Kota Batu

kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia
Revisi sejak 7 Oktober 2014 06.00 oleh Relly Komaruzaman (bicara | kontrib) (mengganti templat untuk kotak info yang lebih baik)

Kota Batu adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 15 km sebelah barat Kota Malang, berada di jalur Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Kota Batu berbatasan langsung dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di sebelah utara serta dengan Kabupaten Malang di sebelah timur, selatan, dan barat. Wilayah kota ini berada di ketinggian 680-1.200 meter dari permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 15-19 derajat Celsius.

Kota Batu
Daerah tingkat II
Kawasan Alun-Alun Kota Batu
Kawasan Alun-Alun Kota Batu
Lambang Kota Batu
Motto: 
Hakaryo Guno Mamayu Bawono
(Berkarya Guna Memajukan Dunia)
Koordinat: 7°52′02″S 112°31′26″E / 7.8672°S 112.5239°E / -7.8672; 112.5239
Negara Indonesia
Provinsi[[]]
Tanggal berdiri21 Juni 2001
Dasar hukumUU No. 11/2001
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 3
  • Kelurahan: 24
Pemerintahan
 • Wali KotaEddy Rumpoko
 • Wakil Wali KotaPunjul Santoso
Luas
 • Total136,74 km2 (5,280 sq mi)
Peringkat36
Populasi
 (2013)
 • Total182.392[1]
 • Peringkat55
 • Peringkat kepadatan63
Demografi
 • BahasaJawa, Indonesia
Zona waktu[[UTC]]
Kode BPS
3579 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0341
Kode Kemendagri35.79 Edit nilai pada Wikidata
DAURp374.362.261.000.-
Situs webwww.batukota.go.id
Berkas:Logo Wisata Kota Batu.JPG
Logo wisata "KOTA BATU"

Sejarah

Sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah dikenal sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan, karena wilayah adalah daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman, juga didukung oleh keindahan pemandangan alam sebagai ciri khas daerah pegunungan.

Pada waktu pemerintahan Raja Sindok, seorang petinggi Kerajaan bernama Mpu Supo diperintah Raja Sendok untuk membangun tempat peristirahatan keluarga kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Dengan upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti.

Atas persetujuan Raja, Mpu Supo yang konon kabarnya juga sakti mandraguna itu mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan serta dibangunnya sebuah candi yang diberi nama Candi Supo.

Ditempat peristirahatan tersebut terdapat sumber mata air yang mengalir dingin dan sejuk seperti semua mata air di wilayah pegunungan. Mata air dingin tersebut sering digunakan mencuci keris-keris yang bertuah sebagai benda pusaka dari kerajaan Sendok. Oleh karena sumber mata air yang sering digunakan untuk mencuci benda-benda kerajaan yang bertuah dan mempunyai kekuatan supranatural yang maha dasyat, akhirnya sumber mata air yang semula terasa dingin dan sejuk akhirnya berubah menjadi sumber air panas. Dan sumberair panas itupun sampai saat ini menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Songgoriti.

Wilayah Kota Batu yang terletak di dataran tinggi di kaki Gunung Panderman dengan ketinggian 700 sampai 1100 meter di atas permukaan laut, berdasarkan kisah-kisah orang tua maupun dokumen yang ada maupun yang dilacak keberadaannya, sampai saat ini belum diketahui kepastiannya tentang kapan nama "Batu" mulai disebut untuk menamai kawasan peristirahatan tersebut.

Dari beberapa pemuka masyarakat setempat memang pernah mengisahkan bahwa sebutan Batu berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama Abu Ghonaim atau disebut sebagai Kyai Gubug Angin yang selanjutnya masyarakat setempat akrab menyebutnya dengan panggilan Mbah Wastu. Dari kebiasaan kultur Jawa yang sering memperpendek dan mempersingkat mengenai sebutan nama seseorang yang dirasa terlalu panjang, juga agar lebih singkat penyebutannya serta lebih cepat bila memanggil seseorang, akhirnya lambat laun sebutan Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu menjadi Mbatu atau batu sebagai sebutan yang digunakan untuk Kota Dingin di Jawa Timur.

