Rumah adat Selaso Jatuh Kembar

rumah tradisional di Indonesia
Revisi sejak 25 Maret 2019 03.57 oleh Mutaya (bicara | kontrib) (editing paragraf dan sumber)

Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar adalah rumah adat khas Daerah Riau yang berupa balai selaso jatuh. Balai atau rumah adat ini difungsikan sebagai tempat berkegiatan bersama, sebagai tempat pertemuan, namun tidak digunakan sebagai tempat tinggal pribadi. Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar dikenal juga dengan sebutan balai penobatan, balirung sari, balai karapatan dan sebagainya. Dulu bangunan ini sangat ramai karena kerap digunakan oleh warga untuk melaksanakan acara-acara adat lokal, seperti musyawarah, penobatan kepala adat, untuk rapat perihal desa dan bahkan untuk melaksanakan upacara adat. Akan tetapi, sekarang semua itu telah digantikan oleh masjid[1].

Bentuk Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar

Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar memiliki bentuk khusus. Bangunan rumah ini memiliki keliling yang selaras antara penyangganya dengan lantai yang lebih rendah. rumah adat ini juga dipercantik dengan berbagai macam ukiran dengan bentuk tumbuhan dan hewan[2]. Masing-masing ukiran memiliki makna dan nama yang berbeda-beda. Rumah adat Selaso Jatuh Kembar memiliki ukiran di bagian tangga yang disebut dengan lebah bergantung atau ombak-ombak karena bentuknya menyerupai ombak atau bisa dilihat juga mirip dengan lebah-lebah yang bergantungan. Ada juga ukiran yang disebut dengan ukiran melambai-lambai yang berada di bagian atas pintu dan daun jendela. Sedangkan ukiran yang diukir di bagian kisi-kisi pintu dan jendela dinamakan semut beriring karena bentuknya terinspirasi dari cara semut berjalan yang beriringan dan ini memiliki makna mendalam. Persoalan makna akan dibahas kemudian. Selain ukiran yang sudah disebutkan masih ada juga ukiran yang disebut dengan ukiran tiang menggantung di bagian tiang Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar. Bila anda melihat Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar di sana ada bagian yang nampak memanjang atau melengkung, bagian ini juga memiliki ukiran yang dinamakan kalok paku. Ada juga ukiran di bagian ujung atas dan juga di ujung bawah tiang. Ukiran di bagian atas dan dasar ini disebut dengan pucuk rebung karena bentuknya yang menyerupai bambu muda yang baru muncul dari tanah. Sementara itu, kalau anda mengamati bagian cucuran atap, di sana pun ada bagian khusus yang menyerupai sayap, bagian itu memilili ukiran khusus yang disebut dengan sayap layangan atau sayap layang-layang. Bergeser ke bagian langit-langit, anda bisa melihat bagian ventilasi yang berukir. Ukiran ini disebut dengan melur atau bunga Cina atau bunga manggis. Penamanaan ini merujuk pada bentuk ukiran yang bentuknya sangat mirip dengan bunga cina atau pun bunga manggis. Pembuatannya pun juga berdasarkan pada dua jenis bunga tersebut. Terakhir adalah ukiran di bagian puncak yang dinamakan selembayung atau bahasa setempat disebut juga Sulobuyung[3].

Bahan dan Fungsi Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar

Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar berukuran besar. Jumlah susunanya lebih dari satu tingkat. Penamanaan Selaso Jatuh Kembar diambil dari bentuk atau penampakannya secara keseluruhan yang mana rumah Adat Selaso Jatuh Kembar ini memiliki selasar atau dalam bahasa lokal disebut Selaso. Bagian ini posisinya lebih rendah dibandingkan dengan ruang tengah sehingga nampak jatuh. Sedangkan jumlah selasar itu sendiri tidak hanya satu melainkan dua, karena selaso yang jatuh ada dua maka disebut selaso jatuh kembar, mengingat bentuk selasonya pasti sama. Bahan pembuatan Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar diambil dari alam. atap rumah dibuat dari daun rumbia. Daun-daun tersebut disusun dan diikat menggunakan rotan pada tulang atap. Bagian dindingnya dibuat dari kayu-kayu. Bagian tiang juga dibuat dari kayu-kayu dengan kualitas terbaik. Kayu-kayu pilihan itu antara lain kayu meranti, kayu punak, atau kayu medang. Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar di masa lalu difungsikan sebagai balai pertemuan adat. Nama rumah adat inipun berhubungan dengan fungsinya[4].

