Suku Caniago

klan suku Minangkabau

Suku Caniago adalah suku asal yang dibawa oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang yang merupakan salah satu suku induk di Minangkabau selain suku Koto, suku Piliang dan suku Bodi. Suku Chaniago memiliki falsafah hidup demokratis, yaitu dengan menjunjung tinggi falsafah "bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakat. Nan bulek samo digolongkan, nan picak samo dilayangkan" artinya: "Bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat". Dengan demikian pada masyarakat suku Chaniago semua keputusan yang akan diambil untuk suatu kepentingan harus melalui suatu proses musyawarah untuk mufakat.

Falsafah tersebut tercermin pula pada bentuk arsitektur rumah adat bodi Chaniago yang ditandai dengan tidak terdapatnya anjuang pada kedua sisi bangunan Rumah Gadang. Hal tersebut menandakan bahwa tingkat kasta seseorang tidak membuat perbedaan perlakuan antara yang tinggi dengan yang rendah. Hal yang membedakan tinggi rendahnya seseorang pada masyarakat suku Chaniago hanyalah dinilai dari besar tanggung jawab yang dipikul oleh orang tersebut. [butuh rujukan]

Salah satu falsafah lain untuk mencari kata kesepakatan dalam mengambil keputusan pada suku Caniago adalah "aia mambasuik dari bumi" artinya suara yang harus didengarkan adalah suara yang datang dari bawah atau suara itu adalah suara rakyat kecil, baru kemudian dirembukkan dalam sidang musyawarah untuk mendapatkan sebuah kata mufakat barulah pimpinan tertinggi baik raja maupun penghulu yang menetapkan keputusan tersebut.[butuh rujukan]

Sejarah

Gelar Datuk Suku Caniago

Di antara gelar datuk suku ini adalah :

  • Datuk Rajo Pangulu
  • Datuk Manjinjiang Alam
  • Datuk Bandaro Sati
  • Datuk Rajo Alam
  • Datuk Kayo
  • Datuk Paduko Jalelo
  • Datuk Rajo Perak
  • Datuk Paduko Amat
  • Datuk Saripado Marajo
  • Datuk Pangulu Basa
  • Datuk Tan Basa
  • Datuk Rangkayo Kaciak
  • Datuk Patih

Lihat pula

Pranala luar