Kodok Sawah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Bolkay, 1915
Spesies:
F. cancrivora
Nama binomial
Fejervarya cancrivora
(Gravenhorst, 1829).

Bahan bacaan

  • Berry, P.Y. 1975. The Amphibian Fauna of Peninsular Malaysia. Tropical Press, Kuala Lumpur.
  • Inger, R.F. 1966. The Systematics and Zoogeography of The Amphibia of Borneo. FMNH, Chicago.
  • Inger, R.F. and R.B. Stuebing, 1997. A Field guide to The Frogs of Borneo. Natural History Publications (Borneo) Sdn.Bhd., Kota Kinabalu, Sabah.
  • Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor.
  • Iskandar, D.T. and E. Colijn. 2000. Preliminary Checklist of Southeast Asian and New Guinean Herpetfauna. I. Amphibians. Treubia Vol 31 Part 3 (Suppl.):1-133, Dec. 2000.

Pranala luar

Amphibian S(Inggris)pecies of the World 3.0, an Online Reference.Kodok sawah ialah sejenis katak yang banyak hidup di sawah-sawah, rawa, parit dan selokan, sampai ke rawa-rawa bakau. Nama ilmiahnya Fejervarya cancrivora, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai marsh frog, rice-field frog atau crab-eating frog; nama yang terakhir diberikan karena kegemaran kodok ini memangsa ketam sawah (Lat. cancer ketam, vorare makan, memangsa).

Orang Jawa menyebutnya sebagai kodok ijo, karena banyak juga di antaranya yang berwarna kehijauan. Nama daerah yang lain di antaranya adalah kodok cina (Btw.) dan bangkong dingdang (Sd.).

Kodok yang bertubuh kecil sampai agak besar, gempal, dengan kaki yang kuat dan paha yang berotot besar. Hewan jantan dewasa sekitar 60 mm dan betina dewasa sekitar 70-80 mm; namun yang terbesar bisa sampai dengan 120 mm SVL (snout to vent length, dari moncong ke anus). Spesimen yang kecil agak sukar dibedakan dari kodok tegalan (F. limnocharis).

Punggung berwarna lumpur kecoklatan, dengan bercak-bercak gelap tidak simetris. Terkadang terdapat warna hijau lumut terang pada spesimen-spesimen yang besar. Sisi tubuh dan lipatan paha dengan bercak-bercak hitam. Tangan dan kaki kerap bercoreng-coreng. Bibir berbelang hitam.

Terdapat lipatan-lipatan kulit tipis memanjang di atas punggung, serupa jalur bintil atau pematang. Kaki dengan selaput renang yang penuh sampai ke ujung jari, kecuali pada jari kaki keempat. Bintil metatarsal tunggal, terdapat di sisi dalam (pangkal jari pertama) kaki, memanjang bentuknya.

 

Kodok yang sering dijumpai di daerah berawa, khususnya dekat lingkungan buatan manusia: kebun yang becek, sawah, saluran air; namun agak jarang di aliran sungai. Juga merupakan satu-satunya jenis amfibia modern yang mampu hidup di daerah yang berair payau dan hutan bakau.

Kebanyakan aktif di waktu gelap dan pagi hari, di siang hari kodok ini berlindung di balik rerumputan atau celah di pematang atau tebing saluran air; dan tiba-tiba melompat ke air apabila hendak terpijak. Pada malam hari, terutama sehabis hujan turun, kodok jantan berbunyi-bunyi memanggil betinanya dari tepi air: …dododododok.. dododok, dengan ritme cepat. Namun alih-alih berbunyi bersama, kodok-kodok jantan ini saling menyendiri. Serupa halnya dengan kodok batu (Limnonectes macrodon), kodok ini sering dicari orang untuk diambil pahanya yang gemuk, untuk dijadikan masakan swike (swie kee, ayam air) yang lezat di restoran tionghoa.

Kodok sawah menyebar luas mulai dari Indochina, Hainan, Semenanjung Malaya sampai ke Filipina, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Kodok ini juga terintroduksi ke Papua.