Penyelamatan oleh Muslim semasa Holokaus

Revisi sejak 5 Juni 2017 01.05 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Sejumlah warga Arab menyelamatkan penduduk Yahudi dari Holokaus di kawasan Arab ketika sedang dikuasai negara-negara fasis. Sejak Juni 1940 sampai Mei 1943, negara-negara Poros, terutama Jerman dan Italia, menguasai wilayah yang luas di Afrika Utara. Sekitar 1 persen penduduk Yahudi, kurang lebih 4.000 sampai 5.000 jiwa, dibunuh oleh pemerintah berkuasa saat itu. Jumlah yang relatif kecil ini, bila dibandingkan dengan 50 persen penduduk Yahudi Eropa yang tewas saat Holokaus, disebabkan oleh keberhasilan Kampanye Afrika Utara yang dilancarkan Sekutu untuk mengusir pasukan Poros dari Afrika Utara.[1]

Tidak ada negara jajahan di Afrika atau Eropa yang bebas dari kampanye genosida Yahudi, tetapi kampanye ini lebih besar di Eropa daripada negara-negara Arab. Pejabat kolonial Perancis menawarkan penduduk Aljazair mengambil alih properti sitaan milik warga Yahudi dan banyak pemukim Perancis yang siap mengambil keuntungan dari rencana tersebut. Namun demikian, tidak ada orang Arab yang terlibat. Di ibu kotanya, Aljir, ulama-ulama Muslim secara terbuka menolak rencana tersebut.[2] Meski beberapa orang Arab bekerja sama dengan pasukan Poros dengan bekerja sebagai penjaga di kamp-kamp kerja paksa,[butuh rujukan], banyak orang Arab lainnya yang bertaruh nyawa untuk menyelamatkan orang Yahudi dari penindasan dan genosida.

Upaya penyelamatan oleh bangsa Arab tidak hanya terjadi di Timur Tengah. Si Kaddour Benghabrit, rektor Masjid Agung Paris, menurut berbagai sumber, menyelamatkan antara 100[1][3] sampai 500 orang Yahudi dengan memberi mereka samaran Muslim. Ada pula kasus penduduk Muslim non-Arab di Albania yang membantu penduduk Yahudi melarikan diri dari Holokaus di Eropa. Pada September 2013, Yad Vashem menyatakan seorang dokter Mesir, Mohammed Helmy, sebagai salah satu Orang Baik dari Berbagai Negara karena menyelamatkan Anna Gutman (née Boros), membahayakan dirinya sendiri selama tiga tahun, serta menyelamatkan ibu Gutman, Julie, neneknya, Cecilie Rudnik, dan bapak tirinya, Georg Wehr, dari Holokaus. Helmy adalah orang Arab pertama yang mendapat penghargaan tersebut.[4]

Si Ali Sakkat

Sepanjang kariernya, Si Ali Sakkat pernah menjabat sebagai menteri kabinet dan wali kota Tunis. Pada tahun 1940, Si Ali Sakkat menikmati pensiun di ladangnya di kaki Jebel Zaghouan. Terdapat kamp kerja paksa untuk orang Yahudi di dekat ladang Sakkat. Para tahanan Yahudi dipaksa memperbaiki sebuah lapangan terbang yang sering dibom oleh Sekutu. Penduduk Arab di sekitar sering melihat pemukulan tahanan oleh tentara Jerman secara rutin. Pada suatu malam di tengah pertempuran besar, 60 pekerja Yahudi kabur. Bangunan pertama yang mereka temui adalah dinding rumah Sakkat. Mereka mengetuk pintu dan diberi tempat tinggal dan makanan. Mereka juga diizinkan menetapa sampai Tunisia dibebaskan oleh pasukan Sekutu.[5]

Khaled Abdul-Wahab

Abdul-Wahab adalah putra seorang sejarawan ternama Tunisia. Ia berusia 32 tahun ketika Jerman menduduki Tunisia. Ia merupakan interlokutor antara pemerintah Nazi dan penduduk kota pesisir Mahdia. Ketika ia mendengar bahwa sejumlah perwira Jerman berencana memerkosa seorang perempuan Yahudi setempat, Odette Boukhris, ia menyembunyikan Boukhris beserta keluarganya dan 24 keluarga Yahudi lain di rumahnya di luar kota. Mereka tinggal di sana selama empat bulan sampai pendudukan berakhir. Abdul-Wahab sering dijuluki Oskar Schindler dari Arab.[6] Pada tahun 2009, dua pohon dipersembahkan kepada Abdul-Wahab atas keberaniannya. Satu pohon ditanam di Adas Israel Garden of the Righteous di Washington, D.C., sedangkan satu lagi ditanam di Garden of the Righteous Worldwide. Putrinya, Faiza, menghadiri acara penanaman pohon di Milan.[7]

Shaykh Taieb el-Okbi

Taieb el-Okbi adalah anggota Partai Islah (Reformasi) Aljazair dan sahabat reformis kenamaan asal Aljazair, Abdelhamid Ben Badis, yang menoleransi berbagai agama dan kebudayaan. Ben Badis mendirikan dan memimpin Liga Muslim dan Yahudi Aljazair. Ia meninggal dunia sebelum pasukan Vichy menduduki Aljazair, lalu posisinya digantikan oleh Taieb el-Okbi. Taieb el-Okbi menemukan bahwa jajaran pemimpin grup pro-fasis Légion Français des Combattants merencanakan pogrom terhadap penduduk Yahudi dengan bantuan tentara Muslim. Ia berusaha mencegahnya sebisa mungkin dan memerintahkan umat Islam untuk tidak menyerang orang Yahudi. Tindakannya disejajarkan dengan tindakan uskup agung Jules-Géraud Saliège dan Pierre-Marie Gerlier yang sama-sama menyelamatkan orang Yahudi di Perancis.[8]

Referensi

  1. ^ a b Robert Satloff (October 8, 2006). "The Holocaust's Arab Heroes". The Washington Post. Diakses tanggal 2010-04-28. 
  2. ^ Paul Harris, 'Israel called on to honour the 'Arab Schindler', at The Guardian, 11 April 2010.
  3. ^ "The Holocaust's Arab Heroes (Satloff)". October 14, 2006. Diakses tanggal 2010-04-28. 
  4. ^ Ofer Aderet,'Yad Vashem names Egyptian first Arab Righteous Among the Nations,' at Haaretz, September 30, 2013.
  5. ^ Robert Satloff. "Among The Righteous". PBS. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 April 2010. Diakses tanggal 2010-04-28. 
  6. ^ Armin Rosen (7 March 2007). "Arab Schindler provides valuable lesson to Arabs today". Diakses tanggal 2016-04-19. 
  7. ^ "Khaled Abdul Wahab A Tunisian Arab who saved Jewish lives during the Holocaust". gariwo. Diakses tanggal 2010-04-28. 
  8. ^ Robert Satloff (October 30, 2006). Among the Righteous: Lost Stories from the Holocaust's Long Reach into Arab Lands. PublicAffairs. hlm. 107. Diakses tanggal 2010-04-28. 

Pranala luar