Pengakuan dosa

Revisi sejak 29 Mei 2017 10.31 oleh Ign christian (bicara | kontrib) (baru, umum)

Pengakuan dosa, sering disingkat pengakuan (bahasa Inggris: confession), di dalam banyak agama, merupakan pernyataan dari seseorang dalam rupa pengakuan atas kesalahan atau dosa (keberdosaan) yang telah dilakukannya.

Bilik pengakuan tradisional Katolik memungkinkan imam, duduk di tengah, untuk mendengarkan peniten di sisi-sisi samping secara bergantian.
Sebuah bilik pengakuan di Kolombia.

Buddhisme

Sejak awal berdirinya, tradisi Buddhis utamanya merupakan penyangkalan diri dan monastisisme.

Sejak awal lahirnya, Buddhisme utamanya merupakan tradisi penyangkalan diri dan monastisisme. Dalam kerangka monastik (disebut Vinaya) sangha, pengakuan kesalahan secara rutin kepada superior (tetua; bahasa Pali: Thera) merupakan kewajiban. Dalam sutra-sutra Kanon Pāli, para bhiksu mengakukan kesalahan mereka kepada Sang Buddha sendiri.[1] Bagian dari Kanon Pāli yang disebut Vinaya mensyaratkan para bhiksu untuk mengakukan dosa mereka masing-masing sebelum pertemuan dwimingguan untuk pembacaan Patimokkha.

Kekristenan

Katolik

 
Bilik pengakuan modern di Church of the Holy Name, Dunedin, Selandia Baru. Peniten dapat berlutut di tempat berlutut ataupun duduk di kursi yang menghadap imam (tidak diperlihatkan).

Dalam ajaran Katolik, Sakramen Tobat adalah metode Gereja yang dengannya umat dapat mengakukan dosa-dosa yang telah dilakukan setelah baptisan dan belum memperoleh absolusi dari seorang imam. Meski tidak wajib, ritus Katolik ini biasanya dilakukan di dalam sebuah ruang atau bilik pengakuan. Sakramen ini dikenal dengan banyak nama, termasuk pertobatan, rekonsiliasi, dan pengakuan (Katekismus Gereja Katolik, Bagian 1423-1442). Publikasi resmi Gereja biasanya menyebut sakramen ini sebagai "Sakramen Tobat", "Sakramen Tobat dan Perdamaian", atau "Sakramen Rekonsiliasi", namun banyak kalangan awam yang menggunakan istilah "Sakramen Pengakuan".

Bagi Gereja Katolik, maksud dari sakramen ini adalah untuk memberikan penyembuhan bagi jiwa serta untuk mendapatkan kembali rahmat Allah, yang hilang karena dosa. Tindakan penyesalan sempurna, sekalipun di luar pengakuan sakramental, menghapuskan hukuman kekal akibat dosa berat, namun seorang Katolik diwajibkan untuk mengakukan dosa berat yang dilakukannya itu sesegera mungkin saat memungkinkan.[2] Dalam konteks teologis, imam bertindak in persona Christi dan menerima dari Gereja kuasa yurisdiksi atas peniten. Konsili Trente (Sesi Keempat Belas, Bab I) mengutip Yohanes 20:22-23 sebagi bukti biblis utama untuk ajaran mengenai sakramen ini, namun kalangan Katolik juga melihat Matius 9:2-8, 1 Korintus 11:27, dan Matius 16:17-20 sebagai dasar-dasar biblis untuk sakramen ini.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa pengakuan sakramental mensyaratkan tiga "tindakan" pada pihak peniten: penyesalan (dukacita jiwa karena dosa yang dilakukan), pengungkapan dosa ('pengakuan'), dan pemenuhan ('tobat' yaitu melakukan sesuatu untuk menyilih dosa).[3] Bentuk dasar pengakuan dosa tidak mengalami perubahan selama berabad-abad, kendati pada suatu waktu pengakuan dosa pernah dilakukan di depan publik.[4]

