Guntur Sitohang
Guntur Sitohang adalah pemusik tradisional di Sumatera Utara sekaligus pembuat instrumen musik tradisional Batak Toba terkenal. Tidak ada pendidikan khusus yang membentuk jiwa seni Guntur. Beliau adalah otodidak. Kemampuannya itu dipelajari lewat pengamatan dan sifatnya empiris. Riwayat Hidup Guntur Sitohang lahir 19 Desember 1936 di desa Urat Kabupaten Samosir. Guntur adalah anak bungsu dari 7 bersaudara dari pasangan B.Sitohang dan S.Simbolon. Guntur hidup dalam keluarga sederhana, orang tuanya berprofesi sebagai petani merangkap sebagai guru sekolah dasar milik pemerintah di tanah kelahirannya. Kadang-kadang demi memenuhi kebutuhan keluarganya yang besar itu, B. Sitohang mencari ikan di pantai desa Urat, Danau Toba. Guntur kecil menghabiskan masa kecilnya di Desa Urat dan Harian Boho Kabupaten Toba Samosir. Di kalangan Orang Batak, anak bungsu cenderung paling dimanja oleh kedua orang tuanya. Begitu juga dengan Guntur. Di saat kakak-kakak tertuanya sibuk membantu mencari nafkah orang tuanya, Guntur lebih sering menghabiskan waktunya mengembangkan minatnya untuk bermain musik bersama-sama temannya. Inilah yang kemudian membentuk Guntur dewasa menjadi seorang pemusik tradisional dan pembuat instrumen musik Batak Toba yang handal. Di usianya yang ke 28 Guntur mempersunting seorang wanita bernama Tiamsah Habeahan, teman sekolahnya di SGB (Sekolah Guru Biasa). Dari pernikahannya pada tahun 1964 itu lahirlah sebelas orang anak (enam perempuan dan lima laki-laki). Berikut keturunan Guntur Sitohang-Tiamsah Habeahan mulai dari yang paling tertua: Megawati br. Sitohang (perempuan) lahir pada tahun 1964, Baktiar Sitohang (laki-laki) lahir 1966, dan Lasnur Maya br. Sitohang (perempuan) lahir di tahun 1968. Empat anak Guntur selanjutnya adalah laki-laki: Martogi Sitohang (1970), Junihar Sitohang (1972), Rumonang Sitohang (1976), Hardoni Sitohang (1978) dan Naldy Sitohang (1980). Lalu lahir kembali Senida Sbr. itohang (perempuan) lahir pada tahun 1982, Martahan Sitohang (laki-laki) lahir pada tahun 1984, dan yang paling bungsu, Elfrida Sitohang (perempuan) yang merupakan kelahiran tahun 1987. Sebagai pemusik Guntur Sitohang menurunkan darah seninya ke anak-anaknya. Tidak semua, hanya Lasnur Maya br. Sitohang, Martogi Sitohang, Junihar Sitohang, Hardoni Sitohang dan Martahan Sitohang. Dari kelima anaknya itu yang merupakan seniman, hanya dua yang pengetahuan musiknya dibentuk di akademi: Martogi dan Martahan Sitohang. Martogi Sitohang, berdomisili di Jakarta dan menjadi seorang musisi tradisional yang sangat terkenal dan juga handal. Pengetahuan beliau dalam bermain musik juga didapatkan dari pendidikan akademis. Martahan Sitohang adalah lulusan Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Sedangkan Junihar Sitohang boleh dikatakan merupakan anak yang bakatnya paling lengkap, seperti ayahnya, selain pandai bermusik ia juga adalah pembuat alat musik tradisional Batak. Guntur Sitohang tidak pernah memanjakan anak-anaknya. Mereka selalu dibiasakan untuk hidup mandiri dan bekerja. Semua anak Guntur terlibat membantunya dalam proses pembuatan alat musik. Guntur Sitohang dan istri adalah juga seorang Kristen yang taat. Keduanya selalu membawa anak-anaknya untuk bergereja HKBP setiap minggu. Pendidikan Guntur termasuk terlambat masuk sekolah. Usianya sudah 12 tahun ketika pertama kali mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat 6 Harian Boho (setingkat Sekolah Dasar). Alasan keterlambatannya masuk sekolah salah satunya adalah karena bermain musik. Meski terlambat, Guntur mampu menamatkan sekolahnya dengan baik. Guntur melanjutkan pendidikannya di SGB juga di Harian Boho. SGB merupakan sekolah kejuruan yang lulusannya berkompetensi untuk menjadi guru di Sekolah Dasar.