Batik Jombang

Revisi sejak 10 Februari 2021 03.21 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 0 sources and tagging 3 as dead.) #IABot (v2.0.8)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Batik Jombang adalah salah satu hasil kerajinan tangan yang berasal dari Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Batik adalah kerajinan tangan dari Indonesia yang pada umumnya berasal dari daerah Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Madura, Tuban dan lain-lain. Sedangkan batik Jombang baru berkembang pada tahun 2000-an. Jombang adalah salah satu nama daerah Tingkat II (Kabupaten/sub province/DO) yang berada di Provinsi Jawa Timur, Pulau Jawa. Batik yang dihasilkan pada masa itu diberi nama Batik Pacinan bermotif kawung dengan warna merah bata dan hijau daun.

Sejarah

sunting

Pada tahun 2000 Ibu Hj. Maniati dipanggil oleh Dinas Perindustrian Kabupaten Jombang untuk membicarakan pelatihan membatik. Pada 8-10 Februari 2000 Ibu Hj. Maniati beserta putrinya mengikuti kursus batik tulis[pranala nonaktif permanen] Warna Alami di Surabaya yang dilaksanakan oleh “Dinas Perindustrian Provinsi Daerah Tingkat I” Jawa Timur. Dari hasil kursus ini Ibu Hj. Maniati beserta putrinya dan ibu-ibu PKK semakin rajin membatik. Pada bulan Desember 2000 Ibu Hj. Maniati meresmikan usaha batik dengan nama “Sekar Jati Star” di desa Jatipelem. Pada waktu yang sama Bapak Bupati (ketua daerah/DO) memutuskan untuk mengadakan kursus membatik di desa Jatipelem dengan peserta dari perwakilan wilayah kecamatan (mukim) se-kabupaten Jombang. Pada 16 Desember 2004, Ibu Hj. Maniati mendapat izin usaha tetap dari pemerintah dengan nama “Batik Tulis Sekar Jati Star” dengan nombor SIUP: 00423/13-19/SIUP-K/IX/2004. Selain Ibu Hj. Maniati batik Jombang juga dikembangkan oleh Ibu Kusmiati Slamet. Dengan modal awal Rp 2 juta, tahun 2002 mulailah Ibu Kusmiati Slamet dari Desa Jatipelem, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang mengambil tenaga kerja dari para tetangganya sendiri untuk membuat berbagai model dan motif batik dengan khas paten relief Candi Rimbi. Awalnya, prakarsa ini muncul atas dorongan tetangga yang ingin mencari kesibukan dengan belajar membuat batik dengan motif khas Kerajaan Majapahit. Alasannya, karena Jombang dulunya merupakan daerah pecahan Mojokerto, nenek moyangnya sama-sama berasal dari Majapahit.

Untuk mengembangkan batik Jombang, Pemerintah Jombang mengadakan workshop batik di Jombang. Berkat bantuan dari pemerintah dan didorong dengan semangat besar, batik Ibu Kusmiati Slamet menjadi berkembang dan terkenal tidak hanya di kalangan pemerintahan namun telah berkembang ke luar negeri.

 
Motif batik Jombang “merah”

Pada awalnya motif batik Jombang menggunakan motif alam sekitar, yaitu dengan motif bunga melati, tebu, cengkih, pohon jati dan lain sebagainya. Setiap motif yang diciptakan biasanya diberi nama, seperti cindenenan, peksi/burung hudroso, peksi manya dan turonggo seto (kuda putih). Kemudian Ibu Hj. Maniati bersama Ibu Bupati kabupaten Jombang (istri Bupati), bersepakat bahwa “Motif Batik Tulis Khas Jombang” diambil dari salah satu relief Candi Arimbi yang terletak di desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Candi Arimbi merupakan candi peninggalan kerajaan Majapahit.

