Balai yasa
Balai yasa (disingkat: BY) adalah istilah dalam perkeretaapian Indonesia yang merujuk pada tempat yang digunakan untuk perawatan besar sarana perkeretaapian yang dimiliki oleh operator. Nama balai yasa sendiri termuat dalam UU No. 23 Tahun 2007 pasal 113 ayat (5) yang menerangkan bahwa perawatan dapat dilakukan di dipo lokomotif maupun balai yasa.
Istilah balai yasa diperkenalkan pertama kali pada tahun 1959 untuk Balai Yasa Yogyakarta.[1]
Balai yasa merupakan tempat untuk melakukan semiperawatan akhir (SPA) dua tahunan, pemeliharaan akhir (PA) empat tahunan, serta perbaikan dan modifikasi sarana perkeretaapian. Berbeda dengan dipo lokomotif yang perawatannya dapat dilakukan harian, selama enam bulanan, ataupun selama satu tahunan. Balai yasa tidak berada di bawah daerah operasi (Daop), tetapi langsung berada di bawah kantor pusat PT Kereta Api Indonesia dan berbentuk unit pelaksana teknis (UPT).
Balai-balai yasa di Jawa
Nama balai yasa | Singkatan | Daerah operasi | Sarana yang dirawat |
---|---|---|---|
Manggarai | MRI | Daop I Jakarta | Kereta api penumpang eksekutif, bisnis, ekonomi, dan KRL |
Kiaracondong | KAC | Daop II Bandung | Jembatan kereta api |
Tegal | TG | Daop IV Semarang | Kereta dan gerbong |
Yogyakarta (Pengok) | YK | Daop VI Jogja | Lokomotif diesel |
Surabaya Gubeng | SGU | Daop VIII Surabaya | Kereta dan gerbong |
Tak beroperasi sebagai balai yasa
Nama balai yasa | Singkatan | Daerah operasi | Status |
---|---|---|---|
Purworejo | PWR | Daop V Purwokerto | Beralih fungsi menjadi markas TNI-AD[2] |
Madiun | MN | Daop VII Madiun | Berubah menjadi PT Industri Kereta Api Madiun |
Balai Yasa Manggarai
Balai Yasa Manggarai merupakan balai yasa yang khusus diperuntukkan bagi perawatan kereta api bisnis, eksekutif, dan ekonomi serta KRL Jabodetabek. Dulu balai yasa ini dibangun oleh Staatsspoorwegen tahun 1920 dengan nama Hoofd-Werkplatsen te Manggarai. Di sini semua kereta eksekutif dan KRL yang dirawat mengalami pemeliharaan akhir (PA), semiperawatan akhir (SPA), PA bogie, perbaikan akhir lengkap (PAL), dan perbaikan (PB).[3]
Pada balai yasa seluas 2.000 × 500 meter ini, setiap harinya masuk kereta-kereta api eksekutif dan KRL di balai yasa ini. Pengerjaannya dilakukan oleh sekitar enam ratus pekerja setiap harinya, serta menelan biaya Rp60-150 juta untuk sekali perawatan. Perawatan kereta di balai yasa ini dimulai dari pengecekan bodi dan bogie (dilakukan terpisah), perbaikan, pengukuran kesetimbangan, uji coba, kemudian keluar pemeliharaan. Uji coba dilakukan di rute Manggarai-Karawang, serta apabila berhasil, kereta itu boleh keluar.[4]
Di balai yasa ini terdapat pula kebun untuk merucat kereta dan KRL yang sudah tidak siap guna operasi (TSGO) lagi. Termasuk di antaranya gerbong Tragedi Bintaro yang diyakini angker.[5]
Balai Yasa Kiaracondong
Balai Yasa Kiaracondong merupakan balai yasa yang khusus digunakan untuk perbaikan jembatan, meliputi pengadaan suku cadang untuk jembatan-jembatan kereta api yang masih aktif, perbaikan rangka jembatan, pembuatan jembatan baru, dan pemeliharaan rutin.[6][7]
Balai Yasa Tegal
Balai Yasa Tegal merupakan balai yasa yang khusus untuk perbaikan kereta dan gerbong. Balai yasa ini sudah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 pada tahun 2010.[8]
Balai Yasa Yogyakarta
Lebih dikenal dengan sebutan Balai Yasa Pengok (berdasarkan kampung tempat balai yasa itu berada), balai yasa ini menjadi balai yasa terbesar di Indonesia. Balai yasa ini khusus digunakan untuk perbaikan dan perawatan lokomotif diesel elektrik maupun hidraulik. Seluruh lokomotif KAI mengalami perawatan dan pemeliharaan akhir (PA) maupun semiperawatan akhir (SPA) di balai yasa ini. Balai Yasa Yogyakarta sudah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 dan bakal bekerja sama dengan General Electric dalam proses perakitan dan pembuatan lokomotif diesel di Asia Tenggara.[9]
Balai Yasa Yogyakarta dibangun mulai tahun 1914 oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschppij (NIS) dengan nama Centraal Werkplaats. Setelah diambil alih oleh Djawatan Kereta Api, Centraal Werkplaats ini diubah namanya menjadi "Balai Karya", dan kini menjadi "Balai Yasa".[1]
