Lokomotif DD52

salah satu lokomotif uap di Indonesia
Revisi sejak 13 Mei 2020 02.15 oleh NaufalF (bicara | kontrib) (→‎Sejarah: Perbaikan suntingan (kecil))


Lokomotif DD 52 adalah lokomotif uap mallet terbesar di Indonesia dengan susunan roda 2-8-8-0 yang dibeli oleh Staatsspoorwegen.

Lokomotif DD52
Lokomotif DD52
SS1260 / DD5205
Data teknis
Sumber tenagauap
ProdusenWerkspoor, Belanda; Hanomag, Jerman; Hartmann, Jerman
Nomor seriDD52 / SS 1250
ModelDD52
Tanggal dibuat1923-1924
Jumlah dibuat10 unit
Spesifikasi roda
Notasi Whyte2-8-8-0
Susunan roda AAR1-D-D
Klasifikasi UIC(1D')D'
Dimensi
Lebar sepur1.067 mm
Diameter roda1102 mm
Panjang20.737 mm
Lebar2.670 mm
Berat
Berat kosong133 ton
Bahan bakar
Jenis bahan bakarKayu jati
Sistem mesin
Tekanan ketel uap1.25 MPa
Ukuran silinder700 mm x 610 mm (depan), 450 mm x 610 mm (belakang)
Kinerja
Kecepatan maksimum50 km/h
Daya mesin1.4 MW
Jari-jari lengkung terkecil170 m
Lain-lain

Sejarah

Lokomotif ini didatangkan dari pabrik Hartmann Jerman, Hanomag Jerman dan Werkspoor Belanda pada tahun 1923 dan mulai berdinas pada tahun 1924, setelah lokomotif DD 50 dan DD 51. Berbeda dengan kedua pendahulunya yang dibuat di Amerika Serikat, Lokomotif DD 52 dibuat di Eropa, tepatnya di Jerman dan Belanda. Keunggulan lokomotif ini dibandingkan dengan DD 50 dan DD 51 adalah kecepatan maksimalnya yang dapat mencapai 50 km/jam, di mana kedua lokomotif sebelumnya hanya mampu mencapai 40 km/jam.

Lokomotif DD 52 memiliki julukan "Si Gombar" dari masyarakat lokal Jawa Barat yang selalu dilewati oleh lokomotif ini. Dengan ukurannya yang besar dan tenaganya yang kuat, tugas utama DD52 adalah menarik kereta barang yang melintasi pegunungan Priangan. Walaupun begitu, lokomotif ini juga difungsikan sebagai penarik kereta penumpang.

Di akhir masanya, lokomotif ini melayani KA lokal Bandung-Cibatu-Garut. Alokasi lokomotif ini sendiri menyebar di beberapa dipo, seperti Bandung, Purwakarta, dan Cibatu. Pada tahun 1980-an tercatat hanya ada 2 lokomotif DD 52 yang masih aktif, yaitu DD 5203 dan DD 5208. Karier lokomotif ini berakhir bersamaan dengan dinonaktifkannya jalur kereta api Cibatu-Garut dan dipensiunkannya lokomotif uap di Indonesia.

Setelah dipensiunkan, keseluruhan lokomotif DD 52 sekarang telah punah dirucat, tidak ada satupun yang dipreservasi di museum kereta api.[1] Hal ini sangatlah disayangkan mengingat pendahulunya yaitu DD 50 dan DD 51 juga bernasib sama, sehingga tidak tersisa lagi lokomotif yang mempunyai 8 gandar dalam dua bogie (DD) di Indonesia.

Lihat pula

Daftar Referensi

  1. ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 118. ISBN 978-602-0818-55-9.