Bagian-Bagian Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar

Rumah Selaso Jatuh Kembar memiliki beberapa bagian atau sekat yang menjadikannya memiliki beberapa ruang. Meski tidak digunakan sebagai tempat tinggal, sekat ini dibentuk karena memiliki fungsi tertentu. Ruang-ruang tersebut khusus sebagai tempat berkumpul untuk membedakan mana yang tetua, warga laki-laki dan perempuan. Di samping sebagai ruang untuk pertemuan, sebagian ruang yang lain difungsikan sebagai tempat menyimpan benda-benda adat. Benda-benda yang disimpan di rumah Adat Selaso Jatuh Kembar ini antara lain perlengkapan tari dan alat-alat musik. Masih ada lagi ruang untuk anjungan, tempat tidur khusus untuk prosesi terentu, dan ada juga dapur yang dimanfaatkan untuk memasak ketika ada acara di Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar. Berikut adalah bagian-bagiannya secara terperinci. Bagian Atap Rumah Selaso Jatuh Kembar terbuat dari daun rumbia dan daun pinah yang diikat pada tulang bubungan memakai tali rotan. Daun pinah atau daun rumbia digunakan sebagai bahan membuat atap karena di samping memberi efek kesejukan, di sana pada jaman dahulu belum akrab penggunaan genteng atau bahan pembuat atap lainya. Daun pinah dan rumbia sampai sekarang masih dipertahankan di beberapa rumah adat daerah[5].

Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar memiliki loteng yang dibuat tepat di atas dapur. Fungsi loteng adalah untuk mengeluarkan asap dapur dan juga digunakan pula sebagai menyimpan bahan makanan. Loteng dibuat dari papan Merbau yang merupakan kayu keras. Merbau dibuat menjadi tipis seukuran papan tapi masih kuat. Bagian loteng memiliki lubang angin sebagai ventilasi agar angin dapat keluar masih menyegarkan ruangan dapur. Ventilasi khusus loteng ini disebut dengan Bidai atau Singap. Bentuknya berundak-undak dan dihias dengan ukiran sehingga nampak memiliki nilai seni yang tinggi bagi yang mengetahuinya. Bagian loteng ini dilengkapi dengan bagian kecil di bawah lubang ventilasi, sehingga nampak seperti balkon kecil jika dilihat dari luar. Bagian tersebut dinamakan Teban layer. Umumnya bentuk Bidai atau ventilasi dari Loteng di atas dapur ini berbentuk segi enam, segi empat, segi delapan, dan bahkan ada yang berbentuk bulat. Berdasarkan keterangan adat disebutkan bahwa pemilihan bentuk tersebut disesuaikan dengan arah mata angin. Bagian loteng tetap tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur alam untuk membuatnya kokoh dan dapat mengurangi hawa panas yang dapat terjadi di dalam rumah[6].

Dari loteng mari berpindah ke kasau yang merupakan salah satu bagian dari atap. Kasau disebut juga dengan kaki kuda-kuda. Di bagian dapur, bagian ini akan menyatu dengan loteng. Kasau memiliki fungsi untuk mengikat atau memperkokoh bagan atap. Kasau memiliki dua bagian yakni Kasau Jantan dan Kasau Betina. Kasau Jantan diposisikan di bagian bawah sedangkan Kasau Betina diposisikan di bagian atas. Di antara posisi kasau Jantan dan Kasau Betina dipasangi dengan sesuatu yang disebut gulung-gulung. Bagian ini berbentuk persegi dan pemasangannya dibuat sejajar dengan tulang bubung untuk memperkuat posisi pemasangan atap[7].