Biasanya peniten mengawali pengakuan sakramental dengan mengatakan, "Berkatilah saya Romo/Pastor, karena saya telah berdosa. Pengakuan saya yang terakhir adalah ... waktu yang lalu." Peniten harus mengakukan dosa-dosa yang ia yakini sebagai dosa berat dan serius, baik jenisnya maupun jumlahnya,[5] agar dapat didamaikan dengan Allah dan Gereja. Peniten juga dapat mengakukan dosa ringan, yang sangat dianjurkan terutama jika peniten tidak memiliki dosa berat untuk diakukan. Menurut Katekismus, "meski tidak benar-benar diperlukan, pengakuan kesalahan sehari-hari (dosa-dosa ringan) tetap sangat dianjurkan oleh Gereja. Pengakuan dosa-dosa ringan secara teratur membantu kita membentuk hati nurani kita, melawan kecenderungan jahat, membiarkan diri kita sendiri disembuhkan oleh Kristus, dan memperoleh kemajuan hidup rohani. Dengan lebih sering menerima anugerah Belas Kasih Bapa melalui sakramen ini, kita terdorong untuk berbelas kasih sebagaimana Dia."[6] "Bila umat beriman Kristus berusaha untuk mengakukan semua dosa yang dapat mereka ingat, niscaya mereka menempatkan semuanya itu di hadapan belas kasih ilahi untuk diampuni."[7] Akibatnya, apabila pengakuannya dilakukan dengan baik, "sakramen tersebut valid" sekalipun sang peniten secara tidak sengaja lupa mengakukan beberapa dosa berat, namun dosa-dosa yang 'terlupakan' itu perlu ia akukan dalam pengakuan berikutnya.[8]

Katolik Timur dan Ortodoks Timur

 
Imam Ortodoks Rusia mendengarkan pengakuan dosa sebelum Liturgi Ilahi di Gereja Perlindungan Theotokos, Düsseldorf, Jerman.

Secara umum, umat Kristen Ortodoks dan Katolik Timur memilih seorang pribadi yang dipercaya sebagai pembimbing rohaninya. Dalam kebanyakan kasus, pribadi tersebut adalah imam paroki, namun mungkin juga seorang starets (tetua, seorang biarawan yang dikenal karena kemajuannya dalam hidup rohani) ataupun siapa saja yang telah mendapat izin dari seorang uskup untuk mendengarkan pengakuan.[diragukan] Pribadi tersebut sering disebut sebagai "bapa rohani" atau "ibu rohani". Setelah dipilih, umat meminta nasihat seputar perkembangan rohaninya dan mengakukan dosa-dosanya kepada pembimbing rohaninya. Umat Kristen Ortodoks cenderung hanya melakukan pengakuan kepada pribadi ini, dan kedekatan yang tercipta karena ikatan ini menjadikan bimbingan rohani sangat berkualitas, sehingga tidak ada umat yang dapat mengesampingkan apa yang disampaikan oleh pembimbing rohaninya. Apa yang diakukan kepada pembimbing rohaninya dilindungi dengan meterai yang sama seperti dalam pengakuan yang didengarkan oleh seorang imam. Kendati tidak hanya imam yang dapat mendengarkan pengakuan, tetapi hanya seorang imam tertahbis yang dapat memberikan absolusi.[butuh rujukan]

Pengakuan tidak berlangsung dalam sebuah bilik pengakuan, tetapi umumnya di bagian utama bangunan gereja, biasanya di depan analogion yang terdapat di dekat ikonostasis. Pada analogion ditempatkan sebuah Buku Injil dan sebuah salib berkat. Pengakuan sering berlangsung di depan ikon Yesus Kristus. Kalangan Ortodoks memahami bahwa pengakuan tidak dilakukan kepada imam, tetapi kepada Kristus, dan imam hanya bertindak sebagai saksi dan pembimbing. Sebelum pengakuan, peniten menghormati Buku Injil dan salib, serta menempatkan ibu jari dan dua jari pertama tangan kanannya di kaki Kristus yang tergambar pada salib tersebut. Imam yang mendengarkan pengakuan seringkali membacakan peringatan untuk mengingatkan peniten agar melakukan pengakuan penuh, tidak menyimpan dosa apa pun.[butuh rujukan]

Sama seperti pelayanan sakramen lainnya, pengakuan darurat dapat dilakukan di mana saja dalam kasus darurat dan mendesak. Karena alasan ini, khususnya dalam Gereja Ortodoks Rusia, salib pektoral yang dikenakan setiap saat oleh imam seringkali memiliki Ikon Kristus "Yang Tidak Dibuat dengan Tangan" yang tergores padanya sehingga ikon tersebut tersedia bagi peniten yang mengalami bahaya kematian atau bahaya yang mengancam jiwa di hadapan seorang imam tetapi jauh dari gereja.[butuh rujukan]

