Tan Lioe Ie
Templat:Infobox artis indonesia Tan Lioe Ie (lahir 1 Juni 1958) adalah seorang penyair Indonesia terkenal asal Bali. Ia merupakan penyair pertama Indonesia yang melakukan eksplorasi atas ritual dan mitologi Tionghoa dalam puisi bahasa Indonesia. Walaupun bernuansa etnik kental, puisi-puisinya tetap mempunyai daya pikat bagi kalangan luas. Hasil karyanya pernah dimuat di berbagai media massa seperti; Bali Post, Horison, Berita Buana, Suara Merdeka, Kompas, Media Indonesia, CAK, Coast Lines (Australia), dan Bali The Morning (Indonesia – Inggris).
Latar belakang
Tan Lioe Ie lahir dan dibesarkan di Denpasar. Nama itu merupakan nama pemberian orangtuanya, Tan Tien Hwie dan Tan Cecilia. Tan adalah nama keluarga (she) dan Lioe Ie dalam bahasa Mandarin berarti enam dan satu yaitu bulan dan tanggal kelahirannya. Nama Tionghoa tersebut tetap ia pertahankankan walaupun pada masa orde baru ada semacam tekanan untuk mengganti nama etnis Tionghoa dengan nama pribumi. Ia merupakan penyair pertama Indonesia yang melakukan eksplorasi atas ritual dan mitologi Tionghoa dalam puisi bahasa Indonesia. Walaupun bernuansa etnik kental, puisi-puisinya tetap mempunyai daya pikat bagi kalangan luas.
Yoki (nama panggilannya) pernah kuliah di Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Jakarta tapi tidak sampai tamat dan menyelesaikan S-1 Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Perkenalannya dengan puisi dimulai saat diminta jadi juri lomba baca puisi yang digelar Sanggar Minum Kopi (SMK) Denpasar untuk kategori juri pembanding dari disiplin lain. Selama tiga hari sampai babak final, berulang kali mendengarkan puisi dibacakan peserta lomba, ditambah pembacaan naskah puisi sebagai juri pembanding, membuatnya merasakan pesona puisi dan semakin hari semakin dekat sama puisi. Ia kemudian membuat puisi dan dipadu musikalisasi sehingga terlahir musikalitas puisi khas Yoki. Tan Lioe Ie pernah menjabat sebagai redaktur majalah kebudayaan Cak Bali dan menekuni dunia musik dengan menjadi gitaris group band Ariesta.
Karya
Tan Lioe Ie tercatat banyak menghasilkan puisi yang berkualitas. Buku antologi puisinya, Kita Bersaudara (1991), telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi We Are All One (1996) oleh Dr. Thomas Hunter Jr. Selain itu, buku puisi Malam Cahaya Lampion yang telah mengantarkannya memenangi lomba penulisan sastra buku, juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda menjadi Nach Van De Lampionen oleh Linde Voute. Buku yang diterbitkan Uitgeverij Conserve ini, memuat 64 puisi yang seluruhnya merupakan karya-karya terbaiknya. Karya-karya lainnya terdapat dalam buku Catatan Gila, Perahu Daun, Mimpi Buruk, Tak Lagi dalam kumpulan sajak bersama Perjalanan, Taksu, dan The Gingseng.
Karya-karyanya termuat di media massa seperti Bali Post, Horison, Berita Buana, Suara Merdeka, Kompas, Media Indonesia, CAK, Coast Lines (Australia), Bali The Morning (Indonesia–Inggris), Antologi Menagierie 4 (Bahasa Inggris), Utan Kayu Tafsir dalam Permainan, Mimbar Penyair Abad 21 (1996), Bonsai’s Morning (Bahasa Inggris), Living Together Utan Kayu International Literary Biennale (Indonesia-Inggris, 2005).
Pranala luar
- (Indonesia) Penyair Nusantara: Tan Lioe Ie
- (Indonesia) Puisi yang Memabukkan
- (Indonesia) Penyair Bali: Tan Lioe Ie
- (Indonesia) Mitologi Tionghoa dalam Sajak Tan Lioe Ie
- (Indonesia) Tan Lioe Ie
- (Indonesia) Sajak-Sajak di Kompas
- (Indonesia) Tan Lioe Ie, Apa Salahnya Nama
- (Indonesia) Dicari Guru Sastra Kreatif
- (Indonesia) Riuh Rendah Mempersoalkan Lirik