Tiang Selaso Jatuh Kembar

Tiang selaso jatuh kembar merupakan tiang penopang rumah melayu ini. Tiang Selaso Jatuh Kembar dibuat dalam beberapa bentuk ada yang segi delapan dan segi empat menyelaskan arah mata angin. Tujuannya agar rejeki dan berkah mendatangi rumah dari setiap penjuru. Jika dibuat dalam bentuk segi enam hal itu menggambarkan rukun iman, dan jika dibuat dalam bentuk segi tujuh maka itu mewakili surga dan neraga yang memiliki tujuh tingkatan. Jika dibuat dalam bentuk segi sembilan atau disebut juga dengan tiang rangkayemaka itu berarti menggambarkan strata ekonomi penghuninya. Ukuran tiang penpang dari Rumah Adat Selaso Kembar berbeda0beda berdasarkan letak dan fugsinya. Tiang utama terdiri atas tiang seri dan tiang penghulu yang disebut juga tiang tuo. Jarak penempatannya sebesar 3 meter antar tiang. Sedangkan jumlah tiang utama ini biasanya berjumlah genap. Rata-rata memiliki ketinggian 1 meter sampai 2,5 meter. tinggi tiang akan semakin tinggi jika rumah dibangun semakin dekat dengan laut. Kayu yang diguankan untuk membuat tiang utama adalah kayu keras, seperti kayu Kulim, Tembesu, Resak dan Punak. Akan tetapi, jaman sekarang Rumah Adat Selas Kembar ada yang dibangun dengan tidak mengandalkan tiang ini melainkan dibangun dengan batu bata dan semen, tujuannya agar lebih kokoh[8].

Rasuk

Untuk menghubungkan bagian-bagian antar tiang akan dibutuhkan pasak dan rasuk. Pasak umumnya berbentuk persegi. Pasak akan digunakan untuk menghubungkan tiang seperti fungsi paku jaman sekarang. Sementara rasuk atau gelegar akan direkatkan dengan jenang sebagai bagian dari atap. Seperti halnya membuat rumah tradisional lainnya, Rumah Adat Selaso Kembar memiliki dua jenis rasuk atau gelegar yaitu rasuk berukuran besar sebagai rasuk induk dan rasuk berukuran kecil untuk rasuk anak. keduanya disusun membentuk kerangka atap baru kemudian setelah jadi akan dipasang atapnya[8].

Dinding

Dinding rumah berupa papan yang dibuat dari kayu seperti kayu meranti, kayu punak, atau kayu medang. Pemasangan papan menggunakan teknik lidah pian, disusun rapat secara berhimpit memakai kayu keras dan tidak berserabut sebagai penyambungnya. Akan tetapi, jaman sekarang, dinding Rumah Selaso Kembar sudah diganti menggunakan batu bata dan semen.

Pintu

Pintu juga dibuat dari bahan kayu punak dan tembesu. Pintu Rumah Adat Selaso Kembar ada dua macam yaitu pintu untuk menghubungkan area luar dan pintu untuk menghubungkan area dalam. Untuk pintu yang menghubungkan area dalam memiliki sebutan unik sebagai pintu malim atau pintu curi yang digunakan sebagai jalan memasuki antar ruang. Pada bagian pintu juga dibuat lubang angin pada bagian atas. sedangkan di bagian bawahnya dipasangi kisi-kisi[8].

Jendela

Ukuran jendela dibuat beragam tergantung ketinggian dinding rumah Adat Selaso Jatuh Kembar. Biasanya jendela ruang utama akan dibuat lebih tinggi daripada bagian jendela lainnya[8].

Lantai

Lantai dibuat dengan cara dua teknik. Pemasangan lantai bisa dengan posisi rapat pada bangunan dan pemasangan dengan posisi rapat pada bagian dapur atau area belakang. Bahan yang digunakan untuk lantai umumnya kayu meranti, medang, atau punak. Lebarnya rata-rata 20-30 cm. Pola penyususnan lantai dibuat sejajar dengan bagian rasuk dan melintang di atas gelegar. Bagian ujung lantai akan batasi dengan bendul yakni batar suang dan batas lantai yang terbuat dari kayu. Bagian ini menjadi penguat atau pengikat pada bagian ujung lantai[8].

Tangga

Tangga rumah akan dipenuhi dengan ornamen-ornamen atau ukiran menyerupai daun dan hewan. Bahan utama pembuatan anak tangga ialah kayu nibung atau kayu keras lainnya, tujuannya agar kuat terhadap perubahan cuaca[8].