Dalam praktik umum, setelah seseorang melakukan pengakuan kepada pembimbing rohaninya, imam paroki (yang mungkin mendengar ataupun tidak mendengarkan pengakuannya) menyelubungi kepalanya dengan Epitrakelion (Stola) dan mendaraskan Doa Absolusi, memohon kepada Allah untuk mengampuni pelanggarannya (terdapat perbedaan rumusan doa dalam penggunaan Yunani dan Slavia). Tidak jarang seorang umat mengakukan dosa-dosanya kepada pembimbing rohaninya secara rutin, tetapi hanya datang kepada imam yang mendaraskan doa tersebut sebelum menerima Komuni Kudus.[butuh rujukan]

 
Seorang peniten mengaku dosa di gereja Katolik-Yunani Ritus Bizantin Ukraina dari para Bernardin, yang dulunya merupakan gereja Katolik Latin, di Lviv, Ukraina.

Dalam Gereja-Gereja Timur, kaum klerus seringkali melakukan pengakuan di sanctuarium. Uskup, imam, ataupun diakon akan melakukan pengakuan di Meja Kudus (Altar) tempat Buku Injil dan salib berkat biasanya ditempatkan. Mereka melakukan pengakuan dengan cara yang sama seperti umat awam, namun ketika imam mendengarkan pengakuan seorang uskup maka imam tersebut berlutut.

Terdapat banyak praktik berbeda dalam hal seberapa sering umat Kristen Ortodoks perlu melakukan pengakuan. Beberapa patriarkat menyarankan agar pengakuan dilakukan setiap kali akan menerima Komuni Kudus, sementara lainnya menyarankan agar pengakuan dilakukan dalam masing-masing dari keempat periode puasa (Prapaskah Agung, Puasa Kelahiran, Puasa Para Rasul, dan Puasa Tertidurnya Maria), dan terdapat juga banyak variasi tambahan.[9] Banyak pastor yang mendorong praktik komuni dan pengakuan dosa rutin. Dalam beberapa biara di Gunung Athos, para rahib mengakukan dosa-dosa mereka setiap hari.

Umat Kristen Timur juga mempraktikkan semacam pengakuan umum, yang disebut sebagai "Pengampunan Bersama". Ritusnya terdiri dari pertukaran pengakuan antara imam dan jemaat (atau, dalam biara-biara, antara superior dan rekan sepersaudaraan). Imam akan menelungkup di hadapan semuanya dan memohon pengampunan mereka atas dosa-dosa yang dilakukan dalam tindakan, perkataan, perbuatan, dan pikiran. Mereka yang hadir memohon kepada Allah agar mengampuninya, dan selanjutnya mereka semua turut menelungkup dan memohon pengampunan sang imam. Imam tersebut kemudian mengucapkan kata-kata berkat. Ritus Pengampunan Bersama tidak menggantikan Misteri Pengakuan dan Absolusi, namun bertujuan untuk memelihara cinta kasih Kristen serta suatu semangat penyesalan dan kerendahan hati. Pengakuan umum ini dipraktikkan di biara-biara saat ibadat pertama setelah bangun tidur (Salat Tengah Malam) dan ibadat terakhir sebelum beristirahat untuk tidur (Completorium). Orang-Orang Percaya Lama melakukan ritus tersebut secara teratur sebelum permulaan Liturgi Ilahi. Permohonan untuk pengampunan bersama yang paling dikenal dilakukan saat Vesper pada Minggu Pengampunan, dan tindakan ini menjadi penanda dimulainya Prapaskah Agung.[butuh rujukan]

Lihat pula

 
Pengakuan, karya Pietro Longhi, ca 1750

Referensi

Catatan

Kutipan

  1. ^ (Inggris) san.beck.org
  2. ^ (Inggris) Perfect Contrition
  3. ^ Catechism of the Catholic Church, nn. 1450-1460.
  4. ^ (Inggris) Hanna, E. (1911). The Sacrament of Penance. In The Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. Retrieved September 14, 2008 from New Advent: http://www.newadvent.org/cathen/11618c.htm
  5. ^ (Inggris) 1983 Code of Canon Law, Can. 988 §1: "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-08. Diakses tanggal 2011-05-30. 
  6. ^ (Inggris) "Paragraph 1458", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  7. ^ (Inggris) "Paragraph 1456", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  8. ^ (Inggris) If I forgot to confess a mortal sin, was it forgiven?
  9. ^ (Inggris) "Confession, Communion and Preparation for Communion". Orthodox Christian Comment. 31 Aug 2007. Diakses tanggal 11 Apr 2016. 

Pranala luar