Tari Gambyong
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP65Cicilia (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 25 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 26 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP65Cicilia (Kontrib • Log) 3858 hari 1117 menit lalu. |
Tari Gambyong merupakan tari kreasi baru dari perkembangan Tari Tayub.[1] Biasanya tari gambyong dilakukan bersama-sama oleh beberapa penari.[1] Unsur estetis dari tari yang dilakukan bersama-sama terletak pada garis dan gerak yang serba besar.[2] Gerak tangan, kaki dan kepala tampak lebih indah dan ekspresif karena ditarikan bersamaan. Tarian ini semakin elok apabila penari dapat menyelaraskan gerakan dengan irama kendhang.[3] Sebab, kendhang sering pula disebut otot tarian dan pemandu gendhing.[3] Secara umum, Tari Gambyong terdiri atas tiga bagian, yaitu: awal, isi, dan akhir atau dalam istilah tari Jawa gaya Surakarta disebut dengan istilah maju beksan, beksan, dan mundur beksan.[4]
Sejarah
Pada mulanya tarian ini hanyalah tarian jalanan yang juga dipentaskan oleh penari jalanan yang biasa disebut dengan sebutan Tledek (Bahasa Jawa).[5] Nama Tledek yang menarikan tarian ini adalah Gambyong, ia cukup terkenal hampir di seluruh wilayah Surakarta pada Zaman Sinuhun Paku Buwono IV ( 1788 s/d 1820).[5] Si Gambyong memiliki suara yang indah serta gerakan yang gemulai, sehingga ia mudah dikenal orang.[5] Semenjak itulah tarian yang dimainkannya dijuluki Tarian Gambyong.[5]
Gerak Tari
Yang menjadi pusat dari keseluruhan tarian ini terletak pada gerak kaki, lengan, tubuh, dan juga kepala.[5] Gerakan kepala dan juga tangan yang terkonsep adalah ciri khas utama tari Gambyong.[5] Selain itu pandangan mata selalu mengiringi atau mengikuti setiap gerak tangan dengan cara memandang arah jari-jari tangan juga merupakan hal yang sangat dominan.[5] Selain itu gerakan kaki yang begitu harmonis seirama membuat tarian gambyong indah dilihat.[5]
Penggunaan
- Pada awalnya, tari gambyong digunakan pada upacara ritual pertanian yang bertujuan untuk kesuburan padi dan perolehan panen yang melimpah.[1] Dewi Padi (Dewi Sri) digambarkan sebagai penari-penari yang sedang menari.[1]
- Sebelum pihak keraton Mangkunegara Surakarta menata ulang dan membakukan struktur gerakannya, tarian gambyong ini adalah milik rakyat sebagai bagian upacara.[1]
- Kini, tari gambyong dipergunakan untuk memeriahkan acara resepsi perkawinan dan menyambut tamu-tamu kehormatan atau kenegaraan.[1]
Ciri khusus
Rujukan
- ^ a b c d e f g Hari Sulastianto (2006). Seni Budaya. Bandung: Grafindo. ISBN 979-758-368-6.
- ^ Sigit Astono, Margono, Sumardi (2007). Seni Tari dan Seni Musik. Jakarta: Yudhistira. ISBN 979-746-155-6.
- ^ a b c d Yoyok R.M (2008). Pendidikan Seni Budaya. Jakarta: Yudhistira. ISBN 978-979-746-940-5.
- ^ TimIndonesiaExploride/IndonesiaKaya. "Tari Gambyong". Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ a b c d e f g h Rahimawati. "Tari Gambyong Tradisi Jawa Tengah yang Aduhai". Diakses tanggal 4 Mei 2014.