 
Motif batik Jombang “hijau”

Pada penghujung tahun 2005, Bapak Bupati Jombang membicarakan motif batik khas Jombang. Dimana motif batik ini akan digunakan sebagai seragam para pegawai kabupaten Jombang. Ketika itu Bapak Bupati menunjukkan dua buah baju batik dengan motif relief Candi Arimbi. Baju tersebut bermotif batik warna merah dan yang satu lagi bermotif batik warna hijau. Setelah dipertimbangkan, untuk seragam pegawai di Jombang ternyata lebih baik menggunakan baju batik yang motifnya berwarna merah dan Bapak Bupati pun menyetujuinya.

 
Motif batik Jombang lainnya

Penjelasan tentang batik Jombang dijelaskan juga oleh Ibu Kusmiati Slamet bahwa motif batik Jombang menggunakan motif dengan khas paten relief Candi Rimbi, yaitu model candi yang melambangkan pintu gerbang masuk Kerajaan Majapahit. Sedang motif yang dikembangkan berupa motif tawang dan kaning dengan warna dasar yang menekankan pada kehijauan dan kemerahan yang melambangkan kota Jombang (ijo abang (hijau merah)).

Proses Membatik

sunting

Proses pembuatan batik Jombang secara umum sama dengan proses membatik di daerah-daerah lain di Indonesia, di antaranya adalah menggunakan teknik batik tulis, batik screen/printing, dan batik ikat. Kain yang digunakan juga beragam, seperti kain katun, sutra, dan primisima.

Pemasaran

sunting

Saat ini untuk memenuhi permintaan pasar, Ibu Hj. Maniati menjual batik dalam bentuk kemeja pria (baju lengan panjang untuk lelaki). Untuk kemeja batik berbahan standar dijual Rp 150,000.00, sedangkan untuk bahan sutra Rp 300,000.00. Selain itu dia juga melayani pesanan dan yang memesan boleh membawa contoh. Ibu Hj. Maniati mempunyai 27 orang tenaga kerja. Untuk mengembangkan batik Jombang, berbagai usaha dilakukan oleh Ibu Hj. Maniati, mulai dari mendirikan kedai sampai koperasi.

Berbeda dengan pemasaran Ibu Hj. Maniati, Ibu Kusmiati Slamet melakukan pekerjaan dilakukan dengan sistem borongan sesuai keperluan yang diinginkan. Jika pesanan ramai, dalam sehari bisa melibatkan 20 tenaga kerja dengan hasil batikan antara 35 sampai 40 lembar kain. Upahnya pun bervariasi, untuk mewarna biasa diberi upah Rp 12.000,00 setiap yard, sedangkan untuk kegiatan nyanting, upahnya Rp 5.000,00 setiap yard.

Lalu munculah inisiatif untuk memberi label/brand pada batik Ibu Kusmiati. Melalui kesepakatan dengan pihak keluarga, akhirnya batik Kusmiati diberi merk “Litabena”. Litabena diambil dari sebagian dari nama keempat anaknya yang sudah besar. Li dari nama Lilik, Ta dari nama Rita, Be dari nama Benny, dan Na dari nama Nanang. Ibu Kusmiati Slamet berharap dengan nama itu usaha batiknya dapat berkembang menjadi besar. Pada saat ini produk batik Litabena telah beredar sampai ke Jakarta, Kalimantan, Palembang dan Lampung.

Fungsi Batik Jombang

sunting

Seperti kain batik pada umumnya, batik Jombang juga digunakan untuk pakaian harian, terutama untuk baju atau pakaian-pakaian resmi. Namun, sekarang ini kain batik Jombang termasuk kain yang mempunyai nilai harga yang mahal terutama di wilayah Jombang, sehingga kain batik ini kurang digunakan untuk pakaian-pakaian kerja kasar ataupun pakaian tidur. Secara khusus batik Jombang digunakan untuk seragam para pegawai di Jombang setiap hari Jumat ataupun Sabtu. Mulai 2006/2007 digunakan juga untuk para pelajar di seluruh wilayah Jombang, pada hari Rabu dan Kamis.

Lihat Juga

sunting

Referensi

sunting