Bambu betung
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP89Siti (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 27 Juni 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 16 Mei 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP89Siti (Kontrib • Log) 3878 hari 635 menit lalu. |
Bambu betung | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Divisi: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | D. asper[1]
|
Bambu betung atau Dendrocalamus asper adalah salah satu jenis bambu yang memiliki ukuran lingkar batang yang cukup besar dan termasuk ke dalam suku rumput-rumputan.[1][2] Bambu betung memiliki nama lokal yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia seperti sebutan awi bitung (Sunda), pring petung (Jawa), awo petung (Bugis), dan bambu swanggi (Papua).[1] Bambu betung masih berkerabat dekat dengan bambu sembilang, bambu batu, dan bambu taiwan.[1]
Tumbuhan bambu betung yang masih muda ditutupi oleh lapisan berwarna coklat dan bertekstur seperti kain beludru.[2] Tinggi bambu betung dapat mencapai 10 kaki sedangkan lingkar batangnya dapat mencapai 8 inchi.[2] Bambu betung memiliki batang berkayu dan bernding tepal yaitu antara 11 sampai 20 mm.[3] Bagian batang bambu betung bagian bawah terdapat node dan terdapat akar udara.[3] Batang bambu betung terdiri dari ruas-ruas, panjang setiap ruas bambu antara 20 hingga 45cm serta berwarna hijau pucat dan tertutup rambut coklat pendek.[3] Daun tumbuhan ini berbentuk tombak dengan panjang sekitar 15 cm hingga 30 cm dan lebarnya antara 10 mm hingga 25 mm.[3]
Bambu betung dapat tumbuh lebih baik dengan sinar matahari penuh, dan suhu minimum supaya dapat tumbuh dengan baik adalah 25°F.[2] Habitat tanaman ini adalah pada ketinggian rendah sampai 1.500 m.[3] Bambu betung tumbuh subur terbaik pada ketinggian 400-500 m dpl di daerah dengan curah hujan tahunan rata-rata sekitar 2.400 mm.[3] Tanaman ini tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah, bahkan di tanah berpasir dan agak asam, tapi lebih tumbuh dengan baik di daerah dengan tanah kering dan berat.[3]
Bambu betung memiliki banyak manfaat seperti digunakan sebagai bahan bangunan dan kayu struktural untuk konstruksi berat seperti rumah dan jembatan.[3] Ruas batang bambu betung digunakan sebagai wadah untuk air dan cairan lainnya, dan sebagai alat memasak.[3] Bambu ini juga digunakan untuk membuat papan laminasi, furnitur, alat musik, sumpit, peralatan rumah tangga dan kerajinan.[3] Batang bambu betung yang masih mudah dapat dimakan dan memiliki rasa yang enak.[2]