Pulau Bawean
Bawean adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 80 Mil atau 120 kilometer sebelah utara Gresik. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Belanda (VOC) masuk pertama kali ke Pulau ini pada tahun 1743.[1][2] Sebelum tahun 1974 Pulau Bawean masuk dalam wilayah Kabupaten Surabaya sebelum di bentuknya Kabupaten Gresik namun sejak tahun 1974 pulau Bawean di masukkan kedalam wilayah Kabupaten Gresik karena memang letaknya lebih dekat dengan Kabupaten Gresik [3][4][5][6][7].
Geografi | |
---|---|
Lokasi | Asia Tenggara |
Koordinat | 5°46′S 112°40′E / 5.767°S 112.667°E |
Kepulauan | Kepulauan Sunda Besar |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Kependudukan | |
Penduduk | 70.000 jiwa |
Bawean memiliki 2 kecamatan yaitu Sangkapura dan Tambak. Jumlah penduduknya sekitar 70.000 [8] jiwa yang merupakan pembauran beberapa suku yang berasal dari pulau Jawa, Madura, Kalimantan[9] ,Sulawesi dan Sumatera termasuk budaya dan bahasanya. Penduduk Bawean kebanyakan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau petani selain juga menjadi TKI di Malaysia dan Singapura, sebagian besar di antara mereka telah mempunyai status penduduk tetap di negara tersebut, selain di kedua negara itu penduduk bawean juga menetap di Australia[10][11] dan Vietnam[12][13][14]. Etnis mayoritas penduduk Bawean adalah Suku Bawean, dan suku-suku lain misalnya Suku Jawa, Madura, Bugis, Mandar,Mandailing,Banjar[15] dan Palembang.
Bahasa pertuturan mereka adalah bahasa Bawean. Bukannya bahasa Madura seperti yg dimaklumkan sebelum ini. Di Malaysia dan Singapura, penyebutan suku ini berubah menjadi Boyan. Mereka menyebut diri mereka orang Boyan,[16] maksudnya orang Bawean.[17]
Tokoh yang berasal dari Pulau Bawean yaitu Pahlawan Nasional Harun Thohir[18][19], Yahya Zaini dan beberapa lagi yang keturunan bawean seperti Noh Alam Shah, Mahali Jasuli[20], Datuk Aziz Sattar[21].
Etimologi
Kata Bawean berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti ada sinar matahari. Menurut legenda, sekitar tahun 1350[22], sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit.[23] Dalam kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pulau ini bernama Buwun[24][25] sedangkan dalam catatan Serat Praniti Wakya Jangka Jaya Baya penduduk Bawean bermula pada tahun 8 Saka dimana sebelumnya pulau ini tidak berpenghuni, Pemerintah Koloni Belanda dan Eropa pada abad 18 menamakan pulau ini dengan sebutan Lubeck,Baviaan,Bovian,Lobok[26][27][28], Awal abad ke-16 tepatnya pada tahun 1501 agama Islam masuk ke Bawean yang dibawa oleh Sayyid Maulana Ahmad Sidik atau yang dikenal dengan nama Maulana Umar Mas'ud atau Pangeran Perigi sekaligus menjalankan tata pemerintahan di Pulau Bawean selanjutnya Pulau Bawean di pimpin oleh keturunan Umar Masud seperti Purbonegoro, Cokrokusumo, Natakusuma, Najaksuma dan seterusnya hingga yang terakhir Raden Ahmad Pashai. Pada tahun 1870-1879 Pulau Bawean menjadi Asistent Resident Afdeeling dibawah Resident Soerabaya pada masa inilah Pulau Bawean di bagi menjadi dua kecamatan yaitu kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak yang di pimpin oleh seorang Wedana dengan Wedana terakhir bernama Mas Adi Koesoema ( 1899-1903) [7][29]
Pulau Putri
Bawean sering disebut juga Pulau Putri karena banyak laki-laki muda yang merantau ke pulau Jawa atau ke luar negeri. Orang Bawean yang merantau ke Malaysia dan Singapura membentuk perkampungan di sana. Di negeri jiran masyarakat Bawean dikenal dengan istilah orang Boyan. Banyak juga para perantau ini yang berhasil dan menjadi orang terkenal di Indonesia, Malaysia maupun Singapura.
