Danyang

Revisi sejak 14 April 2014 09.21 oleh BP90Vincentius (bicara | kontrib) (menambah subjudul sejarah danyang)

Danyang (Jawa) adalah roh halus tertinggi yang tinggal di gunung, sumber mata air, desa, mata angin, atau bukit.[1] [2] Danyang dipercaya (oleh masyarakat Jawa khususnya) menetap pada suatu tempat yang disebut punden. [2] Para danyang diyakini menerima permohonan orang yang meminta pertolongan.[2] Imbalan yang mesti diberikan kepada danyang adalah slametan.[2] Danyang merupakan [roh halus]] yang tidak mengganggu ataupun menyakiti, melainkan melindungi.[2] Danyang sebenarnya roh para tokoh pendahulu atau leluhur sebuah desa yang sudah meninggal.[2] Para leluhur ini adalah pendiri sebuah desa atau orang pertama yang membuka lahan suatu desa.[2]

Sejarah Danyang

Danyang desa, ketika masih hidup sebagai manusia, datang ke sebuah daerah yang masih berupa hutan belantara, lalu membersihkan daerah itu untuk kemudian mendirikan sebuah desa. [3] Danyang tersebut kemudian yang berperan menjadi lurah atau pemimpin desa tersebut.[3] Dia berhak untuk membagikan tanah kepada pengikut atau keluarganya.[3] Ketika meninggal danyang biasanya dimakamkan di dekat pusat desa yang kemudian menjadi punden.[3] Danyang akan selalu memperhatikan kesejahteraan desanya dan melindunginya walaupun ia sudah mati.[3] Akan tetapi, tidak semua desa mempunyai makam khusus untuk para danyangnya.[3]

Danyang dan Pulung

Roh para danyang masih diyakini secara magis mengawasi dan menentukan siapa yang akan menjadi kepala desa.[3]. Roh danyang akan menjelma menjadi pulung.[3] Beberapa orang bisa melihat pulung itu turun kepada calon yang terpilih pada malam sebelum pemilihan.[3] Pulung berbentuk seperti bulan yang bersinar dan bergerak menuju rumah calon kepala desa yang dikehendaki danyang.[3] Hanya ada satu pulung untuk setiap desa, maka ketika seorang kepala desa meninggal atau mundur, pulung akan meninggalkannya dan mencari lurah baru.[3] Para calon kepada desa biasanya melakukan banyak cara untuk menarik pulung itu, salah satunya dengan slametan.[3]

Kumara

Kumara adalah daerah yang berada di bawah kekuasaan danyang desa.[3] Kumara atau kemara artinya suara yang muncul dari kekosongan.[3] Misalnya ketika seorang dukun ternama di sebuah desa meninggal, maka akan terdengar suara yang muncul tiba-tiba tanpa diketahui asalnya.[3] Maka kumara adalah seluruh ruang angkasa desa, tidak hanya yang berada di atas permukaan tanah.[3]

Anak Danyang

Anak danyang merupakan roh halus yang membantu danyang untuk yang mengawasi dan melindungi desa.[3] Anak-anak danyang tinggal masing-masing di keempat sudut atau pojok desa.[3]


Rujukan

  1. ^ Suwardi Endraswara (2005). Buku Pinter Budaya Jawa. Gelombang Pasang. hlm. 80. ISBN 979-98385-8-4. 
  2. ^ a b c d e f g Clifford Geertz (1983). Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya. hlm. 32. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Clifford Geertz (1983). Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya. hlm. 33.