Kolong

Rumah adat Selaso Kembar akan memiliki kolong yang berfungsi sebagai tempat menyimpan kayu bakar, tempat menyimpan dan reparasi perahu atau sampan. Akan tetapi penggunaan ini biasanya terjadi hanya di rumah-rumah milik warga. Sedangkan rumah adat selaso kembar miliki desa akan dimanfaatkan sebagai ruang serbaguna bila dibutuhkan ketika menjelang upacara adat atau yang lainnya[8].

Corak Ukiran Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar

Setiap bagian dari Rumah Adat Selaso Kembar memiliki ukiran tertentu. Masing-masing dibuat dengan corak tertentu. Berikut merupakan corak ukiran Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar[8].

  • Itik sekawan

Corak ini nampak di bagian dinding yang memiliki makan agar manusia hidup berdampingan, selaras, damai, kompak, dan bersam-sama sampai akhir. Corak itik sekawan berbentuk itik berbaris berjalan bersama-sama kembali menuju kandang karena itu disebut juga dengan itik pulang petang.

  • Pucuk Rebung

Corak pucuk rebung dibuat menyerupai pucuk atau tunas bambu yang masih muda. Tunas tersebut tumbuh meruncing  di mana memiliki makna tersendiri berdasarkan bentuknya sebagai berikut:

-         Pucuk Rebung Bertunas memiliki makna hilangnya rasa lapar dan dahaga yang menandakan setiap permasalahan selalu ada penyelesaiannya.

-         Pucuk Rebung Sekuntum sebagai simbol duduk bersama-sama untuk berdiskusi atau bermusyawarah mencapai mufakat ketika ada persoalan yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak.

-         Pucuk Rebung Kaluk Paku sebagai simbol agar selalu bergotong royong dan saling membantu sesama warga desa.

-         Pucuk Rebung Sirih Tunggal sebagai simbol penghalang, celaka, dan sial dapat muncul dari mana saja karena itu setiap individu harus berhati-hati.

  • Lebah Bergantung (Ombak-ombak)

Ukiran lebah bergantung dibuat berdasarkan sarang lebah yang menggantung di pohon atau suatu tempat. Corak ini biasanya terdapat di bawah tangga, sebagai simbol untuk mengingatkan agar semua orang menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain seperti lebah yang menghasilkan madu yang bermanfaat untuk semua orang.

  • Semut Beriring

Corak semut beriring sebagai simbol semur berjalan beriringan yang memiliki makna agar kehidupan manusia senantiasa mengikuti sifat semut yang selalu rukun, tolong menolong, rajin, dan teguh pada pendirian.

  • Awan Larat

Awan larat dibuat dalam bentuk rangkaian motif yang sama dibuat berjejer secara rapi dan berdampingan dan terhubung satu sama lain. corak ini menjadi simbol kemudaha mendapatkan rejeki.

Referensi

  1. ^ https://www.scribd.com/doc/281285345/Rumah-Adat-Di-Daerah-Riau-Bernama-Selaso-Jatuh-Kembar
  2. ^ http://www.bukdeinfo.com/2017/03/rumah-adat-selaso-jatuh-kembar-provinsi.html
  3. ^ M, Lulu. "√ 7+ Rumah Adat Riau: Nama, Gambar, Keunikan & Penjelasannya" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-03-25. 
  4. ^ "Rumah Adat Riau". Pewarta Nusantara (dalam bahasa Inggris). 2018-03-03. Diakses tanggal 2019-03-25. 
  5. ^ "Rumah Adat Riau". Pewarta Nusantara (dalam bahasa Inggris). 2018-03-03. Diakses tanggal 2019-03-25. 
  6. ^ "Rumah Adat Riau". Pewarta Nusantara (dalam bahasa Inggris). 2018-03-03. Diakses tanggal 2019-03-25. 
  7. ^ "Rumah Adat Riau". Pewarta Nusantara (dalam bahasa Inggris). 2018-03-03. Diakses tanggal 2019-03-25. 
  8. ^ a b c d e f g h https://www.budayanusantara.web.id/2018/06/artikel-rumah-adat-riau-rumah-selaso.html