Sedikit menengok ke belakang tentang sejarah keberadaan Abu Ghonaim sebagai cikal bakal serta orang yang dikenal sebagai pemuka masyarakat yang memulai babat alas dan dipakai sebagai inspirasi dari sebutan wilayah Batu, sebenarnya Abu Ghonaim sendiri adalah berasal dari JawaTengah. Abu Ghonaim sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang setia, dengan sengaja meninggalkan daerah asalnya Jawa Tengah dan hijrah dikaki Gunung Panderman untuk menghindari pengejaran dan penangkapan dari serdadu Belanda (Kompeni)

Abu Ghonaim atau Mbah Wastu yang memulai kehidupan barunya bersama dengan masyarakat yang ada sebelumnya serta ikut berbagi rasa, pengetahuan dan ajaran yang diperolehnya semasa menjadi pengikut Pangeran Diponegoro. Akhirnya banyak penduduk dan sekitarnya dan masyarakat yang lain berdatangan dan menetap untuk berguru, menuntut ilmu serta belajar agama kepada Mbah Wastu.

Bermula mereka hidup dalam kelompok (komunitas) di daerah Bumiaji, Sisir dan Temas akhirnya lambat laun komunitasnya semakin besar dan banyak serta menjadi suatu masyarakat yang ramai.

Geografis

Kota Batu terletak pada ketinggian rata-rata 871 m di atas permukaan laut. Kota Batu dikelilingi beberapa gunung, di antaranya adalah:[2]

Sebagai layaknya Wilayah Pegunungan yang wilayahnya subur, Batu dan sekitarnya juga memiliki Panorama Alam yang indah dan berudara sejuk, tentunya hal ini akan menarik minat masyarakat lain untuk mengunjungi dan menikmati Batu sebagai kawasan pegunungan yang mempunyai daya tarik tersendiri. Untuk itulah di awal abad 19 Batu berkembang menjadi daerah tujuan wisata, khususnya orang-orang Belanda, sehingga orang-orang Belanda itupun membangun tempat-tempat Peristirahatan (Villa) bahkan bermukim di Batu.

Situs dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda atau semasa Pemerintahan Hindia Belanda itupun masih berbekas bahkan menjadi aset dan kunjungan Wisata hingga saat ini. Begitu kagumnya Bangsa Belanda atas keindahan dan keelokan Batu, sehingga bangsa Belanda mensejajarkan wilayah Batu dengan sebuah negara di Eropa yaitu Switzerland dan memberikan predikat sebagai De Klein Switzerland atau Swiss kecil di Pulau Jawa.

 
Peresmian pemandian Selecta (1900-1920).
 
Bioskop "Mimosa" di Batu (1941).

Peninggalan arsitektur dengan nuansa dan corak Eropa pada penjajahan Belanda dalam bentuk sebuah bangunan yang ada saat ini serta panorama alam yang indah di kawasan Batu sempat membuat Bapak Proklamator sebagai The Father Foundation of Indonesia yaitu Bung Karno dan Bung Hatta setelah Perang Kemerdekaan untuk mengunjungi dan beristirahat di kawasan Selecta Batu.

Pembagian administratif

Kota Batu terdiri atas 3 kecamatan yang dibagi lagi menjadi 19 desa dan 5 kelurahan. Kecamatan di Kota Batu adalah Batu, Bumiaji, dan Junrejo.

Pariwisata

 
Air terjun Coban Rondo

Kota Batu pernah dijuluki sebagai Swiss Kecil di Pulau Jawa serta kawasan wisata pegunungan yang sejuk. Di obyek wisata Songgoriti terdapat Candi Songgoroto dan patung Ganesha peninggalan Kerajaan Singosari serta tempat peristirahatan yang dibangun sejak zaman Belanda.

