Pengangkut personel lapis baja
Pengangkut personel lapis baja (bahasa Inggris: Armoured personnel carrier atau APC) adalah kendaraan tempur lapis baja yang dibuat untuk mentransportasikan pasukan tempur infanteri di medan perang, biasanya dipersenjatai senapan mesin berkaliber kurang dari 20 mm[1], meski varian-variannya bisa saja dipersenjatai meriam, peluru kendali anti-tank, atau mortir. Kendaraan ini sebenarnya tidak dirancang untuk melakukan pertempuran langsung, melainkan dipersenjatai untuk pertahanan diri dan dilapisi baja untuk melindungi personil di dalamnya dari serangan lawan, dan pecahan-pecahan ledakan. APC bisa menggunakan roda biasa maupun roda rantai.
Kendaraan ini, terutama yang beroda biasa, di Indonesia disebut sebagai Panser, sebutan yang kurang tepat sebenarnya, mengingat Panser berasal dari kata Panzer[2], yang merujuk kepada jenis kendaraan tempur lapis baja Angkatan Darat Jerman (Wehrmacht) pada masa Perang Dunia 2 (1939 - 1945).
Sejarah
Perang Dunia I
Asal usul kendaraan pengangkut personel lapis baja (APC) diawali di Front Barat (Western Front) dalam Perang Dunia I (1914 - 1918). Menjelang akhir perang, tank-tank Sekutu mampu menerobos garis pertahanan pasukan Blok Poros, tetapi pasukan infanteri yang mengikutinya masih menghadapi terjangan peluru senjatan ringan dan artileri lawan. Sedangkan, tanpa dukungan infanteri, tank akan sangat rapuh, mudah terkepung dan dihancurkan lawan. Untuk itu, Inggris melakukan eksperimen dengan mengangkut pasukan infantri di dalam tank Mark V yang sudah diperpanjang badannya sehingga memiliki ruangan kecil untuk mengangkut lebih banyak personil, tidak hanya awak kendaraan lapis baja seperti umumnya dijumpai pada tank konvensional. Uji coba tersebut ternyata gagal, sehingga pada tahun 1918 Markas Besar AD Inggris memutuskan merancang kendaraan lapis baja khusus, yaitu Mark IX, namun perang keburu usai.
Perang Dunia II
Selama Perang Dunia II, truk-truk half-track seperti M3 milik AD Amerika Serikat dan SdKfz 251 milik AD Jerman digunakan sebagai APC. Pasukan Persemakmuran Inggris menggunakan tank ringan full-track Universal Carrier atau Scout Car. Selama perang, APC berevolusi dari kendaraan lapis baja ringan dengan kapasitas angkut menjadi kendaraan berfungsi khusus. Tank-tank bekas atau rusak direkondisi menjadi APC, seperti "Kangaroo" yang diubah dari tank M7-Priest, Churchill, M3 Stuart dan Ram.
Perang Dingin
Selama Perang Dingin, APC dikembangkan lebih spesifik. AS memperkenalkan sederet jenis APC, termasuk penerus LVT, tetapi yang paling produktif adalah M113, yang diproduksi hingga 80.000 unit. Negara blok Barat mengganti M113 dengan APC beroda. Uni Sovyet memproduksi BTR-40, BTR-152, BTR-60, BTR-70, BTR-80 dan BTR-90 dalam jumlah yang besar. BTR-60, 80, dan 90 masih terus diproduksi sampai saat ini. Cekoslovakia dan Polandia bersama-sama mengembangkan APC amfibi OT-64 SKOT. Israel sempat merombak tank-tank T-55 yang direbut dari Mesir dan Suriah menjadi APC berlapis baja tebal Achzarit.
Desain
Sebagian besar APC bermesin diesel yang mirip seperti mesin-mesin truk atau bus kota. Contohnya M113 yang menggunakan mesin standar General Motors yang digunakan juga pada bus kota. Berat APC bervariasi dari 6 hingga 40 ton atau lebih, namun yang paling umum berkisar antara 9 sampai 20 ton. Kebanyakan berkapasitas angkut 8 dan 12 orang pasukan, meski ada juga yang mampu mengangkut lebih dari 20 orang. Awaknya terdiri dari paling sedikit 1 orang pengemudi, kebanyakan didampingi penembak (gunner) dan/atau komandan pasukan.
Mobilitas
APC bergerak menggunakan roda maupun rantai, atau kombinasi keduanya (disebut half-track). Keduanya memiliki keunggulan dan keterbatasan. APC yang menggunakan rantai memiliki traksi offroad lebih besar dan lebih mudah bermanuver, termasuk berputar 180 derajat. Namun, karena pendeknya usia pakai rantai, dan kerusakan pada badan jalan yang dapat disebabkan, biasanya kendaraan berantai diangkut dengan kereta, truk tronton atau truk pengangkut khusus. Sementara APC yang menggunakan roda bergerak lebih cepat di jalan aspal dan dapat menempuh jarak yang cukup jauh. Namun APC beroda memiliki tekanan tanah yang lebih tinggi dengan berat yang sebanding, karena treknya memiliki luas permukaan yang lebih besar saat bersinggungan dengan tanah. Tingginya tekanan tanah meningkatkan kemungkinan kendaraan tidak bisa bergerak di lumpur, salju atau pasir.
Ada pula APC yang bersifat amfibi. Rodanya bisa mendorong maju di dalam air. APC beroda juga memiliki baling-baling (propeller) atau jet air. Persiapan operasi amfibi biasanya termasuk pengecekan integritas lambung dan melipat dek turun di bagian depan. Kecepatan berenang bervariasi antar kendaraan, M113 punya kecepatan maksimum 3.8 mph, sementara LAV-25 dan AAVP-7 dua kali lipat kecepatannya, yaitu masing-masing 6.5 dan 8.2 mph.
Lapisan Baja
APC harus bisa menyediakan perlindungan minimum terhadap terjangan peluru, meskipun ada juga yang lapisan bajanya setebal main battle tank, seperti Namer IDF, yang berbasis tank Merkava. Lapisan baja biasanya terdiri dari baja atau alumunium. Beberapa APC juga dilindungi dengan NBC, yang melindungi dari senjata pemusnah massal. Umumnya APC lebih ringan dan tidak setebal tank atau IFV, seringkali terbuka di bagian atas dan ada pintu dan jendela, seperti VAB milik AD Perancis.
Album
-
Truk SWAT di Bryan, Texas
-
Dzik-3(Polandia) dari Angkatan Darat Iraq
-
GTK Boxer German/Dutch APC
-
VAB Perancis
-
NZLAV III Selandia Baru
-
APC Israel