Dalam legenda pulau putri, pulau bawean tempat berlabuhnya keluarga dari kerajaan Campa yang akan menuju pulau Jawa, mereka berlabuh dikarenakan Putri raja tersebut sakit, dan konon meninggal di bawean, untuk menhormati sang putri pulau tersebut dinamakan pulau putri. Sampai sekarang ini makamnya masih ada tepatnya berada di desa Kumalasa yang dikenal sebagai makam jujuk Campa.
Flora dan Fauna
Di Bawean terdapat spesies rusa yang hanya ditemukan (endemik) di Bawean, yaitu Axis kuhli. Selain itu di Pulau Bawean juga ditanam manggis, salak, buah merah, dan durian untuk konsumsi lokal. Puluhan spesies ikan laut juga terdapat di pantai pulau ini.
Lain-lain
Mayoritas penduduk Bawean beragama Islam, sedangkan penduduk non-Muslim biasanya adalah para pendatang. Yang khas dari Bawean adalah batu onyx. Sejenis batu marmer. Batu ini dijadikan hiasan dan juga lantai. Selain itu juga ada "buah merah". Ini berbeda dengan buah merah asli papua. Bentuknya bulat seperti apel. Namun ada yang seperti ini di Magetan tapi warnanya agak kuning. Buah Merah di Bawean terbagi dalam 2 jenis, satu warna merah dan yang kedua berwarna kuning, yang berwarna kuning di bawean dikenal dengan jenis Buah Merah Mentega, buah jenis ini (buah merah) juga tumbuh di daerah lain seperti juga di magetan, tapi buahnya cenderung kecil bila dibandingkan di bawean, dan di daerah lain lebih dikenal dengan nama buah mentega.
Bahasa Bawean
Bahasa Bawean ditengarai sebagai kreolisasi bahasa Madura, karena kata-kata dasarnya yang berasal dari bahasa ini, namun bercampur aduk dengan kata-kata Melayu dan Inggris serta bahasa Jawa[30][31] karena banyaknya orang Bawean yang bekerja atau bermigrasi ke Malaysia dan Singapura, Bahasa Bawean memiliki ragam dialek bahasa biasanya setiap kawasan atau kampung mempunyai dialek bahasa sendiri seperti Bahasa Bawean Dialek Daun, Dialek Kumalasa[32] , Dialek Pudakit dan juga Dialek Diponggo. Bahasa ini dituturkan di Pulau Bawean, Gresik, Malaysia, dan Singapura [33]. Di dua tempat terakhir ini Bawean dikenal sebagai Boyanese. Intonasi orang Bawean mudah dikenali di kalangan penutur bahasa Madura. Perbedaan kedua bahasa dapat diibaratkan dengan perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia[34], yang serupa tapi tak sama meskipun masing-masing dapat memahami maksudnya. Contoh-contoh:
- eson atau ehon = aku (sengkok/engkok dalam bahasa Madura daratan)
- kalaaken = ambilkan (kalaagghi dalam bahasa Madura daratan)
- tak kabessanyo'on/ naddeh nyo'on = terimakasih (salengkong / sakalangkong / kalangkong dalam Bahasa Madura daratan)
- olo = kepala (sera/cetak dalam bahasa Madura daratan)
- sakotik = sedikit (sakone dalam bahasa Madura daratan)
- kathirik = sendiri (kadibhik dalam bahasa Madura daratan)
- toghellen = kerabat/saudara (tretan/taretan dalam bahasa Madura)
- beremma = bagaimana (de'remmah dalam bahasa Madura)
- dissan = sana (dissah dalam bahasa Madura)
- keyan = juga (kiyah dalam bahasa Madura)
Contoh Bahasa Bawean:
- Eson terro ka be'na = Saya sayang kamu (di Bawean ada juga yang menyebutnya Ehon)
- Buk, bede berrus? = Buk, ada sikat? (berrus dari kata brush)
- Mak, pamelleaken pellem = Mak, belikan mangga ( ada pengaruh Jawa kuno di akhiran -aken).
