Bandotan berdekik
Ular kerincing kayu, Crotalus horridus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Subfilum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Famili:
Subfamili:
Crotalinae

Oppel, 1811
Sinonim
  • Crotalini - Oppel, 1811
  • Crotales - Cuvier, 1817
  • Crotalidae - Gay, 1825
  • Crotaloidae - Fitzinger, 1826
  • Crotalina - Bonaparte, 1831
  • Bothrophes - Fitzinger, 1843
  • Crotalinae - Cope, 1860
  • Lachesinae - Cope, 1900
  • Lachesinii - Smith, Smith & Sawin, 1977
  • Agkistrodontinii - Hoge & Romano-Hoge, 1981
  • Agkistrodontini - Hoge & Romano-Hoge, 1983[1]
  • Crotalinae - Oppel, 1992

Ular mura atau yang dikenal dengan nama beludak kepala ceruk atau bandotan berdekik, adalah anak suku dari suku ular beludak (Viperidae). Ular-ular ini dikelompokkan berdasarkan keberadaan organ cekungan yang terletak di antara mata dan lubang hidung mereka yang berfungsi sebagai sensor panas atau pengukur suhu alami.[2][3] Terdapat sekitar 151 spesies, 54 spesies terdapat di Asia, dan komunitas terbesar yakni 97 spesies terdapat di Amerika dan sekaligus merupakan satu-satunya kelompok ular beludak yang tersebar di Amerika. Contoh ular yang termasuk di dalam kelompok ini adalah Ular derik, Bothrops sp. (Mura tombak Amerika), Calloselasma sp (Ular tanah), dan Trimeresurus sp. (Mura pohon Oriental).

Deskripsi

 
Lubang pendeteksi panas pada jenis ular derik yang disebut Crotalus willardi obscurus.

Ular ini memiliki ukuran beragam, mulai dari yang terkecil, yakni Mura hidung-sabit dari India (Hypnale hypnale) yang hanya berukuran 30 - 40 cm, hingga yang terbesar adalah Mura semak Amerika (Lachesis muta) yang berukuran mencapai 3 meter, juga merupakan ular berbisa terpanjang di Amerika.[4]

"Termometer alami"

Kemampuan istimewa ular ini adalah dapat mengetahui keberadaan binatang berdarah panas di dekatnya dengan menggunakan organ cekungan di antara mata dan lubang hidungnya, selain menggunakan lidahnya. Lubang pendeteksi panas itu dilapisi oleh sel yang disebut Termoreseptor.[5] Pada prinsipnya, semua binatang berdarah panas bisa menghangatkan tubuhnya sendiri dengan darahnya.[6] Darah binatang tersebut memiliki energi kalor yang bisa menghangatkan seluruh tubuh. Karena tubuh hewan itu menjadi hangat, akhirnya kalor badannya memancar sampai keluar tubuh dan membuat perubahan suhu udara sekitar. Kalor atau panas tubuh hewan berdarah panas tersebut kemudian dideteksi oleh organ cekungan milik ular mura. Selanjutnya, Termoreseptor mengirim pesan ke otak, pesan tersebut berupa informasi tentang jarak dan lokasi mangsanya berada.[7] Dengan demikian ular ini bisa menyerang dengan tepat. Meskipun dalam keadaan gelap total, namun ular ini bisa melihat karena cekungan itu berhubungan dengan mata: Benda yang bersuhu tinggi atau panas (memancarkan kalor) akan terlihat berwarna merah, jingga, atau kuning terang, sedangkan benda yang tidak memancarkan kalor atau kalornya hanya sedikit akan terlihat berwarna hijau atau biru gelap. Cekungan ini juga mampu mendeteksi perubahan suhu yang sangat kecil, hingga perubahan yang hanya berselisih 0,0002 derajat Celsius.[8]

Penyebaran

 
Lubang peka panas pada sejenis ular mura, terletak di bagian bawah.

Di Asia, ular ini tersebar dari timur Pegunungan Ural ke timur sampai Jepang, dan ke selatan sampai Indonesia. Di Amerika, ular ini tersebar dari Kanada bagian selatan lalu ke selatan hingga Argentina bagian tengah.

Catatan

  1. ^ McDiarmid RW, Campbell JA, Touré T. 1999. Snake Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference, vol. 1. Herpetologists' League. 511 pp. ISBN 1-893777-00-6 (series). ISBN 1-893777-01-4 (volume).
  2. ^ Mehrtens JM. 1987. Living Snakes of the World in Color. New York: Sterling Publishers. 480 pp. ISBN 0-8069-6460-X.
  3. ^ Sometimes spelled "pitvipers" -- Campbell & Lamar, 2004 [halaman dibutuhkan]
  4. ^ http://www.britannica.com/EBchecked/topic/86178/bushmaster
  5. ^ Campbell JA, Lamar WW. 2004. The Venomous Reptiles of the Western Hemisphere. Comstock Publishing Associates, Ithaca and London. 870 pp. 1500 plates. ISBN 0-8014-4141-2.
  6. ^ Bullock, T. H. and Diecke, F. P. J. (1956). Properties of an infrared receptor. Journal of Physiology 134, 47-87.
  7. ^ Steve Setford et. al. 2015
  8. ^ Williams et. al. 2015