Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat

kelurahan di Kota Jakarta Barat, Jakarta
Revisi sejak 15 Juni 2014 14.01 oleh Hanamanteo (bicara | kontrib) (Membatalkan 1 suntingan oleh Suryalogam (pembicaraan). (TW))

Glodok adalah salah satu bagian dari kota lama Jakarta. Sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, daerah ini juga dikenal sebagai Pecinan terbesar di Batavia. Mayoritas warga Glodok merupakan keturunan Tionghoa.

Glodok
Negara Indonesia
ProvinsiJakarta
KotaJakarta Barat
KecamatanTaman Sari
Kodepos
11120
Kode Kemendagri31.73.03.1007 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3174060007 Edit nilai pada Wikidata
Peta
PetaKoordinat: 6°8′43.08″S 106°48′46.80″E / 6.1453000°S 106.8130000°E / -6.1453000; 106.8130000
Glodok pada tahun 1948
Berkas:Glodok Tempo Doeloe.jpg
Glodok

Di masa kini Glodok dikenal sebagai salah satu sentra penjualan elektronik di Jakarta, Indonesia.

Secara administratif, daerah ini merupakan Kelurahan yang termasuk dalam wilayah kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.

Sejarah

Kata Glodok berasal dari Bahasa Sunda "Golodog". Golodog berarti pintu masuk rumah, karena Sunda Kalapa(Jakarta) merupakan pintu masuk ke kerajaan Sunda. Karena sebelum dikuasai Belanda yang membawa para pekerja dari berbagai daerah dan menjadi Betawi atau Batavia, Sunda Kelapa dihuni oleh orang Sunda. Perubahan 'G' jadi 'K' di belakang sering ditemukan pada kata-kata Sunda yg dieja oleh orang non-Sunda, terutama suku Jawa dan Melayu yang kemudian banyak menghuni Jakarta. Sampai saat ini di Jakarta masih banyak ditemui nama daerah yang berasal dari Bahasa Sunda meski dengan ejaan yang telah sedikit berubah.

Nama Glodok juga berasal dari suara air pancuran dari sebuah gedung kecil persegi delapan di tengah-tengah halaman gedung Balai Kota (Stadhuis) – pusat pemerintahan Kumpeni Belanda di kota Batavia. Gedung persegi delapan ini, dibangun sekitar tahun 1743 dan sempat dirubuhkan sebelum dibangun kembali tahun 1972, banyak membantu serdadu Kumpeni Belanda karena di situlah mengalir air bersih yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Tak cuma bagi serdadu Kumpeni Belanda tapi juga dimanfaatkan minum bagi kuda-kuda serdadu usai mengadakan perjalanan jauh. Bunyi air pancurannya grojok..grojok..grojok. Sehingga kemudian bunyi yang bersumber dari gedung kecil persegi delapan itu dieja penduduk pribumi sebagai Glodok.[1]

Dari nama ”pancuran” akhirnya menjadi nama sebuah daerah yang kini dikenal sebagai Pancoran atau orang di kawasan Jakarta Kota menyebutnya dengan istilah ”Glodok Pancoran”. Hingga kini kedua nama yakni Glodok dan Glodok Pancoran masih akrab di telinga orang Jakarta, bahkan hingga ke luar Jakarta.

Transportasi

  • KA Commuter Jabodetabek di Stasiun Jakarta Kota
  • Transjakarta Koridor 1
  • APTB 04 ke Ciputat (via Koridor 1 - Blok M - Radio Dalam - Pondok Indah - Lebak Bulus)
  • PPD P02 ke Cililitan (via Harmoni - Pasar Baru - Senen - Salemba - Matraman - Kampung Melayu - UKI)
  • Mayasari Bakti AC27 patas ke Bekasi (via Mangga Dua - Gunung Sahari - PRJ - Cempaka Putih - Tol Jatibening - Tol Barat)
  • Mayasari Bakti AC27 patas ke Bekasi (via Mangga Dua - Gunung Sahari - PRJ - Cempaka Putih - Tol Jatibening - Tol Timur)
  • Mayasari Bakti AC33 patas ke Poris Plawad (via Glodok - Hayam Wuruk - Roxi - Grogol - Tol Kebon Jeruk - Tol Karawaci - Cikokol)
  • Kopami P02 Senen-Muara Karang
  • KWK B02 ke Warung Gantung
  • KWK B06 ke Kamal
  • KWK U10 Pademangan-Muara Angke
  • Mikrolet M08 ke Tanah Abang (via Glodok - Hayam Wuruk - Cideng)
  • Mikrolet M12 ke Senen (via Glodok - Hayam Wuruk - Sawah Besar - Pasar Baru - Gunung Sahari)
  • Mikrolet M15 ke Tanjung Priok (via Kampung Bandan)
  • Mikrolet M15A ke Tanjung Priok (via Mangga Dua)
  • Mikrolet M25 ke Grogol (via Jembatan Besi - Jembatan Dua - Jembatan Tiga)
  • Mikrolet M39 ke Pademangan (via Mangga Dua)
  • Mikrolet M41 ke Grogol (via Jembatan Besi - Duri - Jembatan Dua - Jembatan Tiga)
  • Mikrolet M43 ke Grogol (via Roxi - Duri - Angke)
  • Mikrolet M53 ke Pulo Gadung (via Mangga Dua - PRJ - Cempaka Putih - Perintis Kemerdekaan)

Peristiwa penting

Rujukan