Soenarto Soemoprawiro

politisi Indonesia
Revisi sejak 12 Juni 2015 08.47 oleh Andriana08 (bicara | kontrib) (sedikit perbaikan)

Kolonel TNI (Purn) H. Soenarto Soemoprawiro atau sering dieja Sunarto Sumoprawiro, dan sering disebut sebagai Cak Narto (10 November 1944 – 17 Februari 2003) adalah politikus berkebangsaan Indonesia. Cak Narto merupakan Wali Kota Surabaya yang menjabat sejak 20 Juni 1994 hingga 16 Januari 2002.

Kolonel TNI (Purn.) H.
Soenarto Soemoprawiro
Berkas:Soenarto Soemoprawiro.jpg
[[Wali Kota Surabaya]] 19
Masa jabatan
20 Juni 1994 – 16 Januari 2002
PresidenSoeharto
Bacharuddin Jusuf Habibie
Abdurrahman Wahid
Megawati Soekarnoputri
GubernurBasofi Sudirman
Imam Utomo
[[Wakil Wali Kota Surabaya|Wakil]]Istijono Soenarto (1994 - 1995)
Wardji (1995 - 2000)
Bambang Dwi H. (2000 - 2002)
Sebelum
Pendahulu
Poernomo Kasidi
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1944-11-10)10 November 1944
Jepang Surabaya, Wilayah Kolonial Jepang
Meninggal17 Februari 2003
Australia Melbourne, Australia
KebangsaanIndonesia Indonesia
Suami/istriHj. Wien Soenarto
ProfesiTentara
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Latar belakang

Soenarto menjabat sebagai wali kota sejak tahun 1994-2000 dan 2000-2002 (2 periode). Jabatan periode pertama Sunarto diperpanjang dari tahun 1999 ke 2000 dikarenakan situasi politik belum kondusif dan tidak memungkinkan untuk dilaksanakan sidang pemilihan wali kota di DPRD Kota Surabaya. Sunarto resmi diberhentikan pada 16 Januari 2002 oleh DPRD Kota Surabaya karena dianggap tidak memenuhi kriteria kesehatan sebagai wali Kota Surabaya[1], serta dianggap mangkir dari tugasnya sebagai wali kota pada Oktober 2001 selama dua pekan. Berbagai tudingan pun muncul terkait pemberhentiannya tersebut, di antaranya datang dari lawan politik wakil wali kota Bambang D.H yang menyatakan bahwa kondisi sakit dimanfaatkan untuk melengserkan wali kota. Sunarto Sumoprawiro dikenal sebagai wali kota yang kontroversial lantaran dinilai pro-rakyat kecil sekaligus akrab dengan para pemodal. Pedagang kaki lima yang kian merajalela di Surabaya pada masa kepemimpinannya nyaris tak pernah digusur. Aset pemerintah Kota Surabaya pun banyak yang dijual dan disewakan hingga puluhan tahun kepada para pemodal. Pembangunan Ruko (rumah toko) menjamur di era pemerintahannya, seringkali dengan memanfaatkan lahan hijau terbuka sehingga menyebabkan banjir parah di daerah yang sebelumnya tidak pernah banjir. Berbagai kebijakan populis dan kontroversial juga ada di zamannya, di antaranya banyak pelebaran jalan untuk mengurangi kemacetan, mendirikan asrama Bibit Unggul untuk memperbaiki pendidikan, dan sebagainya. Sunarto juga merupakan penggagas pembangunan Masjid Al-Akbar pada tahun 1995, yang merupakan masjid terbesar ke-dua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal di Jakarta.

Referensi

Didahului oleh:
Poernomo Kasidi
Wali Kota Surabaya
1994-2002
Diteruskan oleh:
Bambang Dwi Hartono