press, 2000.
  13. ^ Gerd Thiessen|Thiessen, & Dagmar Winter. The Quest for the Plausible Jesus: The Question of Criteria, Westminster John Knox Press, 2002.

Pembacaan Lebih Lanjut

Pranala Luar