Ciherang, Dramaga, Bogor

desa di Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Revisi sejak 2 Maret 2007 02.41 oleh Borgx (bicara | kontrib) ({{rapikan}})


Ciherang adalah desa di kecamatan Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Indonesia.

Ciherang
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenBogor
KecamatanDramaga
Kode Kemendagri32.01.30.2002 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk-
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 6°35′0″S 106°44′35″E / 6.58333°S 106.74306°E / -6.58333; 106.74306

Ciherang terletak di barat Kota Bogor. Desa ini berjarak sekitar delapan kilometer dari pusat Kota Bogor. Dari pusat kota, orang bisa menempuh angkutan bernomor 03 jurusan dari terminal Baranangsiang menuju termnial Bubulak atau laladon Pada tahun 2007, ongkos per orang dengan angkutan ini Rp 2500. Kemudian dari Termnial bubulak atau terminal laladon, orang bisa melanjutkan perjalanan dengan angkutan bernomor 05 khusus untuk jurusan ciherang, ongkosnya sebesar Rp 1.500. Angkutan tersedia 24 jam, meskipun makin larut malam, jumlah angkutan yang beroperasi semakin sedikit. Namun tersedia angkutan ojek motor di pangkal jalan Pemuda Caringin, pintu masuk menuju Ciherang. Pada akhir tahun 1980-an, ongkos dari Ciherang hingga Termnial merdeka di pusat kota hanya Rp 100. kemudian naik menjadi Rp 150, Rp 300, Rp 500, hingga tarif hari ini.

Pada tahun 1990-an, waktu tempuh dari pusat kota Bogor menuju desa Ciherang sekitar 25 menit karena jumlah angkutan masih sedikit dan jalan tidak terlalu macet. Kemacetan biasanya hanya terjadi di Pasar Gunung Batu, sekitar 7 kilometer dari Desa Ciherang. Namun di pagi hari, kemacetan tersebut kadang kala membuat mobil dari sejak daerah Loji atau sekitar tiga kilometer dari pasar bergerak lamban.

Karena kemacetan dan sedikitnya angkutan, orang Ciherang yang berangkat bekerja dan sekolah pagi, biasanya menyisihkan waktu sejam sebelum jam bekerja atau sekolah dimulai karena perjalanan yang seharusnya hanya 25 menit saat tidak macet membutuhkan waktu berlipat ganda.

Saat itu, angkutan menuju Kota Bogor dari Ciherang pun hanya satu trayek, yaitu dari terminal Ciherang yang lebih dikenal masyarakat sebagai Stanplas (mungkin ejaan dari bahasa asing tertentu) menuju terminal Merdeka, Bogor yang kini menjadi ruko di sebelah Pusat Grosir Bogor (PGB) Jalan Kebon Jahe.


Pekerja dan pelajar yang memiliki rumah jauh dari Stanplas biasanya menyetop mobil yang menuju Stanplas. Lalu ikut balik lagi menuju Kota Bogor melalui tempat mereka menyetop sebelumnya. Sebab jika tidak demikian, sulit mendapatkan angkutan kosong dari Stanplas. Ada juga yang memilih berjalan kaki menuju Jalan raya Dramaga karena di sana terdapat lebih banyak pilihan angkutan umum dari trayek Petir, Cibeureum, kampus Dalam, Ciampea, Jasinga, dan Leuwiliang yang semuanya menuju pusat Kota Bogor.

Mereka yang berjalan biasanya menempuh jalur aspal melintasi berbagai kampung. dari Stanplas berturut-turut ada Kampung Gang Comel, Kampung Kidul, Kampung Ciherang Listrik, Kampung Gonggo, Kampung Tegal Loceng, Pasar Dramaga, Margajaya, dan Caringin. banyak orang memilih jalan pintas menyebrang jembatan di atas sungai, di belakang Asrama Gilang kencana IPB. Di belakang asrama ini terdapat sebuah derah bernama tegal Loceng, berupa tegalan atau lapangan berumput dan ada menara lonceng warisan Belanda berdiri di sana. Orang-orang zaman dahulu mengatakan lonceng tersebut berfungsi sebagai jam. Sebab pada jam-jam tertentu, pemerintah Kolonial Belanda membunyikannya, entah apa tujuannya. Tegalannya sendiri sering dipakai latihan perang sekitar tahun 1950-an.

Jalan aspal di Ciherang selalu diperbaiki, namun lebih sering tampak berlubang-lubang parah lagi beberapa bulan setelah perbaikan, terutama sepanjang Jalan di dekat Pasar Dramaga. Pasar ini dulu lebih dikenal sebagai pasar Jumat. Kini pasar tersebut lebih semrawut karena di pertigaannya dikepung oleh berbagai toko dan pedagang kaki lima. padahal sekitar tahun 2000-an, ruko di seberang jalan menuju Desa Petir hanyalah rumah tinggal yang asri. Namun kini sudah menjadi ruko beras, warung telekomunikasi, penjaja buah, warung nasi, dan klinik dokter. Akibatnya seringkali arus angkutan terhenti karena kemacetan orang dan manusia.

Dulu, sekitar tahun 2000, orang masih bisa melihat bendungan kecil dengan air terjun buatan yang indah di sebelah mesjid Pasar Dramaga. Namun, karena perluasan mesjid pemandangan itu pun menghilang. Namun, hingga kini masih ada pohon berenuk (buahnya mirip buah jeruk bali) tumbuh di pinggir kali yang mengalir airnya melalui komplek SD Dramaga.

Di sebelah kanan jalan Margajaya yang terletak antara Caringin dan Ciherang terdapat Pabrik milik orang Tionghoa. Dulu pabrik tersebut memproduksi berbagai jenis barang klontong, antara lain pasta gigi. Hingga kini fisik pabrik masih ada.

sebelum Pasar Dramaga juga terdapat pabrik krupuk kriting putih dan krupuk kulit coklat khas dijual di warung-warung Indonesia. Tadinya pabrik ini hanya berupa bedeng namun kini sudah berdiri rumah megah, namun masih menjadi pabrik krupuk.

Di dekat Mesjid Pasar Dramaga juga terdapat Pabrik Rangginang (krupuk dari buliran beras ketan). Dulu pabrik ini ada di sebrang jalan Caringin, namun pindah pada tahun 1990-an ke daerah yang sekarang.