Anoa
Seekor anoa dataran rendah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Genus:
Spesies:
B. quarlesi
B. depressicornis
Nama binomial
Bubalus quarlesi
(Ouwens, 1910)
Bubalus depressicornis
(H. Smith, 1827)

Anoa adalah hewan endemik Sulawesi, sekaligus maskot provinsi Sulawesi Tenggara.[1][2] Berdasarkan letak persebarannya, hewan ini tergolong fauna peralihan.[3] Sejak tahun 1960-an, anoa berada dalam status terancam punah.[4] Dalam lima tahun terakhir populasi anoa menurun secara drastis.[2] Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup.[5] Anoa sering diburu untuk diambil kulit, tanduk dan dagingnya.[5]

Ada dua spesies anoa, yaitu: Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis).[6] Kedua jenis ini tinggal dalam hutan yang tidak dijamah manusia.[7] Keduanya juga termasuk jenis yang agresif dan sulit dijinakkan untuk dijadikan hewan ternak (domestikasi).[6] Kedua jenis ini dibedakan berdasarkan bentuk tanduk dan ukuran tubuh.[8] Anoa dataran rendah relatif lebih kecil, ekor lebih pendek dan lembut, serta memiliki tanduk melingkar.[8] Sementara anoa pegunungan lebih besar, ekor panjang, berkaki putih, dan memiliki tanduk kasar dengan penampang segitiga.[8] Penampilan mereka mirip dengan kerbau, dengan berat berat tubuh 150-300 kilogram dan tinggi 75 centimeter.[6][7] Saat ini konservasi anoa difokuskan pada perlindungan terhadap kawasan hutan dan penangkaran.[1] Banyak yang menyebut anoa sebagai kerbau kerdil.[9]

Habitat

Habitat anoa berada di hutan tropika dataran, sabana (savanna), terkadang juga dijumpai di rawa-rawa.[10] Mereka merupakan penghuni hutan yang hidupnya berpindah-pindah tempat.[10] Apabila menjumpai musuhnya, anoa akan mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa dan jika terpaksa melawan, mereka akan menggunakan tanduknya.[10]

Berbeda dengan sapi yang lebih suka hidup berkelompok, anoa hidup semi soliter, yaitu hidup sendiri atau berpasangan dan hanya akan bertemu dengan kawanannya jika si betina akan melahirkan.[11] Mereka paling aktif pada saat pagi dan sore hari, ketika udara masih dingin.[11] Karena anoa memiliki kebiasaan mendinginkan tubuh mereka, karena itulah terkadang mereka suka berendam di lumpur atau air.[11]

Makanan

Anoa termasuk hewan herbivora.[11] Di alam bebas, anoa memakan makanan yang berair (aquatic feed), seperti pakis, rumput, tunas pohon, buah-buahan yang jatuh, dan jenis umbi-umbian.[11][10] Anoa dataran rendah terkadang juga meminum air laut yang diduga untuk memenuhi kebutuhan mineral mereka.[10] Di dataran tinggi, anoa juga menjilat garam alami untuk memenuhi kebutuhan mineralnya.[10]

Reproduksi

Setiap tahunnya, induk anoa rata-rata hanya melahirkan satu bayi anoa.[11] Anoa bisa bertahan hidup sekitar 20 tahun hingga 25 tahun, dan sudah mampu kawin serta berkembang biak pada umur 2 tahun sampai 3 tahun.[11][10] Periode kehamilan terjadi selama 276 hari sampai 315 hari.[11] Bayi anoa yang dilahirkan induknya hanya satu ekor, dan sangat jarang sekali mereka sampai melahirkan hingga dua ekor bayi anoa.[11] Saat dilahirkan, bayi anoa memiliki bulu berwarna cokelat keemasan atau kekuningan dan sangat tebal.[10] Warnanya perlahan akan berubah menjadi lebih gelap seiring dengan pertumbuhannya.[10]

Referensi

  1. ^ a b Mochamad Indrawan, Richard B. Primack (1998). Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. ISBN 978-97946-1288-0.  Halaman 227-228.
  2. ^ a b www.nationalgeographic.co.id: Anoa di Sulawesi Tenggara Terancam Punah. Diakses 10 Mei 2014
  3. ^ Fiktor Ferdinand P., Moekti Ariwibowo. Praktis Belajar Biologi. PT Grafindo Media Pratama. ISBN 978-97991-7765-0.  Halaman 76.
  4. ^ "Hewan Anoa Nyaris Punah". www.nasional.news.viva.co.id. 7 Mei 2012. Diakses tanggal 10 Mei 2014. 
  5. ^ a b www.tourismnews.co.id: Sulawesi, Pulau di Indonesia dengan Fauna Terunik. Diakses 10 Mei 2014
  6. ^ a b c Jatna Supriatna (2008). Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. ISBN 978-97946-1696-3.  Halaman 30-31.
  7. ^ a b Oman Karmana. Cerdas Belajar Biologi. PT Grafindo Media Pratama. ISBN 978-97975-8442-9.  Halaman 153-154.
  8. ^ a b c www.kawandnews.com: Penjelasan secara Terperinci tentang Binatang Langka Anoa Sulawesi. Diakses 10 Mei 2014
  9. ^ Rachmat Hermawan, dkk. (2007). Mengenal Ekosistem Hutan dan Ekosistem Agro. Grasindo. ISBN 978-97975-9839-6.  Halaman 15.
  10. ^ a b c d e f g h i www.ksdasulsel.org: ANOA: Satwa Endemik Sulawesi. Diakses 10 Mei 2014
  11. ^ a b c d e f g h i www.ensiklopediaindonesia.com: Anoa, Satwa Endemik Khas Sulawesi. Diakses 10 Mei 2014

Pranala luar

ANOA