Kubra siswa
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP89Siti (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 26 April 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 15 Mei 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP89Siti (Kontrib • Log) 3910 hari 1032 menit lalu. |
Kubra siswa adalah kesenian tradisional yang ada di Indonesia. [1] Kesenian tradisional ini masih mirip dengan kuda lumping, ndolalak, dan sorengan.[1] Kubra siswa sering di temuai di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan sekitarnya.[1]
Sejarah
Kubra siswa mulai muncul pada tahun 1960-an. [1] Kesenian daerah ini muncul akibat ada unsur politis dan untuk kepentingan dahwah agama Islam.[1] Tahun 1960-an, paham komunis mulai mendominasi masyarakat.[1] Paham komunis tersebut juga turut mempengaruhi perkembangan kesenian atau pertunjukan yang ada di masyarakat.[1] Kesenian berhaluan komunis mulai mendominasi seiring dengan paham komunis yang juga semakin menyebar di masyarakat.[1] Keadaan kesenian komunis yang mendominasi di masyarakat inilah kemudian menimbulkan kekhawatiran pada ulama dan tokoh masyarakat yang tidak sealiran dengan komunis.[1]
Rasa khawatir tokoh masyarakat dan ulama tersebut mejadi latar belakang munculnya kesenian tradisional kubra siswa.[1] Kubra siswa awalnya muncul di daerah Mendut, Mungkid, Magelang. [1] Nama kubra memiliki makna kesenian ubahing badan lan raga yang dalam bahasa Indonesia berarti bergeraknya badan dan raga. [1] Kata siswa dalam dalam kubra siswa memiliki makna untuk dapat melakukan harus melalui proses belajar terlebih dahulu atau menjadi siswa.[1]
Gambaran
Kubra siswa adalah kesenian tradisional yang memiliki nuansa Islam.[1] Kesenian yang ditampilkan berupa tarian dengan diiringi musik dan nyanyian bernuansa Islam.[1] Musik pengiring juga dihasilkan dari alat musik tradisional seperti suling, jedhor, bedug, kendang, drum, cymbal, key board, dan bende.[1] Kubra siswa diaminkan oleh sekelompok orang, biasanya dalam bentuk suatu grup kesenian tradisional.[1] Gerakan tarian kubra siswa bervariasi menurut kreatifitas masing-masing kelompok kesenian.[1] Nyanyian yang ditampilkan dalam pentas kubra siswa awalnya menggunakan syair bahasa Arab, tetapi saat ini sudah dikembangkan menjadi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.[1] Syair pada nyanyian kubra siswa mengandung makna nasehat mengajak untuk melakukan kebaikan dan mentaati agaman.[2]
Beberapa kelompok kubra siswa juga sering melakukan variasi pertunjukan kubra siswa. [1] Salah satu variasi yang sering ditampilkan adalah berupa akrobat. [1] Akrobat yang ditampilkan pada pentas kubra siswa seperti bermain bola api, atraksi makan silet, memecahkan batu bata, berguling di atas duri dan menjilat beri membara.[1]
Waktu pementasan
Kubra siswa dipentaskan saat ada acara penting di masyarakat seperti saat memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang dikenal dengan mana tujuh belasan.[2] Pertunjukan ini juga sering dipentaskan pada pesta pernikahan, khitanan, dan peresmian sebagai hiburan.[2]
Rujukan
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Kusumaningrat, Sartono (April 2002). "MENGENAL KESENIAN KUBRA SISWA "SANTRI SISWA"". Majalah Tembi. Diakses tanggal 27 April 2014. line feed character di
|title=
pada posisi 30 (bantuan) - ^ a b c "Gelaran Pesta Budaya". Temanggung.com. 19 November 2013. Diakses tanggal 27 April 2014.