Ungker
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Juli 2020. |
Ungker adalah bentuk kepompong dari ulat jati (Hyblaea puera). Ulat yang sudah cukup memakan daun jati akan memulai fase kepompongnya (pupa) dengan turun ketanah dengan benang dan mulai membungkus dirinya dengan jaringan kepompong. Ungker yang memiliki siklus hidup seperti ini seakan menunggu untuk ditemukan oleh manusia sebagai pangan yang eksotis.
Ungker sebagai pangan lokal kawasan yang kaya akan hutan jati, juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Ngengat yang termasuk dalam ordo lepidoptera ini memiliki kandungan protein yang tinggi, lebih dari 45% berat kering, dengan kandungan asam amino esensial 13% berat kering atau 40% dari total kandungan asam amino yang dikandung. Ungker juga mengandung asam lemak tak jenuh dan sejumlah vitamin larut lemak. Namun, ungker memiliki kandungan lemak yang lebih rendah jika dibandingkan dengan daging sapi dan ayam. Dari kandungan nutrisi ini, ungker layak disandingkan dengan daging sapi dan ayam sebagai sumber protein hewani yang berkualitas tinggi.
Namun perlu diperhatikan bahwa kandungan protein pada ungker mungkin dapat menyebabkan alergi. Meskipun penelitian mengenai alerginitas pada ungker belum pernah dilakukan, namun anda harus berhati-hati jika anda mempunyai alergi pada ikan-ikanan atau serangga dan ingin mencoba ungker.
Keberadaan ungker yang musiman menjadi penyebab utama tingginya harga bahan pangan ini. Daun jati yang menjadi sumber makanan ulat jati hanya tumbuh subur di musim hujan, karena begitu memasuki musim kemarau, daunnya akan menggugurkan diri. Pada musim hujan, daun jati mulai tumbuh dan menjadi makanan utama bagi ulat jati. Setelah puas memakan daun jati, ulat akan membentuk kepompong dan siap ditemukan manusia.
Biasanya, masyarakat Blora akan mencari ungker yang berjatuhan di sekitar pohon jati. Ungker yang cukup terkumpul dijual dalam bentuk mentah, dalam wadah gelas mineral. Ungker yang siap ‘panen’ biasanya berwarna coklat tua dan memiliki ukuran sebesar satu hingga dua sentimeter.
Pengolahan ungker ini tergantung selera. Ungker dapat diolah dengan cara digoreng biasa dengan minyak kelapa atau minyak sawit. Namun seringkali ungker diolah dengan cara dioseng. Pada awalnya, ungker dibersihkan terlebih dahulu dengan air dan dikeringkan.
Ungker atau kepompong ulat daun jati ternyata memiliki kandungan nutrisi yang tinggi terdiri dari protein, lemak baik, mineral, karbohidrat dan vitamin. Tidak mengakibatkan racun atau alergi bagi yang mengkonsumsi, ini menurut pengalaman yang mengkonsumsi sudah lama makan ungker ulat daun jati. Bahkan konon ungker ulat daun jadi dapat menyembuhkan alergi. Wallahualam bisawaf. Percaya, karena Alloh menciptakan ungker ini in sha Alloh ada tujuannya. Tinggal manusia lah yang dapat menangkap isyarat fenomena dengan kemajuan tehnik untuk penelitian. Silakan.
Penjelasan ini diperkuat lagi oleh Pakar Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia [LIPI]
Ungker ulat daun jati dapat dijadikan berbagai masakan.
- Dioseng dengan cabai hijau yang pedas
- Dibuat rempeyek ungker
- Dibuat bakwan ungker
- Dibotok ungker dengan kelapa muda
- Dipepes pedas dengan rajangan serai muda beserta teman-temanya.
- Digoreng saja bumbu garam dan lada
Menurut portaljawa, Berikut ini adalah Cara memasak ungker yang benar
Cara Memasak Ungker
1. Cuci bersih ungker lalu rebus kurang lebih 10 menit tiriskan
2. Kupas, cuci dan potong cabai, tomat, bawang merah, bawang putih lalu tumis hingga harum masukan lengkuas daun kedondong dan ungkernya dan jgn lupa tambahkan garam gula penyedap