Kegiatan semiperawatan akhir (SPA) untuk lokomotif diesel elektrik di Balai Yasa Yogyakarta dilaksanakan apabila lokomotif telah berdinas selama 2 tahun setelah dilakukan pemeliharaan akhir sebelumnya atau sudah menempuh jarak 325.000 km. Sementara itu, kegiatan pemeliharaan akhir (PA) lokomotif diesel elektrik dilaksanakan apabila lokomotif telah berdinas selama 4 tahun setelah pemeliharaan akhir sebelumnya atau sudah menempuh jarak 650.000 km. Untuk lokomotif diesel hidraulik, SPA dilakukan apabila sudah berdinas selama 12.000 jam dinas (sekitar 500 hari), sedangkan PA dilakukan apabila sudah berdinas selama 24.000 jam dinas (sekitar 1.000 hari).[1]
Kampung yang berhubungan dengan Perkeretaapian di sekitar Balai Yasa
Di belakang balai yasa ini, terdapat kampung permukiman penduduk yang tersebar merata di Jalan Mutiara. Kampung ini diberi nama Pengok yang berasal dari frasa bahasa Jawa mempeng mbengok. Namun versi lain menyebutkan bahwa Pengok berasal dari bunyi suling lokomotif uap saat itu, "Ngook! ngook!", sehingga kampung itu diberi nama Pengok. Selain itu, terdapat pula kampung yang erat hubungannya dengan Perkeretaapian, yakni Klitren, yang tidak jauh dari Pengok. Istilah klitren berasal dari bahasa Belanda koelitrein atau portir kereta api.[10] Aset-aset di kampung itu sebagian besar masih dikuasai oleh PT KAI, dan disewakan untuk warga yang tinggal di situ.
Balai Yasa Surabaya Gubeng
Balai Yasa Surabaya Gubeng khusus diperuntukkan bagi kereta penumpang yang dialokasikan di dipo lokomotif di seluruh Jawa Timur. Dibangun pada tahun 1912 oleh Staatsspoorwegen, balai yasa ini mulanya untuk perawatan lokomotif uap, trem listrik Surabaya, dan gerbong kayu. Letaknya tidak jauh dari Stasiun Surabaya Gubeng.[11]
Balai-balai yasa di Sumatera
Nama balai yasa | Singkatan | Daerah operasi | Sarana yang dirawat |
---|---|---|---|
Pulu Brayan | PUB | Divre I Sumatera Utara dan Aceh | Semua (lokomotif dan kereta) |
Padang (Simpang Haru) | PD | Divre II Sumatera Barat | |
Lahat | LT | Divre III Sumatera Selatan dan Lampung |
Balai Yasa Pulu Brayan
Balai Yasa Pulu Brayan merupakan satu-satunya balai yasa di Sumatera Utara. Dahulu merupakan bengkel milik Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) yang beroperasi di Sumatera Utara. Balai yasa ini digunakan untuk perbaikan semua sarana perkeretaapian yang dialokasikan di Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh. Letaknya satu kompleks dengan Stasiun Pulu Brayan.
Balai Yasa Padang
Balai Yasa Padang merupakan satu-satunya balai yasa di Kota Padang, Sumatera Barat. Kini balai yasa tersebut digunakan untuk memperbaiki semua sarana perkeretaapian di Divisi Regional II Sumatera Barat, termasuk lokomotif diesel elektrik dan hidraulik, gerbong ketel semen curah, dan kereta penumpang.[12]
Balai Yasa Lahat
Balai yasa ini terletak satu kompleks dengan Stasiun Lahat dan digunakan untuk memperbaiki semua sarana perkeretaapian yang dialokasikan di Divisi Regional III Sumatera Selatan dan Lampung.
Pada budaya populer
- Istilah balai yasa diangkat menjadi istilah untuk menyebut situs penyedia add-on prasarana dan sarana perkeretaapian Indonesia untuk permainan simulator kereta api tiga dimensi, Trainz.
Referensi
- ^ a b c Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur: Balai Yasa Pengok, Yogyakarta
- ^ Budaya Purworejo: Stasiun Purworejo
- ^ Suara Merdeka: Balai Yasa Manggarai
- ^ Detikcom: Melongok Bengkel KA Balai Yasa Manggarai Menjelang Lebaran 2008, hal. 1 dan 2
- ^ Topik Khusus Tragedi Bintaro 19 Oktober 1987
- ^ Kiaracondong, Kiaracondong
- ^ Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur: Balai Yasa Jembatan Kiaracondong
- ^ Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur: Balai Yasa Tegal
- ^ Balai Yasa Bakal Jadi Bengkel Lokomotif Terbesar
- ^ Dharmagupta, dkk. 2007. Toponim Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Pemerintah Kota Yogyakarta.
- ^ Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur: Balai Yasa Surabaya Gubeng
- ^ Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur: Balai Yasa Padang