Belawa, Wajo

kecamatan di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan
Revisi sejak 5 Juni 2020 05.39 oleh Auliu Da Costa (bicara | kontrib) (~~~~)

Belawa adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.[2][3]

Belawa
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenWajo
Pemerintahan
 • CamatH.Ahmad Jahran,Ap, Msi[1]
Populasi
 • Total31,923 jiwa jiwa
Kode Kemendagri73.13.07 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7313090 Edit nilai pada Wikidata
Luas2.506.19 km²
Desa/kelurahan9

Desa / Kelurahan

Kecamatan ini terdiri dari beberapa desa, antara lain:

  • Desa Wele
  • Desa Sappae
  • Kelurahan Macero
  • Kelurahan Malakke
  • Kelurahan Belawa
  • Desa Limporilau
  • Desa Ongko
  • Desa Leppangeng
  • Desa Lautang

Organisasi masyarakat

Ada beberapa organisasi masyarakat dan keagamaan di Belawa di antaranya:

  • Pimpinan Cabang Muhammadiyah Belawa
  • Pimpinan Cabang 'Aisyiyah Belawa
  • Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Belawa
  • Ikatan Kerukunan Masyarakat Belawa (IKMB)
  • Rumpun Wija Belawa (RWB)
  • Ikatan Abituren Madrasah As'adiyah (IKAMA)
  • Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dll.
  • Sanggar Komunitas Anak Wajo (SAKAW)
  • Kerabat Belawa (KRB)

Di Kecamatan Belawa ada sebuah Masjid yg cukup terkenal di Wajo bahkan di Sulawesi Selatan karena karomahnya. Masjid tersebut adalah "Masjid Besar Darussalam" yang didirikan oleh AGH KH M.Yunus Martan pada tahun 1947, kemudian pembangunannya dilanjutkan oleh H.M Sunusi, AGH KH Abd Malik dan seterusnya.

Sejarah

Sejarah atau asal usul penamaan nama Belawa sampai saat ini masih banyak versi termasuk berasal dari pohon Belawa serta Aliran Ba Alawiyah yg pada akhirnya menjadi Belawa, Aliran ini dibawa oleh salah satu keturunan langsung Nabi Muhammad SAW serta kakek beberapa Wali di Jawa yg bernama Syeh Jamaluddin Al Akbar Al Husaini.

Bagaimanapun sejarah Belawa, penduduk Belawa sangat dikenal sebagai Perantau dan Agamis.

Geografi

Batas wilayah:

Tokoh belawa legendaris

  • Wa' Becce - Lahir di Limpomadjang (Gelar: Calabai Belawa, Bolong Mangongona Kute, Menjadi Raja Kutai pertama pada Abad ke IV Masehi dengan gelar Mulawarman)
  • Syekh Sagena - Lahir di Limpomadjang (Tokoh penyiar Islam tahun 1010 Masehi)
  • Worane Pitue (7 Bersaudara) - Lahir di Dusun Tancung Purai, Desa Limporilau, (Penakluk Kerajaan Sailong - Bone, pada tahun 1674)
  • Andi Patongai Datu Doping Arung Belawa memiliki enam anak dari dua istri yang berbeda yaitu: 1) Datu Rajeng, 2) Datu Patiro, 3) Datu Isa, 4) Datu Singke, 5) Datu Mintang dan 6) Datu Sulolipu
  • I Maddaung Loloada - Lahir di Wanua Manurung - Tokoh penganut animisme abad ke 17 yang menyebar paham animisme di Pulau Mindanao, Filipina dan menjadi tokoh masyarakat adat Danau Tempe yang berpusat di Dusun Tancung Purai.

Tokoh masyarakat

  • Datu Patongai Datu Doping Arung Belawa
  • Datu Sulolipu Datu Patongai Arung Belawa (diangkat sebagai arung belawa sejak 1949)
  • Datu Budi Datu Sulolipu Arung Belawa (diangkat sebagai arung belawa sejak 2018)
  • Andi Pute Daeng Mapparessa (Tokoh Masyarakat Adat Danau Tempe)
  • Andi Tjella’ Daeng Mattemmu (Tokoh Masyarakat Adat Danau Tempe
  • KH. Yunus Martan
  • KH. Abdul Malik
  • KH. Rafiq Yunus Martan
  • Datu Singke
  • Datu Patiroi
  • Datu Isa
  • Datu Rajeng
  • Datu Mintang

Putra daerah

  • Prof. Dr. Ir. H. Ambo Ala, MA, Guru besar Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
  • Prof. Dr. Dahlan Patong, Guru besar kedokteran, Universitas Hasanuddin
  • Letjen TNI Eteng Amin, Mantan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan
  • Jend Polisi Chaeruddin Ismail, Mantan Kapolri
  • Alie Rachman Djohan, Tokoh Pemuda
  • H. La Ude Daeng Mattemmu, Tokoh Masyarakat
  • Zaenal Bintang, Fungsionaris Partai Golkar
  • Zain Usain, Pengusaha (PIPOSS)
  • H. Ambo Djetta, Guru besar International Balck Fanter - Indonesia
  • Daeng Patompo, Tokoh Masyarakat Balawa yang menjadi peletak dasar batas wilayah Kabupaten Wajo dengan Kabupaten Sidrap
  • Padu Tang, Meditor pertemuan Danrem 142 TATAG, Kol. A. M. Yusuf dengan Tokoh DI / TII, Kahar Muzakkar sehingga berlangsung konferensi Bone Pute dan menjadi akhir pemberontakan DI / TII di Sulawesi Selatan.

Referensi