Wisata gua

  • Wisata gua terdapat di Cangar dan Tlekung

Air terjun

  • Coban Rais
  • Coban Talun

Pemandian

  • Songgoriti (pemandian air dingin dan panas)
  • Selecta (pemandian air dingin)
  • Cangar (pemandian air panas mengandung belerang)

Agrowisata

Perkemahan (hiking)

Wisata Lainnya

  • Batu Secret Zoo (Jatim Park 2)
  • Jatim Park 1
  • Batu Night Spectacular
  • Batu Wonderland
  • Eco Green Park
  • Museum Angkut+
  • Kusuma Waterpark (masih dalam proses)

Ada pula objek wisata terbaru di Kota Batu berupa wisata udara paralayang. Setiap hari Minggu, di alun-alun Batu diselenggarakan Pasar Wisata Minggu yang menjual makanan khas Batu serta berbagai macam kerajinan tangan. Jatim Park merupakan salah satu tempat wisata paling populer di Jawa Timur, dan yang terbaru dari obyek wisata di Kota Batu adalah Museum Satwa. Di kota ini banyak terdapat villa serta sejumlah hotel berbintang lima.

Batu juga dikenal sebagai kawasan agropolitan, sehingga mendapat julukan Kota Agropolitan. Seperti halnya kawasan Malang Raya dan sekitarnya, Batu banyak menghasilkan apel, sayur mayur, dan bawang putih. Batu juga dikenal sebagai kota seniman. Ada banyak sanggar lukis dan galeri seni di kota ini. Yang terbaru Batu Night Spectaculer, merupakan taman hiburan remaja dengan beberapa wahana mirip di Dunia Fantasi Ancol Jakarta. Tidak kalah menarik dari BNS / Batu Night Spectaculer, ada juga tempat Pariwisata pelajar dan Keluarga yaitu Museum Satwa. Museum yang Bertaraf Internasional dan bergaya Yunani ini adalah museum dimana replika Satwa di Dunia yang belum punah dan yang sudah punah ada di sini. Kita juga bisa melihat replika kerangka hewan purba. Di Museum Satwa ini juga pernah menjadi tempat pengambilan Video Clip lagu dari The Virgin dengan lagunya Belahan Jiwa. Berbagai sarana kegiatan luar ruang banyak tersedia, yang paling lengkap adalah BEJI outbound yang terletak di Desa Beji.

Kuliner khas Kota Batu

Masakan

Masakan khas Kota Batu, adalah:

Jajanan pasar

Jajanan pasar khas Kota Batu, adalah:

  • Ketan Manis (yaitu jajanan pasar, terdiri dari ketan, bubuk kelapa dan gula manis)
  • Tape Ketan Hitam (yaitu bisa ditemukan pada pemandian cangar yang dapat menghangatkan tubuh)
  • Tahu Kentaki Dhigadho (yaitu Gorengan tahu alami, dengan rasa yang khas rempah rempah pilihan)

Minuman

Minuman khas Kota Batu, adalah:

  • Es Krim Milco (yaitu Es Krim buatan rumahan merk MILCO khas Batu)
  • Angsle (sejenis kolak dengan ketan dan serabi juga petulo yang sangat nikmat dengan suasana dingin Kota Batu)

Oleh-oleh

Oleh-oleh khas Kota Batu, adalah:

  • Berbagai produk apel, termasuk: sari apel, jenang dan dodol apel, cuka apel
  • Berbagai keripik: keripik singkong, kentang, dan aneka buah lainnya
  • Berbagai sari buah: Sari buah apel, dan lainnya

Walikota

Stasiun radio

Di Kota Batu terdapat stasiun radio bernama Radio Mitra FM yang merupakan radio keluarga dengan jangkauan meliputi Kota Batu, Kota Malang, Kabupaten Malang (Malang Raya), juga masyarakat Jawa Timur, dan se-Indonesia pada umumnya. Radio ini mengudara di frekuensi FM 97.0 MHz sejak tahun 2007 dan dapat diakses melalui radio online atau live streaming di www.mitrafm.com.

Referensi

  1. ^ "Buku Induk Kode Data Wilayah 2013 (Permendagri No.18-2013)". 6 Februari 2013. Diakses tanggal 17 Mei 2014. 
  2. ^ Setiawan, Reza N., dkk. 2008. Kota Batu: Dahulu dan Kini. Hal. 1.

Pranala luar