- Silling na se bucor la mare e pabender = langit-langit nya yang bocor sudah diperbaiki ( silling bahasa bawean dipengaruhi bahasa melayu (inggris : ceiling ), langit-langit dalam bahasa asli bawean adalah "Sentek" )
- Araa..mak ghik bede edinnak, ekowa la alajer ka singgapur = Araa..kok masih disini, katanya sudah pergi berlayar ke singapura ( kata 'Araa' tidak ada artinya hanya untuk mengungkapkan ke akraban bercampur kaget, kata alajer (Berlayar) untuk menunjukkan orang bawean pergi keluar dari pulau Bawean )
Lihat pula
Referensi
- ^ http://home.iae.nl/users/arcengel/Indonesia/1670.htm
- ^ http://collectie.tropenmuseum.nl/default.aspx?idx=ALL&field=*&search=Bawean
- ^ "Gresik".
- ^ "Tentang Bawean".
- ^ "Sejarah Pengadilan Agama Bawean".
- ^ http://trahpanembahanwongsopati.blogspot.com/2010/07/konflik-politik-suksesi-dinasti-raja.html
- ^ a b http://www.baweanku.com/potensi-daerah/kec-sangkapura/kotakusuma/
- ^ Rebecca Soraya Leake (July 2009). "Pulau Putri: Kebudayaan Migrasi dan Dampaknya di Pulau Bawean" (PDF).
- ^ "Sejarah Kalimantan".
- ^ http://mengenalaustralia.tumblr.com/page/2
- ^ http://www.bawean.net/2008/08/peran-orang-bawean-dalam-membina-islam_04.html
- ^ http://www.indonesianconsulategeneral.vn/en/news_details.php?id=533
- ^ http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/04/30/0051.html
- ^ http://m.jpnn.com/news.php?id=136297
- ^ http://wiki-indonesia.club/wiki/Sejarah_Kalimantan
- ^ http://infopedia.nl.sg/articles/SIP_1069_2007-06-20.html
- ^ http://www.javaisbeautiful.com/our-blog/baweanese.html
- ^ http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/907-prajurit-konfrontasi-indonesia-malaysia
- ^ http://profil.merdeka.com/indonesia/h/harun-bin-said/
- ^ http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/bolamania/10/12/30/155253-mahali-jazuli-bek-timnas-malaysia-dikangeni-sang-nenek-di-gresik
- ^ http://www.bawean.net/2012/05/persatuan-bawean-malaysia-pbm-bangkit.html
- ^ Soedjijono (2002). "Legenda dari Pulau Bawean (Kajian dengan Pendekatan Arketipal)" (PDF).
- ^ http://books.google.co.id/books?id=R0TJdo1Oa8AC&pg=PA3&lpg=PA3&dq=zulfa+usman+bawean+ada+sinar+matahari&source=bl&ots=_QGSsN5F0X&sig=4-HS4cMDFugcmEaWNCvGQQVp4E0&hl=id&sa=X&ei=hrnrUdvKOs3OrQf3_YCQAw&redir_esc=y#v=onepage&q=zulfa%20usman%20bawean%20ada%20sinar%20matahari&f=false
- ^ "Terjemahan Kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca".
- ^ "Respon Jawani Budi Darma".
- ^ http://www.indonesianhistory.info/map/changewest.html
- ^ http://gallica.bnf.fr/ark:/12148/btv1b5963377t.r=bawean.langEN
- ^ http://books.google.co.id/books?id=EvNFAAAAcAAJ&pg=RA2-PA226&lpg=RA2-PA226&dq=lubeck+baviaan&source=bl&ots=AFLnEsHL-N&sig=odPtshKo9hmo_iF0KnqfeuayMvc&hl=id&sa=X&ei=sLjrUf_aPIqHrgek_YC4Dw&redir_esc=y#v=onepage&q=lubeck%20baviaan&f=false
- ^ http://id.rodovid.org/wk/Orang:341905
- ^ "Nggersik".
- ^ "Bawean Dictionary".
- ^ "Kamus Bahasa Bawean - Kumalasa Klasik Modern".
- ^ "Bawean Lexicon".
- ^ "Bahasa Bawean".