Museum Siwalima
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP47Dhorifah (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 15 Mei 2014 ), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 25 April 2015. Halaman ini terakhir disunting oleh BP47Dhorifah (Kontrib • Log) 3891 hari 1262 menit lalu. |
Museum Siwalima terletak di kawasan Taman Makmur, desa Amahusu, kecamatan Nusaniwe, kota Ambon, propinsi Maluku.[1][2] Museum ini didirikan tanggal 8 November 1973 dan diresmikan tanggal 26 Maret 1977.[1] Lokasi bangunan ini berada di atas bukit yang menghadap ke Teluk Ambon yang membuatnya semakin eksotis.[1] Jaraknya sekitar 5 kilometer dari kota Ambon.[1]
Kata Siwalima berasal dari dua kata, yakni siwa dan lima.[1] Siwa berarti sembilan yang diambil dari kata Ulisiwa yang bermakna kumpulan 9 kerajaan di wilayah selatan Maluku, sedang kata lima yang berarti lima diambil dari kata Patalima yang bermakna kumpulan 5 kerajaan di wilayah utara Maluku.[1] Pertama kali yang akan dijumpai oleh para pengujung adalah kata Usu Mae Upu di depan pintu masuk yang mempunyai arti “Mari silakan masuk”.[1]
Awalnya, museum Siwalima hanya menyimpan koleksi-koleksi budaya serta hal-hal yang berbau adat istiadat Maluku, namun seiring berjalannya waktu, tempai ini dibagi menjadi dua.[1] Bangunan pertama disebut dengan Museum Kelautan Siwalima, yakni sebuah bangunan yang menyimpan sejarah kelautan masyarakat Ambon, mulai dari benda-benda dan bintang-bintang laut , seperti kerangka ikan paus dengan panjang yang beragam, contohnya yang paling besar berukuran 23 meter.[1][3]
Kemudian bangunan kedua disebut Museum Budaya Siwalima.[1] Di sini tersimpan segala hal yang berkaitan dengan budaya Maluku , misalnya: bangunan asli Maluku, pakaian adat, alat-alat pertanian, senjata khas, perlengkapan upacara adat, uang lama, dan berbagai guci pada masa penjajahan Jepang.[1] Semua jumlah koleksi di museum ini mencapai 5.684.[4]
Jadi ribuan koleksi museum ini tersebut terbagi atas 10 jenis, yakni geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika heraldika, filologika, keramik, teknologi, dan seni rupa.[5] Sebenarnya banyak dari koleksi museum Siwalima yang harus disusun bertumpuk di ruang pameran karena kurangnya ruangan untuk menaruhnya.[5] Setiap lima tahun baru ditukar dengan yang sudah dipajang sebelumnya.[6]
kebanyakan koleksi sejarah dan budaya Maluku yang berada di museum ini berasal dari kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku Barat Daya, dan Maluku Tengah.[5] Beberapa koleksi keramik kuno China yang berasal dari zaman Dinasti Ming juga diperoleh dari kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya.[5]
Museum Siwalima menyediakan jasa pemandu bagi siapa saja yang ingin dijelaskan seluruh isi museum secara rinci. [1] Selain itu, para pengunjung juga dapat membuat permintaan khusus untuk menikmati sajian musik lokal, pementasan tari, dan demo pembuatan kain tenun. [1]
Tiket masuknya sendiri terbilang murah, yakni Rp 2.500 untuk orang dewasa, sedang anak kecil dikenai biaya tiket Rp 1.500, dan untuk rombongan dihitung Rp 1.000 per orang.[4]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m "Museum Siwalima". Web Kabupaten Ambon. Diakses tanggal 13 Mei 2014.
- ^ "Museum Siwa Lima". Lewat Mana. Diakses tanggal 13 Mei 2014.
- ^ (Inggris)"Museum Siwalima I". Indonesia tourism. Diakses tanggal 13 Mei 2014.
- ^ a b "Museum siwa Lima". Tiket Web. Diakses tanggal 13 Mei 2014.
- ^ a b c d "Museum Siwalima Punya Koleksi Baru". Republika. Diakses tanggal 14 Mei 2014.
- ^ "Terlempar ke Satu Masa di Museum Siwalima". Kompasiana. Diakses tanggal 14 Mei 2014.